Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

25. awas saja jika surrey berbohong

[kedai]

Ririn-Rama

Mana sih orangnya.

.

"Rin. Kemarin ada manusia kelinci yang menanyakanmu, lho."

"Oh, oke."

"Sudah? Begitu saja reaksimu?"

"Eh, apa?"

Pelayan kedai yang sudah akrab denganku itu menyimpan gelas-gelas besar soda berbuih ke meja pelanggan. Aku yang duduk di kursi konter jadi terpunggungi olehnya.

"Pertama, jarang-jarang ada yang memberimu salam begini. Kedua, dia satu ras denganmu."

"Apa????" Hentakan kakiku ke lantai kedai menimbulkan suara yang ribut dan menyedot semua perhatian pelanggan serta pelayan lain.

Aku cengengesan, kembali duduk, lalu memutar kursi. Napas kuhela, tangan kukepal, tak sabaran menunggu Surrey meneruskan bicara. Tapi lihatlah dia malah pura-pura menyibukkan diri sekaligus menghindari titikku berada.

Ada manusia kelinci yang menanyakanku?

Menanyakanku soal apa?

Kenapa dia tahu aku di sini sedang aku saja tidak tahu? Padahal hampir setiap hari aku datang ke tempat ini.

Namun sialnya Surrey tak melanjutkan perkataannya yang sebelumnya meski aku marah sekali pun. Dia cuma senyum-senyum seolah tadi dia tak bilang apa-apa.

Ck.

Esoknya dan hari seterusnya lagi aku menjadi lebih sering datang ke kedai itu, berharap bisa bertemu dengan 'manusia kelinci' yang pernah dikatakan Surrey. Namun sudah satu minggu tak ada yang menghampiriku.

Aku mulai berpikir jangan-jangan dia cuma mengarang cerita untuk membuatku senang. Dia pun tak pernah lagi mengungkit masalah itu dan selalu mengelak setiap kutanyakan.

Ck.

Oke, dia berbohong—

Seseorang dari kejauhan menatapku.

Aku terpaku.

Manusia kelinci?

Kemudian tiba-tiba kurasakan semua orang di kedai itu menghilang, menyisakan dirinya dan diriku saja. Aku tak bisa memalingkan pandangan darinya.

"Akhirnya, kau menyadari keberadaanku juga."

Seperti ada yang bicara.

"Ririn, ya?"

"Apa? Ha?"

Tahu-tahu saja yang betah kutatap barusan telah berdiri di dekatku. Dia memiliki tubuh yang tinggi, tegap, dan bahu yang terlihat kuat. Dua tangannya bersembunyi di balik jaketnya.

Tadi... dia menyebut namaku?

"Kau si manusia kelinci yang menanyakanku itu?"

"Apa? Aku hanya menanyakan namamu ke pelayan saja."

Lalu laki-laki itu duduk di kursi sebelahku, kursi konter. Dia tak membawa minumannya dari mejanya semula.

Aku masih asyik mengagumi keberadaannya.

"Kenapa melihatku seperti itu? Mau aku tatap balik?"

"Tatap saja."

"Yakin?" Tiba-tiba dia tersenyum. Dan yang baru kutahu ternyata senyumnya sangat-sangatlah....

Aku memutar kepala. "Maafkan aku telah bertindak kurang sopan."

"Sepertinya aku yang telah bertindak kurang sopan."

"Hah?" Aku meliriknya.

"Aku selalu memandangimu diam-diam setiap kita berdua datang ke kedai ini."

Mungkinkah kalimat seorang laki-laki asing mampu memerahkan telinga seorang gadis polos sepertiku?

Ah.

Aku tidak tahu bagaimana harus berkata-kata. Ini terlalu mendadak.

Oh tapi, bukankah sesungguhnya ini adalah akhir penantianku?

Akhirnya kami pun cuma diam-diaman saja. Laki-laki kelinci yang belum kuketahui namanya itu memesan kacang rebus dan teh jahe. Dia lalu memakannya masih di sana, di sebelahku, tanpa sekali pun menawarkan makanannya.

Ah, dia menggeser piring kacang rebusnya padaku. Aku memakannya dalam diam.

Aku belum berani menanyakan namanya.

"Ririn, ya?"

"Hm?"

"Tadi kau belum mengiyakan pertanyaanku itu."

"Yang mana?"

"Ririn, ya?"

"Hah?" Oh. "Iya, aku Ririn."

"Tidak tertarik mengetahui namaku?"

"Apa?"

Kenapa yang keluar dari mulutku selalu itu-itu saja! Tidak kreatif. Dan sangat terlihat terkejutnya.

Aku tertariklah. Tapi masih belum berani. Lagi pula kenapa dia memancing?

"Awalan huruf kita sama."

"Masa?"

Dia mengangguk. "Pertanda jodoh."

Astaga.

Sangat terus terang sekali di perjumpaan pertama ini.

"Maaf ya jika aku langsung bersikap terang-terangan begini," katanya, tahu apa yang tengah kupikirkan. "Tapi sebenarnya kita sudah lumayan lama bertemu. Cuman kau-nya saja yang tidak sadar, Rin."

Dia bahkan tahu nama pendek akrabku. "Lalu, kenapa baru mendekatiku sekarang? Kenapa harus menungguku menyadari eksistensimu dulu?"

"Sudah jelas." Aku ditatapnya tepat di bola mata. "Aku ingin kau fokus pada dirimu sendiri dulu. Dan sekarang, melalui pendekatan yang akan kita jalani nanti," dia mendekat ke telingaku, "aku ingin kau fokus padaku juga."

Jantungku kedapatan racun mematikan.

"Katanya Rama mencintaimu."

"Namamu siapa?"

"Rama."

dedicated to Akihiro_Bear_Reader

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro