Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16. lebih, ya, lebih

[partner]

Syunso-Rie (pt. 2)

Kenapa reaksimu berkebalikan dengan perkataanmu?

*

Rie, Rie, ya Tuhan. Kamu itu terlalu pacarable. Plislah, kan kamu sendiri yang terus-terusan ngungkit kalau kita ini cuma sebatas partner. Tapi kenapa kamu sering bertindak seolah kamu itu pacar aku? Pengen banget ya aku pacarin?

Hm.

Kita sering berduaan ke mana-mana. Yaiya memang kita partner. Tentu harus selalu bersama, kan? Orang-orang mungkin menganggap kita sebagai sepasang—apa ya yang cocok. Masih terlalu muda sih untuk bisa dikatakan anu. Dahlah, jadi mikir yang gak bener ini.

Beberapa kali aku kerap mengungkitnya soal pacar dan pacar, berkata seperti aku ingin segera mempunyai pacar kayak dia. Benar kok benar. Aku ingin menjadikan Rie sebagai sesuatu yang lebih dari partner. Tapi ... dia kayak yang ragu?

"Apa aku harus jadi pacar kamu dulu biar bisa ngertiin kamu?"

Aku merasakan sekujur tubuh Rie memanas, kayak kita kalau lagi ada di deket termos yang udah mateng, gimana panasnya tuh.

"Rie." dia terus-terusan diam. Sampai aku menggunyel-gunyel pipinya pun dia masih tidak bersuara.

"Wey, kalian benar-benar terlihat seperti sepasang kekasih."

Kami berdua sama-sama saling melepaskan diri, menjauh sedikit. Lagi-lagi canggung setiap dikatai seperti itu. Ya bagaimana tidak, itu hal yang cukup sensitif? Meski kami sama-sama saling merasakan perasaan suka pun, ah masa.

Dan benar saja. Setelah masing-masing minuman tersaji di atas meja, aku dan Rie yang duduk berhadapan, tampak sedang berada dalam keadaan yang tidak bisa mengobrol dengan lancar. Hasilnya hanya kesunyian yang terjadi di antara kami.

Ya ampun, ini bukan yang kuinginkan.

"Lagi mikirin apa?" topik ini akan membuat semuanya menjadi jelas, aku harus menariknya ke dalam sebuah percakapan serius.

Ekspresinya sulit ditebak. Bikin kesal saja.

Minumannya habis, dan minumanku yang masih tersisa banyak kemudian dia ambil. Mengganti sedotan, lantas langsung meminumnya.

Hee?

"Kenapa?" sewot sekali bicaranya. "Masalah anunya aku ambil?"

"Iyalah."

"Dih. Pelit amat."

"Itu kan kepunyaan aku."

"Kepunyaan kamu, kepunyaan aku juga."

"Kenapa bisa gitu?"

"Karena kamu partner aku."

"Partner kan, bukan—"

Jangan pake pola yang sama, kampungan.

"Bukan teman hidup."

"Ohok."

Keselek gak tuh.

"Syunso!" Lho, kenapa marah. "Jangan ngomong sembarangan."

Alisku naik sebelah.

"Jangan ngomong gitu." Dia keliatan bete, sekaligus ... apa ya?

"Hm?" Aku terus mengamatinya. "Bagus jadi teman hidup, biar gak perlu cari cewek lagi. Yang ada di deket aja."

"Syunso!"

Byur!

Sialan. Dia nyiram aku pake minuman tadi, terus kabur. Apa sih masalahnya? Enggak suka aku goda? Tapi tuh muka kenapa merah pake banget? Nagihin tau gak, bikin kamu kayak gitu tuh. Nagihin tau gak, ngeliat kamu lucu kayak gitu tuh.

Abis ngelap muka sama rambut yang kebasahan dan lumayan lengket, aku nyusul dia keluar. Searea isi kedai tadi sebenarnya sudah riuh, lagi-lagi mungkin berpikir kalau kami adalah sepasang anu yang sedang bertengkar. Iya anu, anu, dan anu. Sensor dulu anu-nya, masih belum aku perjuangin banget.

Perjuangan untuk lebih dari sekedar partner.

Rie bener-bener kabur. Sosoknya gak ada di sekitaran jalanan sana, dan gak ada yang liat dia pergi ke mana juga.

Mengesalkan. Astaga.

Kalau kamu juga suka, kenapa harus bertindak kayak gitu? Suka tapi nolak?

Dahlah.

Ayo berjuang, Syunso.

Lewat sampai malam turun ke permukaan bumi, Rie belum juga kutemukan. Tidak pernah sebelumnya dia kabur sejauh ini. Biasanya nanti suka balik, tapi ini udah kelamaan.

Rie ih, please.

Aku butuh kamu di sisi aku.

*

dedicated for -melrielin_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro