Chapter 8 : Operation Black Down
. . . .
Angin malam ini sangat tepat untuk melakukan aksi pembebasan tawanan dan memusnahkan para teroris. Tapi aku, Alex Fang, tidaklah sendiri. Dua rekrutan baru telah dipanggil. Catleen Miko dan Chameel Leone telah berada di divisi kami. Mereka berdua juga mengetahuiku sebagai Vampire, setelah Agen L menceritakannya pada mereka. Menurutnya keterbukaan bisa membuat kami mengerti satu sama lain.
Agen Cat adalah kode sandi Catleen Miko. Sedangkan agen Face adalah kode sandi Chameel Leone. Agen Cat adalah lulusan termuda dari anggota Hacker dan Lock Pit. Kemampuannya adalah membuka semua pintu dan situs-situs yang terblokir dalam hitungan detik. Terlihat tangannya begitu ahli memainkan jari-jari komputernya. Dia juga tidak pernah lepas dari earsphone yang selalu dipasang di telinganya. Dengan cekatan keyboard komputer dimainkan layaknya piano saja. Tapi apakah untuk urusan hati, ia dapat membuka hati seseorang? Entahlah.
. . . .
"Oke, aku berhasil menemukan lokasi sang Putri ditawan. Apa tindakan kita sekarang bos? Sapu bersih atau menyelinap?"
Agen L dengan sigap menjawab, "aku tak mau keselamatan sang putri terancam. Maka dari itu Cat, kita pakai cara yang menyelinap." Agen L menoleh ke Agen Face. "Face kau sudah tahu apa tugasmu, kan?"
Agen Face lalu memainkan wajah aspennya, wajahnya terbuat dari plastik dan serat manusia. Diketahui bahwa sejak kecil Agen Face memiliki luka bakar di wajahnya. Dia rela menyuntikkan semua serat manusia serta kulit aspen, agar wajahnya bisa elastis dan diubah sesuai keinginannya.
Dengan cermat ia mengamati wajah Perdana Menteri. Ia juga memperhatikan gaya bicaranya di video yang dia putar pada komputernya. Kemudian ia mengambil loud speaker dan menaruhnya di tenggorokan.
"Apakah suara dan wajahku sudah mirip Perdana Menteri?"
Agen L dan Agen Cat bertepuk tangan kagum. "Hahaha. Bukan hanya mirip. Tapi kalian seperti pinang di belah kapak!" ucap Agen Cat sambil tertawa. "Hey, ngomong-ngomong di mana Vampir tampan itu Agen L?" tanya Cat selanjutnya.
Agen L menggelengkan kepalanya pelan. "Kau tahu? Dia tak suka bekerja sebagai team. Dia lebih suka bekerja sendirian. Tapi dia telah menunggu kita di sana."
"Oh begitu," ucap Cat dan Face bersamaan.
"Tapi apa dia tahu tempatnya?" Cat mengangkat alisnya.
"Dia punya mayat pembantu itu. Pastilah mayat itu akan menunjukkan di mana tempat persembunyian mereka." Agen L melihat peta yang ada di layar komputer berukuran cukup besar. "Kau yakin tempat ini, Cat?"
"Aku yakin ini tempatnya. Jika si muka pucat itu telah sampai, maka di sini tempatnya. Ella, apa kau ragu pada kemampuanku?" Cat mengernyitkan dahinya.
Sejenak mereka terdiam, keduanya menunggu keputusan bos mereka.
"Cat," akhirnya agen L angkat bicara. "Aku tidak meragukan sedikitpun kemampuanmu. Jika aku meragukanmu, maka kau tidak mungkin masuk di divisi ini. Lebih baik kita segera ke sana. Vampir itu pasti telah bosan menunggu."
Di atas menara Eiffel, berdirilah seseorang dengan jubah merahnya dan rambut emas yang menutupi matanya. Ia memandang tajam sebuah gedung. Sesekali jubahnya berkelebat terkena angin dan memberi kesan seperti burung Elang yang bertengger menunggu mangsanya lengah.
"Bagaimana keadaan di sana? Kira-kira ada berapa teroris yang menjaga gedung itu?" tanya Eye pada budaknya melewati telepatinya.
"Tuanku keadaan di sini dijaga sangat ketat. Kira-kira sebanyak lima ratus teroris bersenjata senapan mesin ada di gedung ini. Tapi hamba belum mengetahui berapa penjaga yang ada di ruang penyekapan tuan putri," jawab si mayat pembantu yang sekarang jadi budaknya.
"Gedung itu terlihat sama saja dengan gedung lain. Pengelabuan yang sempurna. Pantas GIGN belum menemukannya. Tapi dengan pengalaman mereka yang bertahun-tahun dan tidak diragukan lagi beberapa menit kemudian mereka akan menemukkannya. Aku yakin itu."
Agen Eye mengerutu sambil meminum segelas darah donornya. "Hasseh! Aku sudah tak sabar melumat mereka."
Agen Eye melakukan kontak dengan budaknya lagi. "Lebih baik persiapkan dirimu budakku. Aku akan segera meluncur dan kita habisi mereka!"
"Baik tuanku!"
"Dasar cewek. Mereka sukanya bikin cowok menunggu!" Eye membatin. Lalu menghabiskan darah yang tersisa di gelasnya.
Matanya berwarna merah agak muda. Tidak seperti Vampir kebanyakan yang berwarna merah menyala. Mungkin efek meminum darah yang ada di kantong donor.
Agen Eye melemaskan otot-ototnya. Jari-jari tangannya ia regangkan, hingga berbunyi 'kriyek' dan 'kriyek'. Bunyi itu juga keluar saat Eye menggelengkan kepalanya. Setelah pemanasan tersebut, Eye pun menuruni menara Eiffel dengan cepat dan tenang. Tubuhnya melayang di udara layaknya burung hantu yang sedang mendarat. Sampailah ia di tanah lalu melompat seperti katak dan menuju ke gedung tempat persembunyian teroris.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro