Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 7

Pak Larso mengendarai sepeda motornya dengan pelan. Ia masih memikirkan apa yang Dokter Rosa ucapkan tadi. Beberapa tahun belakangan ini Rindu bekerja di toko kuenya dan Pak Larso tidak mengetahui.

Paman macam apa dirinya? Yang tidak tahu-menahu tentang aktivitas keponakannya. Oh ... Masih pantaskah disebut paman setelah menyalurkan nafsunya pada keponakan satu-satunya itu? Sepertinya tidak.

Pak Larso menyusuri jalanan kota hingga mentari sudah lama tenggelam. Ia pun melirik arlojinya yang jarum pendek sudah di angka tujuh dan jarum panjang di angka dua belas. Berkeliling hingga beberapa kali, entah pengguna jalan menghafalnya atau tidak. Yang jelas, Pak Larso hanya ingin mengenyahkan ucapan Dokter Rosa tadi.

Ia tidak menyangka jika Dokter Rosa adalah pemilik toko kue tempat Rindu bekerja, dan dia tidak pernah memberikan pekerjaan yang berat untuk Rindu.

Sebagai seorang paman saja, ia sudah gagal dalam membimbing Rindu. Ditambah tentang kegiatan Rindu yang tidak ia ketahui. Apa masih pantas disebut sebagai seorang paman?

Pak Larso pun berhenti di pedagang kaki lima, penjual es cendol. Ia harus mengaliri tenggorokannya dengan yang segar, agar kehidupannya juga ikut segar seperti es. Dan mencoba sedikit menyingkirkan pikirannya tentang Dokter Rosa.

"Lho ... Pak Larso?"

Si empunya nama pun menoleh, ia juga terkejut.

"Kok, sampe sini, Pak?" Orang itu langsung duduk di kursi sebelah Pak Larso yang kosong.

"Iya, abis dari rumah sakit, jadi mampir ke sini." Pak Larso menerima gelas esnya. "Kamu baru pulang, Anres?"

Anres meminta satu gelas es pada penjual. "Iya, Pak. Jenazah Rindu kapan dibawa pulang, Pak?"

"Tunggu selesai autopsi dulu baru boleh dibawa pulang."

"Oh, mungkin besok sudah boleh. Saya turut berduka, ya, Pak. Saya tidak menyangka jika Rindu akan meninggal seperti ini. Ini sangat mengejutkan temen-temen, termasuk saya."

Bagaimana tidak terkejut jika jenazah Rindu jatuh dari lantai atas dengan posisi telentang. Banyak darah yang keluar dari kepalanya.

"Iya, makasih, Res. Bapak juga tidak menyangka." Pak Larso menghabiskan minumannya, dan membayarnya. "Bapak duluan, ya, Res." Ia menepuk pundak Anres. "Esnya udah bapak bayar."

"Eh, makasih, Pak. Hati-hati di jalan." Anres sedikit terkejut, lalu berdir untuk mengantar kepergian gurunya.

Anres pun duduk lagi. Ia heran dengan gurunya itu, Di saat Anres membicarakan tentang Rindu, dia seperti tidak ingin. Apa mungkin itu perasaan Anres saja?

Anres melihat benda yang sepertinya tidak asing baginya. Benda yang terlihat berubah warna, seperti sering dicuci dan sudah longgar. Ia pun mengambilnya.

"Eh, kayak kenal ni kucir rambut? Punya siapa, ya?" Dilihatnya berkali-kali, ia tidak mengingatnya. Dikantongi lah kuciran tersebut, yang mungkin nanti akan mengingat siapa pemiliknya.

Tak lama menghabiskan es cendolnya, ponselnya bergetar. Ia pun menekan tombol hijau pada layar benda pipih tersebut.

"Iya. Oh, aplikasi mysfit.com namanya? Okey, ntar coba masuk. Kali aja nemu jodoh di sana, eh, nemu jalan terang maksud gue. Ahahaha, bisa aja lo. Thanks, ya, Do. Bye."

Anres dengan cekatan langsung membuka aplikasi yang disebut Aldo tadi, mysfit.com. Mendaftar akun, lalu melihat-lihat aplikasi tersebut.

Semoga saja ini adalah salah satu cara yang bisa membantu untuk menemukan siapa pelaku pembunuh Rindu. Ia bersumpah akan menghajar pembunuhnya jika sudah ditemukan.

Tanpa menyapa, dan hanya fokus pada layar ponsel. Anres masuk rumah begitu saja padahal ada Mama dan Papanya di ruang depan.

"Selamat Malam, Res," sindir mamanya. Mamanya tahu jika anak zaman sekarang lebih fokus ke ponsel dibanding ke sekitarnya.

"Eh, malem, Mah, Pa." Anres menutup ponselnya dan memasukkannya ke saku. Ia pun mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

"Mandi, terus makan malam. Besok kita ke rumah Rindu."

"Rumah pamannya," koreksi papa Anres, Andreas.

"Itu juga rumah Rindu, Pa. Itu, 'kan, rumah peninggalan kedua orang tua Rindu."

"Mama tau dari mana? Mama nguping, ya, waktu Rindu cerita di sini dulu?" Anres menatap mamanya curiga.

"Upps... udah sana, kamu mandi! Udah malem. Mama mau siapin makan malam dulu." Rosa terlihat salah tingkah ketahuan mencuri dengar apa yang teman Anres ceritakan. Ia langsung ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

Anres membuntuti mamanya ke dapur. "Ma? Mama nguping? Bisa tau dari siapa?"

"Apa, sih, Res?" Rosa berbalik, menghadap Anres yang berada di belakangnya. Memegang kedua bahunya agar segera naik ke lantai atas, kamarnya. "Sana buruan mandi, udah bau acem, nih." Ia berpura-pura menutup hidungnya, meskipun Anres sebenarnya tidak mengeluarkan bau keringat meskipun setelah berolah raga.

Dengan perasaan terpaksa dan curiga menjadi satu mengikuti perintah mamanya untuk segera mandi dan makan malam. Ia berharap semoga nanti malam masih ada yang online di aplikasi mysfit.com.

Cepat-cepat ia mandi, berpakaian dan turun dengan langkah lebar. "Mari makan!" seru Anres, langsung menyendok nasi ke piringnya.

"Pelan-pelan, Sayang! Dikejar siapa, sih?" Rosa mengambil lauk untuk suaminya. "Pa, nanti mama balik ke rumah sakit lagi, ya? Pengurusan jenazah Rindu belum selesai." Andreas mengangguk.

"Oh, iya, Ma. Autopsi jenazah Rindu udah keluar hasilnya?"

"Belum. Itu menghabiskan paling cepat sepuluh hari, Sayang."

"Oh." Tanpa bertanya dan kepo lagi pada mamanya, Anres segera menghabiskan malamnya dan kembali ke kamar.

Pada aplikasi berwarna biru itu, Anres berharap bisa menemukan titik terang. Aplikasi yang katanya bisa mencari suatu kebenaran, dan juga informasi yang informatif. Segala sesuatu di zaman modern seperti saat ini, sangat mudah untuk mencari informasi di internet.

Media cetak sudah tergerus dengan adanya media digital seperti saat ini.

Bahkan, berbelanja pun juga bisa lewat aplikasi. Seolah zaman sudah dimudahkan dengan internet dan kecanggihan yang manusia buat.

NobuosAnres: Hai gaes.. gue Anres.

Anres berharap akan ada yang online malam hari ini, agar dia bisa mengenal salah satu atau dua dari teman dalam aplikasi mysfit.com. berkali-kali ia menutup dan membuka ponselnya untuk sekedar mengecek aplikasi tersebut. Namun, nihil. Belum ada yang membalas pesannya.

Anres masih setia menunggu di dalam aplikasi tersebut, belum menutupnya karena masih penasaran. Eh ... ada yang balas. Anres dengan sabar masih menunggu ada yang mengetik dengan nama pena Rara.

Rara: Holaaaa... gue Rara.

Anres masih membaca, belum berniat untuk membalas pesannya. Ternyata masih ada lagi yang sedang mengetik. Kali ini dengan nama Lee Kaeng. Dari namanya saja sudah membuat Anres paham. Dia pasti berasal dari negeri pencetus boyband ganteng-ganteng dan girlgrup cantik-cantik, Korea Selatan.

Lee Kaeng: Saya Kaeng.

Anres pun membalas chat mereka. Tanpa berpikir panjang, ia mengetik.

NobuosAnres: Kalian asal dari mana? Gue tebak, @Lee Kaeng berasal dari Korea Selatan, ya?

Lee Kaeng: Tapi sudah lama tinggal di Indonesia, dulu.

Rara: Gue dari Batu, Malang.

Anres pun membalas lagi. Ia tidak menyangka jika aplikasi ini juga bisa buat mengirim pesan seperti ini. Ternyata mempunyai teman jauh itu seru juga. Tidak bisa bertatap muka, mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat. Seperti itu lah adanya teknologi zaman modern.

NobuosAnres: Gue dari Jakarta. Kalian tau aplikasi ini dari siapa? Kalo gue dari temen, sih. Boleh cerita dikit, nggak, sih? Gue lagi ada problem, nih. Eh, btw, lo @Rara kayak sohib gue, nama dia Rindu. Kalo bales omongan gue singkat-singkat doang.

Rara: Dari temen.

Lee Kaeng: saya pamit dulu, ya. Di sini, sudah tengah malam.

Yahh ... baru juga bentar dibalas. Anres menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia pun kembali melanjutkan untuk membalas pesan Rara yang terlihat masih menyala pada layar sebelah kanannya, jika dia masih online.

NobuosAnres: @Lee Kaeng Ok


@Rara Tuh, kan? Bener apa yang gue bilang. Tapi, gue udah biasa, sih, ngadepin cewek begini. Eh iya, temen gue udah meninggal yang namanya Rindu itu. Doa terbaik buat dia, ya. Makasih. Gue ceritanya besok aja, udah ngantuk.

Tbc

Makasih buat yang udah vote

Sincerely

Milik Kateha


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro