Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

8. aku menyakitimu, dan aku masih berharap

[mantan]

Hyun Ae-Kyuhyun

Oppa, apa kau masih mencintaiku?

*

Mantan. Hm, satu kata yang berarti banyak hal. Lebih banyak sih soal yang menyakitkannya. Segala kenangan indah yang pernah ditanam bersama, seolah menghilang begitu saja karena satu kejadian yang membuat sakit luar biasa. Oke, jangan salahkan tiap individu dalam bersikap dan berperasaan. Biarkan itu menjadi masalah mereka masing-masing.

Aku pernah dengar. Katanya sepasang kekasih yang telah berubah menjadi mantan, jika mereka tetap berteman baik, maka akan ada dua kemungkinan. Antara aslinya mereka masih memendam rasa cinta, atau ... mereka tidak pernah saling mencintai.

Untukku dan Kyuhyun Oppa.

Hm.

Aku sudah tidak bertemu dengannya lagi semenjak kami putus. Yang memutuskannya adalah aku. Tolong jangan hakimi dulu. Oke, aku masih mencintainya. Sangat. Tapi-tapi, ini tidak semudah yang kalian kira.

Pada saat itu, saat kelulusan SMA, orangtuaku menyuruhku kuliah di luar negeri. Aku paling tidak bisa menolak permintaan mereka, dan apalagi jika itu alasannya karena seorang 'pacar'. Dalam kamus keluargaku, pacar tidak termasuk ke dalam hal-hal yang boleh kami lakukan.

Karena tidak mau menjalani hubungan jarak jauh, dan takutnya aku akan membuat dia kerepotan, jadi aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami saja. Saat itu Kyuhyun Oppa tidak berkata apa-apa, seolah menerima sekaligus tidak menerima. Sudahlah, aku tidak perlu tahu juga. Yang penting, ikatan aku dan Kyuhyun Oppa sudah terputus.

Kejadian itu sudah lima tahun berlalu, dan aku merasa deg-degan ketika kembali ke negara asalku. Rasa takutku terus muncul membayangkan jika aku sampai ketemu Kyuhyun Oppa, apa yang akan aku lakukan? Karena nyatanya, aku masih sangat mencintainya.

Salahkah aku? Memutuskan, tapi masih berharap.

Sampai di bandara, menunggu ayah menjemput, aku mampir sebentar ke salah satu kedai kopi terdekat. Tempatnya lumayan sepi, aku jadi tidak harus lama mengantri.

Tiba giliran memesan, air mataku tumpah tanpa permisi.

Ini nampaknya tidak mungkin. Apa aku terlalu berharap akan bertemu dengannya sehingga berhalusinasi seperti ini?

"Selamat sore, Nona. Boleh saya mengetahui apa pesanan Anda?"

Kau tidak memedulikan aku yang sedang menangis ini?

Aku hampir ambruk, menumpukan lengan pada konter. Kuatur napas yang terasa memburu ini, menunduk dalam ketidakingintahuan.

"Nona? Anda baik-baik saja?"

Dadaku sesak.

"Oppa ...."

"Maaf?"

"Apa kau masih mengingatku?" Aku tidak ingin melihat wajahnya yang seperti tidak mengenaliku itu.

"Hyun Ae?"

Aku semakin keras menangis, tidak peduli akan pelanggan lain yang mengantri di belakangku.

"Ada apa ini?" Pemuda lain datang dari dalam konter, menghampiri Kyuhyun Oppa yang sedang kebingungan berat mendapati seorang gadis menangis di depannya. Kemudian, dia menoleh padaku, lalu ke Kyuhyun Oppa lagi. "Ck, cepat urus pacarmu itu, Kyuhyun. Kau merepotkan saja."

Pacar? Bukannya kami sudah putus?

Di pertengahan waktu kerja itu, di saat para pelanggan masih mengantri menunggu giliran memesan, salah satu barista memutuskan untuk menjeda pekerjaannya demi mengurusi seorang perempuan yang sangat merindukannya.

Setelah melepas celemek, Kyuhyun Oppa melintasi konter, berjalan mendekatiku, berhenti, tersenyum penuh arti, lantas menautkan jarinya ke jariku lembut, membawaku keluar dari kedai. Kami menjadi pusat perhatian sebentar, tapi aku seolah tidak peduli akan hal apa pun lagi, karena Kyuhyun Oppa sudah bersama denganku lagi sekarang.

Kami berhenti di satu-satunya tempat duduk yang terletak di dekat kedai. Tautan tangan terlepas, namun senyuman manisnya masih setia menghiasi wajah rupawan nan menghangatkan itu.

"Oppa ...."

"Kenapa pacarku?"

Eh?

Ini terlalu indah untuk jadi kenyataan. "Bukankah kita sudah putus ya, Oppa?"

Kyuhyun Oppa menggeleng. "Aku tidak pernah menganggap kita putus. Apa itu? Hanya permintaan salah satu pihak. Aku tidak akan pernah mengatakan 'ya' untuk hal semacam itu, oke. Dan tolong, jangan katakan itu lagi, ya? Kau tahu, aku selalu menunggumu di sini, di bandara, berharap ya ... kau akan pulang dan kembali ke sisiku. Yah, lima tahun, cukup lama rupanya."

"Aku sudah menyakitimu."

"Tidak cukup sakit sehingga bisa membuatku meninggalkanmu."

Oppa ....

Aku memukul dadanya. "Baiklah, akan kusakiti lagi hati ini hingga hancur berkeping-keping."

Dia memegang pinggangku, membuat jarak menjadi dekat, kemudian, keningku dikecupnya. "Silakan saja."

*

dedicated to nandaahime

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro