Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 5

Pak Larso, di mana? Bisa ke sekolah sekarang? Pak Burhan malangkerik dengan tangan kirinya, menyingkir dari kerumunan. Terlihat cemas, juga sedih.

Ada apa, Pak? Saya masih di jalan, sebentar lagi akan sampai rumah.

Bisa ke sekolah sebentar? Ada hal yang sangat penting. Pak Burhan masih belum memberitahukan kejadian yang baru saja menimpa keponakannya.

Ia tidak tega jika Pak Larso terpukul nantinya. Keponakan satu-satunya, yang sangat ia sayangi telah meninggal dunia.

Iya, Pak. Saya putar balik sekarang. Telepon dimatikan, Pak Larso putar balik menuju sekolah lagi.

Jalanan seakan mendukung Pak Larso, mungkin dunia tahu jika ada hal penting yang harus Pak Larso ketahui, harus Pak Larso hadapi sehingga membuatnya mudah berkendara menuju sekolah. Jalanan tidak macet.

Ia pun dibuat kaget dengan keadaan depan sekolah yang berkerumun dan melihatnya seperti melihat korban perampokan. Tatapan kasihan yang ditujukan ke Pak Larso membuatnya tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

Juga terdengar bisik-bisik, mereka mengucapkan kasihan. Pak Larso mempercepat laju motornya untuk segera bertemu dengan Pak Burhan di kantor.

Ada apa, Pak? Kenapa ada polisi? Pak Larso baru saja tiba, dan langsung mencari Pak Burhan.

Ia melihat ada garis polisi, juga terlihat ada darah yang masih menggenang di lantai.

Sabar, ya, Pak.

Ini ada apa, sih? Kenapa bilang penting, dan sekarang bilang sabar? Hah? teriak Pak Larso tidak sabar. Ia telah kehilangan kendali.

Tutur kata dan kesopanan yang selama ini ia junjung hilang entah ke mana.

Rindu jatuh dari lantai 3, Pak. Dia meninggal.

Apa? Tidak. Ini tidak mungkin. Pak Burhan pasti berbohong, kan? Jawab! Pak Larso menarik kerah seragam Pak Burhan.

Pak Burhan hanya diam saja. Ia tahu jika Pak Larso sangat terkejut dan sedih. Keluarga satu-satunya yang dia punya kini telah tiada.

Melihat Pak Larso sangat terpukul, membuat Pak Burhan membawanya untuk duduk dan melepaskan tangannya yang menarik kerahnya.

Sangat terpukul dengan berita ini, Pak Larso tidak menyangka keponakan satu-satunya telah meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.

Pak Burhan ke depan kantor untuk mengambil minum air hangat guna menenangkan Pak Larso.

Minum dulu, Pak. Pak Burhan menawarkan minum untuk Pak Larso agar bisa menenangkan diri.

Terima kasih. Sekarang jenazah dibawa ke rumah sakit mana, Pak? Pak Larso minum airnya sedikit, lalu menatap Pak Burhan meminta jawaban.

Pak Larso harus bisa mengendalikan diri menghadapi semua ini. Ini adalah musibah, tapi ia juga harus mengendalikan emosinya.

Pak Burhan bisa keluar sebentar? Satu polisi memanggil Pak Burhan, Rendra.

Pak Burhan menoleh, lalu mengajak Pak Larso juga keluar kantor. Ayo, ikut, Pak!

Mereka berdua keluar dan mengobrol dengan Pak Rendra.

Beliau paman dari almarhum Rindu, Pak. Guru di sini juga. Pak Burhan memperkenalkan Pak Larso dengan Pak Rendra.

Mereka berbincang-bincang selama setengah jam, lalu Pak Larso pamit untuk ke rumah sakit yang mungkin dokter forensik akan membutuhkan data tentang Rindu.

***

Pertanyaan demi pertanyaan terus diberikan untuk mengetahui siapa pelaku yang tega mendorong Rindu hingga meninggal.

Anres yakin jika pelakunya adalah Echa. Karena saat Rindu tergeletak di bawah, Echa berada di tempat di mana Rindu terjun dan tergeletak di lantai. Mungkin dalam hati Echa adalah yang di bawah tidak akan mengetahui jika dirinya berada di atas dan sedang bersama Rindu, tapi Anres tidak sebodoh itu untuk dikelabui.

Kamu yakin, Res? Kalau pelaku utamanya adalah Echa? Pak Tian sedang menyelediki tentang pendapat Anres. Ia menatap Anres dengan mantap. Dia sahabat kamu, lho. Sahabat Rindu juga.

Pak Tian mengetahui tentang persahabatan mereka karena Anres sering mengajak Rindu dan Echa pergi berkunjung ke rumahnya saat acara besar seperti perayaan ulang tahun anaknya yang baru berusia 10 tahun.

Yakin, Om. Sangat yakin.

Pak Tian menyejajarkan kedua tangannya yang saling bertautan dengan bolpoin terselip di jemarinya untuk menumpu wajahnya yang masih terlihat tampan. Aldo? Bagaimana dengan kamu? Siapa yang kamu curigai?

Aldo sejenak berpikir. Ia mengingat-ingat kejadian di mana dia melihat Pak Burhan dengan buru-buru turun dari lantai atas. Pun juga tidak yakin atas pengakuan Anres jika Echa adalah pelakunya. Kalau menurut saya bukan Echa, Pak.

Kamu yakin? Coba jelaskan alasannya! Pak Tian meletakkan bolpoinnya.

Iya, Pak. Tadi saat saya mencari guru untuk mengabarkan ada siswi yang jatuh. Pak Burhan berada di tangga untuk turun dari lantai atas. Jalannya juga terlihat buru-buru.

Apa karena jalan buru-buru bisa dikatakan jika Pak Burhan adalah pelakunya?

Tapi dari tatapannya seperti ketakutan, Pak.

Pak Tian membuat kesimpulan atas apa yang Anres dan Aldo ceritakan dan menurut Pak Tian, mereka mempunyai tersangka berbeda.

Sedikit mengambil napas dalam, dengan perlahan diembuskan sambil menatap kertas di depan matanya. Pak Tian menutup kertasnya, berkas itu dibiarkan begitu saja di meja dan menyuruh Anres juga Aldo untuk segera pulang karena langit sudah menggelap.

Bagaimana Pak Rendra? Apa ada perkembangan? Pak Tian berjalan mendekat, sambil memerika setiap sudut pagar depan kelas IPA2.

Ada beberapa dugaan jika yang melakukan ini memiliki jejak kaki panjang, Pak. Di tempat TKP ada jejak ukuran 42.

Baik. Kita bisa melakukan pengecekan untuk semua guru besok.

Baik, Pak. Pak Rendra memasukkan catatannya ke dalam saku, dan Pak Tian pamit untuk menuju lantai dasar.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro