Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6. Mengajuk

Akalanka Aleno Ryzard

☢☡☢☡☢☡☢☡

Sekarang giliran Bertram Bercerita

Jika ada kesalahan penulisan silakan tinggalkan komentar

☠☠☠☠☠☠☠☠☠

Aku pergi ke kelas atas 11 MIA 7 sebelum jam pertama di mulai. Tas ranselku sudah aku letakkan di kelas. Dan aku tidak sabar jika harus menunggu sampai jam istirahat. Pintu ruang kelasnya terbuka aku langsung melesak masuk. Pandanganku langsung tertuju pada dua orang yang duduk di barisan dua dari belakang deretan bangku di samping pintu masuk. Ezra dan Aleno terfokus pada buku tulis dan buku paket. Ezra sedang menjelaskan sesuatu ke Aleno.

"Ja!" kataku sedikit membentak. Aleno langsu menoleh dan Ezra masih terpaku pada bukunya. "EJA!"

Saat aku sudah sampai di samping bangku mereka aku langsung melepas kancing bajuku. "Lepas bajumu!" pintaku.

Ezra langsung mendongak. Saat itu aku sudah setengah melepas seragamku. "Jangan cabul. tahan ini sampai di indekos nanti."

"Okka kamu sedang apa?" itu suara Airish. Tidak ada waktu untuk melenggak di mana dia berada.

"Lihat," kataku sudah melepas kemeja batik sekolah. Aku tidak memakai kaos dalam. Aku sekarang topless. "Baju siapa ini?" aku menunjukkan nama yang terbordir di dada sebelah kanan.

Ezra menunduk dan memeriksa nama di baju yang dia pakai. Suasana kelas penuh bisik-bisik. Sedangkan aku melihat Aleno seperti menahan tawa. Itu sangat sarkas. Dia terlihat menghinaku, apa badanku lebih buruk darinya?

"Kamu kenapa ketawa?" tanyaku pada Aleno.

"Kamu bikin cewek-cewek kelas ini kegirangan!" Aleno menutup mulutnya dengan tangan untuk menahan tawa. Ezra juga terlihat menahan tawa tapi dia tidak melakukan apa-apa kecuali melihat sekeliling alih-alih melihatku.

"Eh, kamu kok sudah sekolah, bukannya masih sakit kemarin!" cecarku.

Dia hanya mengedikkan bahu dan masih terus menahan tawa.

Kuusap perutku dan merasakan gundukan-gundukan kecil di sana, ketika itu Ezra mulai melepas kancing bajunya. Kemudian aku berbalik, kelas sudah hampir penuh. Airish datang dari bangkunya. Deretan bangku di depan meja guru, baris ke tiga. Beberapa cewek sepertinya mencoba curi pandang untuk melihatku. Sedangkan siswa laki-lakinya tampak acuh tak acuh.

Airish memukul lenganku saat tiba di sampingku. Dia memberikan tinjuan yang menimbulkan bekas merah."Kamu apa-apaan sih, telanjang di kelas orang." Aku mendengar beberapa cewek tertawa. Termasuk suara laki-laki. "Nggak malu apa?"

Ezra mengulurkan kemeja yang baru dia lepaskan. "Maaf aku tidak periksa namanya. Kamu sih taruhnya di atas kasur." Ezra memakai kaos putih jadi dia aman tidak harus telanjang.

Sebenarnya ini bukan yang pertama. Dulu aku baru menyadari memakai seragam Ezra setelah hampir setengah hari memakainya. Sampai baru menyadari kalau guru olahraga, Pak Jono, memanggil.

"Ezra, kamu yang kemarin pinjam kunci gudang bola kan?" kata Pak Jono mengintrogasi. "Sekarang mana kuncinya?"

"Saya bukan Ezra, Pak," jawabku santai.

"Lah ini apa?" Beliau menunjuk bordir nama di dada kiri. Aku membaca susunan huruf terbaliknya. Ezra Adi Gumilang. "Nama kamu yang tercatat di buku saya."

Sial! Awas kamu, Ja!

"Baju saya tertukar sama bajunya Ezra, Pak!" Difensifku mungkin akan menjadi hal yang tidak masuk akal jika dalam situasi seperti ini. "Nanti saya kembalikan, Pak. Soalnya masih saya simpan di tas."

Pak Jono menggeleng. Dia memahami yang mana aku tidak peduli. Aku langsung pergi ke kelas Ezra dan menariknya ke kamar mandi untuk bertukar pakaian. Tapi kali ini tidak ada waktu. Bel jam bertama akan berbunyi lima menit lagi.

Kejadian waktu kelas sepuluh itu hampir sama dengan sekarang. Dulu kami sama-sama menyimpan di satu lemari. Tanpa memeriksa ulang baju siapa ketika memakai. Tadi pagi, aku meletakkan kemeja yang baru disetrika di atas kasur sedangan Ezra sudah menyetrika kemejanya pada malam sebelumnya. Dia menyampirkan di hanger lalu disimpan di lemari. Ezra mandi lebih dulu. Saat saat giliranku mandi dia mengambil bajuku lalu pergi ke sekolah. Saat aku kembali ke kamar aku kehilangan bajuku. 

"Ini nih teman sekamar gak tahu diri, baju orang main asal pakai." Perkataanku sangat sarkas kali ini. Dan aku segera memakai kemeja-ku.

"Iya, kan bisa di kamar mandi atau ke mana gitu gak harus di kelas kan?"

"Lama, keburu bel." Aku belum sepenuhnya memasang kancing tapi sudah mulai berjalan menuju pintu. Airish mengikuti. Aku berhinti ketika di bangku barisan depan.

"Aku minta kertas sama pinjam bolpoin dong!" pintaku pada cewek berkacamata dengan rambut kuncir kuda.

Airish terlihat bingung. "Itu di benerin dulu."

Cewek tadi memberikan apa yang aku minta. Saat itu Airis sedang menceramahi dan aku tersibuk menulis.

"Kalau kamu telanjang depan umum lagi aku cubit dada kamu kamu loh," ancam Airish.

Kulipat kertas berisi hasil tulisanku menjadi peswat kertas. "Terima kasih," kataku kepada cewek berkacamata tadi. Lalu aku berteriak. "Aleno, tangkap!"

Aleno terlihat terkejut dan aku segera melempat pesawat itu. Dia terlonjak berdiri untuk meraihnya. Tepat di tangannya.

Aku memasang kancing teratas sambil melihat ke arah Airish. Dia menggeleng. "Kenapa?" tanyaku.

"Jangan ulangi lagi. Lihat, kamu bikin Tina sawan," katanya sambil melihat ke cewek berkacamata.

"Sori, Tina!" seruku. Saat itu aku sudah selesai mesang kancing. "Nanti aku makan di lantai satu, Bude bisa marah kalau aku tidak mengisi kartu program."

Airish mengangguk dan aku mendekapnya dalam rangkulan, lalu mengacak rambut Airish.

"Bye, Tina!" seruku lagi melambaikan tangan ke cewek berkacamata yang tampak kebingungan.

Aku pergi sambil membenarkan kemejanya untuk masuk ke dalam celana. Aku melepas ikat pinggang untuk bisa memasukkan kemejaku. Aku pun berhenti melangkah dan sedikit menurunkan celanaku. Saat itu aku berada di ujung bawah tangga, Bu Lina guru Biologi lewat didepanku. Beliau hendak mengajar di kelasku pagi ini menatapku dengan tatapan aneh, sekaligus memberikan kesan jijik.

Bu Lina guru masih muda. Beliau termasuk guru baru karena baru dua tahun mengajar di sini. Tubuhnya yang kecil dengan rok span yang membuat gerak langkahnya terbatas, terlihat seperti kesusahan berjalan.

"Pagi Bu," sapaku. Koridor saat itu sudah mulai lengang.

"Mbok ya di kamar mandi gitu benerin baju." Beliau terus melanjutkan perjalanan menuju kelas 11 MIA 3.

Aku hanya meringgis sambi berusaha merapikan bagian belakang.

Setelah semuanya beres aku langsung berjalan menuju kelas. Suara bel pertanda jam pertama berbunyi nyaring. Bu Lina baru saja masuk ke kelas sepuluh detik sebelum aku. Aku langsung menuju ke bangkuku. Tidak lama Bu Lina mengucapkan salam lalu mengabsen. Beliau memulai pelajaran dengan menuliskan sesuatu, sepertinya akan cukup banyak tulisan, di papan tulis. Aku langsung merebahkan kepala di bangku. Aku butuh kopi dan sebatang rokok saat ini.

(BERSAMBUNG)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro