Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter Ten

“Billy!” teriak Richard histeris, tampaknya pria itu tak memahami apa yang telah terjadi. “Billy, turun dari sana, Nak. Ini Ayah, mari kita pulang.”

Sosok Billy yang kecil hanya terdiam. Tatapan mata anak kecil itu sudah terlihat tak manusiawi lagi bagi Martha. Dengan cepat Martha menyadari bahwa itu bukan Billy. Raganya mungkin memang Billy, tapi jiwa yang mengisinya bukan lagi sosok anak kecil ... melainkan iblis.

“Nak,” ujar Richard kembali memelas. Kelopak matanya berkaca-kaca. “Ayo kita pulang, Nak. Ibumu sudah sangat ingin bertemu denganmu lagi.”

Kemudian, semuanya terjadi begitu cepat hingga Martha tak sanggup mencegahnya. Sosok anak kecil di atas pohon terjun bebas, nyaris saja mendarat di atas tubuh Richard yang tepat di bawahnya. Gerak refleks Matteo yang cepat segera mendorong Richard tepat waktu. Namun, momentum ketika tubuh Billy terjatuh dengan kedua kakinya sempurna menjejak tanah memiliki daya yang kuat. Sebuah energi yang besar membuat semua orang terpental.

Tubuh Fergus, Matteo dan Richard terlempar beberapa meter jauhnya. Ketiga pria itu langsung tak sadarkan diri. Daya kejut yang sama juga membuat tubuh Martha terdorong cukup jauh, rasa sakit dirasakannnya di sekujur tubuh akibat terjatuh dan berguling-guling di tanah. Namun, kesadaran dirinya masih bertahan.

Selanjutnya, suara tawa Ben yang menggelegar terdengar, tampak puas pada kekuatan yang dimiliki Billy. Pria itu segera menyadari kesadaran Martha dan berjalan mendekat.

Menahan rasa sakit di tubuhnya, Martha merangkak menjauh. Hatinya kini hanya diisi rasa teror murni. Sudah lama dirinya tak pernah merasakan takut seperti ini, sejak melihat Teddy adiknya dibunuh oleh sesosok iblis akibat kecerobohannya dulu.

“Jadi, hanya sebatas inikah kemampaun spesial sang pemburu hantu yang diutus oleh Brocker Brotherhood? Mengecewakan,” komentar Ben, semakin senang melihat keputus asaan Martha. “Jujur saja, aku ternyata sudah terlalu tingi menilaimu. Kukira kau bisa lebih hebat dari ini.”

“Apa maumu?” ujar Martha terisak, mengakui bahwa kemampuannya sebagai anggota keluarga Charbonnet ternyata belum begitu bagus. “Apa kau akan membunuhku sekarang?”

Well, sayangnya tidak. Belum. Tidak sekarang,” ujar Ben dengan nada kecewa. “Aku masih membutuhkanmu hidup-hidup untuk menyampaikan pesan. Ketika Fergus bilang bahwa akulah yang mengusulkan untuk meminta bantuan Brocker Brotherhood menyelesaikan masalah teror hantu ini, itu memang benar. Kau ingin tahu alasan aku melakukan itu? Karena aku ingin salah satu anggota organisasi sampah itu menjadi saksi bagaimana aku berhasil membangkitkan sesosok iblis, aku ingin kau di sini menjadi saksi bahwa kekuatan kami telah bertambah. Sampaikan pada teman sekelompokmu itu bahwa kami sudah tak main-main lagi untuk mewujudkan keinginan sejati kami.”

Martha sesungguhnya tak paham apa yang sedang Ben bicarakan. Dia pasti tak tahu bahwa Martha sebenarnya hanyalah anggota kelompok yang baru direkrut. Dirinya tak paham apa-apa soal bertambah kekuatan dan sebagainya. Namun, demi menyelamatkan nyawanya kali ini, Martha mengangguk pura-pura mengerti. “Aku mengerti, pesan akan disampaikan.”

“Bagus,” puji Ben singkat. “Sekarang untuk perpisahan, ada yang ingin Tuanku sampaikan padamu.”

Bennedict menggeser tubuhnya dan memberi jalan pada sosok Billy yang kini telah dikuasai sesosok iblis.

Mulut dari sosok anak kecil itu tak berbuka sedikit pun, tapi suaranya terdengar jelas di dalam kepala Martha.

Sebarkan pesan pada banyak orang yang kau kenal, Agathos kini telah cukup kuat untuk memorak-porandakan semuanya.

Tangan kecil sang iblis Agathos pun menjentikkan jari, dan Martha tumbang, terjun dalam ketidaksadaran.

Hal yang selanjutnya Martha ketahui adalah, dirinya terbangun di atas sebuah kasur empuk yang nyaman. Dikelilingi oleh Matteo, Fergus serta beberapa warga yang tak begitu ia kenal. Beberapa menit selanjutnya, Martha diberi penjelasan bahwa dirinya digotong dari hutan ke rumah Fergus di Shastallation Village.

Di pagi hari, para warga memberanikan diri mencari mereka kehutan dan menemukan keempatnya masih tak sadarkan diri di sebuah area luas dengan pohon besar di tengahnya. Para warga bekerjasama membawa mereka kembali ke pemukiman. Matteo, Fergus serta Richard sudah sadarkan diri tadi pagi, sementara Martha baru bangun ketika matahari sudah nyaris terbenam lagi.

“Aku masih bingung dengan apa yang terjadi semalam,” ujar Matteo sambil mengelus pelan pundah kekasihnya. “Apa yang sebenarnya terjadi? Ke mana Ben dan Billy? Orang-orang yang menemukan kita berkata bahwa hanya ada kita berempat di lapangan itu.”

“Aku juga bingung,” timpal Fergus. “Keberadaan Ben benar-benar lenyap. Tadi siang kami menggeledah rumahnya dan tak menemukan apa-apa. Dan semalam yang terakhir aku ingat hanyalah si anak kecil Biily itu terjatuh dari pohon.”

Perkataan dari kedua lelaki itu langsung membuat Martha ingat segalanya. “Ini salahku,” ucap Martha terisak. “Aku gagal menyelamatkan semuanya. Ben telah berhasil membangkitkan sang iblis dan Billy ... dia ....”

Martha tak kuasa mengakhiri perkataannya.

“Billy tak dapat diselamatkan bukan?” Martha terlonjak kaget karena mendengar suara Jill. Dirinya baru sadar bahwa wanita berambut keperakan itu juga ada di ruangan yang sama. Duduk di pojok sehingga kehadirannya sempat tak disadari. Jill bangkit berdiri dan berjalan mendekat. “Aku bisa menduga hal ini bisa terjadi. Seharusnya kita bertindak jauh lebih awal untuk mencegah semuanya.”

“Maafkan aku,” tutur Martha lirih. “Aku tak bisa mencegah semua itu terjadi.”

Matteo memeluk dirinya lembut. “Ssst ... jangan bilang begitu, Sayang. Aku tahu kau sudah berjuang keras. Kau tahu, aku sangat kagum saat kau berhasil menenangkan para zombie itu. Caramu bersenandung menenangkan mereka, itu terasa sangat ajaib. Kau benar-benar sudah melakukan segala hal yang memang perlu kau lakukan.”

“Tapi aku gagal menggagalkan rencana jahat Ben,” elak Martha menolak diberi pembelaan. “Aku juga tak berhasil menyelamatkan Billy. Demi Tuhan, apa yang harus kukatakan pada Richard nanti kalau aku bertemu dengannya?”

“Martha, untuk kali ini apa yang dikatakan pacarmu benar,” sergah Jill meyakinkah. “Tak perlu menyalahkan diri sendiri. Misimu di sini sudah selsai, aku yakin teror para hantu ini takkan terjadi lagi. Kau bisa kembali pulang ke Alabama secepatnya, atau ke Florida jika kau ingin menyusul kedua orangtuamu yang sedang berlibur. Aku akan mengantar kalian kembali ke bandara setelah kalian siap berangkat.”

Rasa heran melanda Martha lagi, bagaiaman bisa dia tahu bahwa kedua orangtuanya tengah ada di Florida? Namun untuk saat ini Martha merasa malas untuk menanyakan hal itu. Perkataan Jill memang benar, tak ada yang menyalahkannya. Fergus beserta warga lain banyak mengucapkan terima kasih padanya, berkat bantuannya penduduk di Shastallation Village telah terbebas dari teror hantu itu.

Begitu banyak ucapan terima kasih yang Martha tak pantas terima hingga membuat gadis itu malu.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro