9. Menerka
Naushad Bertram
☠☠☠☠
Sekarang giliran Aleno
Kalau kalian menemukan kesalahan ketik silakan tinggalkan komentar.
☠☠☠☠
Permaian semalam cukup menyenagkan sekaliguskan melelahkan. Hingga paginya aku ingin tetap bermalas-malasan sampai nanti jam dua siang untuk seleksi tim. Mata pelajaran di hari Jumat tidak sepadat hari yang lain jadi ini saat yang tepat. Aku merebahkan kepalaku di bangku, ketika itu Erza sedang mengoceh soal tugas yang masih akan dibahas minggu depan. Aku tidak tahu Erza mengoceh dengan siapa sampai akhirnya kau menyasdari suara Airish.
"Bertram ke mana? Dari tadi pagi aku hubungi dia gak On."
"Mana aku tahu, semalam dia gak pulang ke indekos."
"Lah terus ke mana?" sahut Airish.
"Lek, kemarin kamu keluar kan sama Bertram?" Airish menepuk punggungku.
Aku mengangguk tapi masih dalam posisi. Aku juga tidak tahu ke mena perginya Bertram. Semalam dia hanya mengantarku pulan dan aku tidak tahu lagi kabarnya.
"Apa semuanya baik-baik saja?"
Aku mendongak. Aku teringat obat Bertram yang habis. Sekarang, atau semalam hal apa yang telah menggangu pikirannya? Itu menjadi hal yang membuatku sedikit panik. Tapi aku menggeleng untuk menjawab pertanyaan Airish. "Kami hanya bermain basket di alun-alun, lalu pulang."
"Dia gak bilang mau ke mana gitu?" Airish terlihat khawatir, sama halnya denganku. "Aku datang ke kelasnya tapi dia gak ada. Kata Zaky, Bertram gak masuk hari ini."
Bahkan saat setengah jam sebelum seleksi di mulai semua anggota basket yang sudah di kelas 11 berkumpul di lapangan, Bertram juga belum menampakkan diri. terlihat Airish sibuk dengan ponselnya, dia bahkan tidak memperdulikan Zaky yang membagikan kostum basket yang baru untuk pertandingan pertama di bulan depan. Aku mendapat nomor 3. Angka ini adalah nomor punggung yang sama dengan milik kakakku aku sudah memesan angka itu jauh-jauh hari saat kemarin Zaky menawarkan aku untuk ikut dalam pembuatan kostum baru.
"Hari Minggu kita ada sparing dengan SMK Kesehatan," lanjut Zaky setelah membagikan kostum ke masing-masing anggota. "Pakai kostum yang lama saja. Dan kamu Lek, aku sudah pinjamkan kostum dari kakak kelas. Ada di tasku."
"Oke, nanti saja."
Zaky mengangguk. "Ke mana Bertram? Dia tidak ikut seleksi hari ini?"
"Dia perjalan ke sini." Airish yang menyahuti itu.
Bertram datang lima menit setelah pelatih memasuki lapangan. Dia melakukan sedikit kalimat-kalimat pembuka. Kami mulanya latihan pemanasan dengan menggunakan bola. Dribbling, passing, lay-up, dan bagian tersulit behind the back pass, dan overhead pass.
Sampai akhirnya dimulai dengan sedikit permainan dengan tima yang dipilih oleh pelatih. Aku, Bertram, dan Zaky dalam satu tim. Permainan hanya dilakukan satu babak setiap 1 kali pertandingan dua tim. Kami terbagi menjadi empat tim setiap tim beranggotakan campuran antara cowok dan cewek. Zaky mengajak aku dan Bertram untuk mengatur strategi. Karena dari permaianan ini pelatih akan melihat masing-masing potensi untuk dipilih sebagai pemain starter dipertandingan mendatang.
"Bertram kanan, Alek kiri, dan aku akan mengikuti gerak kalian. Give and go berlaku untuk aku ke kamu. Oke? Aku akan menjaga serangan balik di belakang. jadi, aku serahkan ke kalian berdua untuk melanjutkan serangan."
Bertram mengangguk. Aku bahkan tidak memahami itu.
"Apapun itu kalian satu sama lain harus kompak. Jika situasi sulit aku akan mengoper ke kamu dan Bertram yang pindah ke belakang, karena kamu bisa mencetak tiga poin."
Pandangan Bertram kali ini kosong. Aku memperhatikan Bertram karena jika dia paham pasti dia juga bisa memahamkan aku. Karena strategi yang diberikan Zaky sama sekali tidak aku pahami maksud dan tujuannya.
"Intinya ingat ini." Zaky mengubah nada bicaranya dengan berbisik. "Anggap ini permain 3x3 kemarin malam. Aku akan membaca situasi, jika tetap tidak memungkinkan untuk mencetak angka kita tetap menyerang dan aku akan mengoper ke yang lain."
Aku mengangguk. Tapi pikiranku kosong. Mungkin aku akan mengingat ketika di dalam permaian.
Hingga akhirnya pergantian permaian. Kami pun bersiap di posisi. Zaky di bagian depan untuk menangkis bola saat jumpball. Dia behasil mengarahkan ke aku dan aku segera membawa ke depan. Bertram awalnya berlali kedepan juga namun dia mundur karena Zaky sudah di posisinya. Saat itu Rebeca sedang kosong jadi aku mengoper padanya karena aku dihadang oleh lawan. Dia melanjutkan ke Zaky. Ternyata tim lawan lebih kuat, jadi untuk beberapa saat Zaky dan yang lain saling umpan. Aku mengambil posisi di sudut lapangan, di luar lingkaran three poin, Menunggu untuk beberapa saat hingga dari jauh Zaky melakukan overhead dan melemparkan ke arahku, Lawan tidak menyadari posisiku jadi aku segera mencetak angka.
Kami semua mundur. Ini sungguh permainan yang sulit. Tiba saatnya giliran aku dan Bertram yang beraksi karena Zaky baru saja mengoper ke Bertram. Kali ini lebih sulit lagi aku menjadi poin-guard. Yang aku lakukan hanya mengumpan dan mempertahankan bola tetap di daerah lawan. Sedangkan Bertram membantuku mengatasi penyerangan. Kami lebih sering mengumpan hingga akhirnya Bertram tampak lelah dengan saling umpan ini dan melakukan tembakan ke arah ring. Itu cukup berisiko, memberi kesempatan lawan untuk blockin sebenarnya, tapi bola berhasil masuk.
Aku tercengang.
Ternyata Bertram juga ahli dalam three-poin.
Zaky pun mengatakan, "Good job twin-towers. Inilah kenapa aku meminta kalian menyerang. Dalam situasi apapun kalian pasti bisa mencetak tiga angka." Saat permainan berakhir.
Aku pun tertawa. Aku melihat ke Bertram, lelaki itu tampak seperti kebingungan. Tawaku akhirnya mereda. Karena pikiranku mengacu pada kebingungan yang melandan Bertram. Saat pelatih melakukan sedikit evaluasi. Dia justru memilih duduk taman, menjauh dari segumbulan anggota. Aku berjalan ke arah tasku untuk mengambil pisang dan botol minum, lalu berjalan ke arahnya. Kami saling diam, dan tatapan Bertram kali ini menerawang. Aku masih bisa mendengar apa yang dikatan pelatih.
"Aku punya permaian baru."
Bertram menoleh ke arahku. "Aku tidak apa, kenapa kamu ke sini?"
"Ingin mencuri perhatianmu."
Dia pun tersenyum. "Kamu juara."
"Mau pisang?"
"Aku gak doyan pisangmu." Dia pun tertawa.
"Hei!" aku tahu dia berpikran kotor skarang.
Bertram mengambil botol minum di tanganku. Saat itu aku sedang mengatakan. "Jadi menurutmu aku akan jadi pemain starter?"
Bertram mengangguk. "Mungkin. Tapi kamu harus sering-sering belajar mengumpan, umpanan kamu jelek sekali."
"Oke. Aku juga kadang sulit melakukan Dribble dan memilih ke siapa aku harus mengumpan. Kurasa aku terlalu sering memberi peluang bagi pemain merebut bola."
"Dari mana kamu mempelajari teknik blockin."
"Waktu SMP aku sering bermain dengan teman-teman Kakakku. Di lapangan dekat rumah."
"Keren sih."
"Ngomong-ngomong kamu juga bisa mencetak tiga poin. Kenapa waktu itu kamu seperti tidak bisa melakukannya?"
"Aku ingin memberi kesempatan untuk kamu memilih pemain. Aku pikir kamu akan memilihku dan Jody. Untuk main aman."
"Salah, aku akan memilihmu dan Zaky. Kurasa lawan yang sulit justru memberikan pengalaman yang cukup berarti."
"Kamu belajar cepat soal itu." Bertram menghembuskan napas. "Terima kasih sudah mengambil alih perhatianku."
"It's my job."
"Kenapa kamu gak bertanya ke aku pergi semalam? Dan apa yang mengganggu pikiranku saat ini."
"Aku ingin mendengarkan ceritamu tanpa perlu memintanya." Aku membuka kulit pisang. "Mau?"
Bertram menggeleng. Diapun berdiri. "Ayo bergabung dengan yang lain." Aku mengangguk, dan segera menghabiskan pisangku sekali lahap.
BERSAMBUNG
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro