Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

17. kupastikan itu sebelum februari berakhir

[scarf]

Luck-Chee

aku bisa melakukannya hanya saat musim dingin turun.

.

Aku benci musim dingin.

"Hahahaha. Pakai tiga lapis jaket saja sekalian!"

"Jagoan kok kedinginan."

"Gampang kita habisin, nih."

"Jangan dulu sekaranglah." Aku menatap lesu mereka bertiga. Di bawah guyuran keping-keping salju dan udara membekukan, wajah ketiganya semakin ingin kuhajar andai saja badanku tidak berubah lemas.

Mereka bertiga tertawa, yang berdiri di tengah yang paling kencang. Sampai sekarang aku tidak tahu namanya, tidak penting. "Tidak semudah itu mengajukan gencatan senjata."

"Ayolah, aku mohon." Harga diriku sedikit kupotong demi kedamaian hari itu. "Aku tidak mau merepotkan Chee dengan terus memintanya mengobati luka-lukaku."

"Chee siapa?"

"Cewekku."

"Cewek di belakangmu maksudnya?"

Saat melongokkan kepala, kutemukan seorang cewek pendek yang hanya mengenakan baju lengan panjang dibungkus baju pendek lainnya. Wajahnya mematung di balik punggungku.

"Dia punya cewek."

"Imut lagi. Kau sudah kalah, Magna."

"Yah, Luck memang lebih cakep darimu, sih."

"Diam!"

Dan kacung-kacung itu pun lari terbirit-birit meninggalkan perkelahian yang takkan pernah kumulai sampai Februari usai.

"Kau mendengar perkataanku barusan?"

Dia diam.

"Oh, dengar berarti."

Baguslah. Aku tak perlu susah-susah lagi memupuk keberanian mengakui sepihak status tersebut.

Kuhadapkan tubuhku sepenuhnya padanya. Di halaman belakang gedung Fakultas Kesenian itu, kami terlihat seperti dua mahasiswa dan mahasiswi yang salah satunya hendak menyatakan cinta.

Belum. Aku belum menyatakan cinta pada Chee. Aku tahu kapan hari itu akan terjadi.

"Kelasnya sudah selesai?"

Chee belum juga bersuara dan tidak kelihatan akan bersuara kalau aku tidak melakukan sesuatu.

Aku melepas hoodie yang kupakai, menyisakan hanya kaus panjang biru malam saja di badanku, mengambil totebag di bahunya, lalu memakaikan hoodie itu ke kepalanya.

"Duh, ngapain, sih."

Tuh, kan.

Aku harus melakukan sesuatu dulu.

Chee mengenakan sendiri hoodie yang kupasang asal-asalan barusan, menghasilkan ujung jaket kebesaran tersebut hampir mengenai lututnya.

Aku sangat suka saat dia terlihat bertambah kecil begini.

Chee menatapku pura-pura sebal. "Bukankah kau kedinginan, Luck?"

"Aku tahu apa yang membuatku hangat."

Segera saja kuambil tangannya untuk membawa kami berjalan bersama meninggalkan ruangan sakral tersebut. Siapa pun yang orang-orang kira telah menyatakan perasaan cinta di antara kami berdua, nyatanya 'hubungan' itu telah dimulai jauh-jauh hari sebelum musim dingin datang.

"Kau tidak jadi bertengkar dengan mereka?" Chee memandangi jejak-jejak langkah sepatu kami yang tercetak di atas salju.

Aku menggeleng. "Mereka pecundang kalau mengajakku bertarung di saat aku sedang lemah-lemahnya begini."

Fokus pandang Chee beralih ke mukaku. Tidak ada lagi plester-plester yang biasa ditempelnya di sana. "Luck benci musim dingin, ya?"

"Tadinya."

"Tadinya?"

Pertanyaan itu mengambang di sepanjang perjalanan pulang kami menuju taman kota. Chee tidak tahu aku membawa langkah kami mengarah ke tempat tersebut.

Aku tahu kehadirannya saja sudah membuat hatiku hangat.

Tapi aku menginginkan lebih.

Begitu Chee sudah terduduk nyaman di dudukan keramik pinggiran pohon-pohon hias, kubuka risleting tas punggungku, mengambil suatu barang di dalamnya.

Aku duduk merapat padanya, lalu melingkarkan scarf rajut merah hati yang gagal kukasih untuknya ke sekeliling leher kami, membuat cewek itu benar-benar menempel di sisiku.

"Tadinya aku membenci musim dingin. Sebelum aku menyadari aku bisa melakukan ini padamu hanya saat musim di pengujung tahun ini turun."

"Luck...." Berhasil. Panas tubuhnya menjalar sampai ke sini.

"Hangat, kan?"

"Iya."

Tunggu sampai aku menyatakan cinta padamu ya, Chee.

art by and dedicated to Clouchi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro