Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 1 - Manusia Gepeng

Bukan murid namanya, jika tidak mengeluh. Hal itu juga dirasakan oleh puluhan murid yang bernaung di bawah kelas 11 Sains 1 itu.

Walau begitu, meskipun sumpah serapah dilontarkan beberapa dari mereka lewat gerakan bibir tak bersuara, namun jemari mereka tetap sibuk bekerja. Dengan cekatan, mereka mencatat soal yang tengah didiktekan oleh sang guru. Rasanya, jemari mereka hendak patah saking banyaknya soal yang harus mereka catat. Seharusnya, mereka sadar bila mereka tidak boleh percaya betul pada kalimat legend yang dilontarkan oleh para guru.

"Pertanyaannya hanya ada tiga. Ibu lagi baik, makanya soalnya dikit."

Sebab, sejak 10 menit yang lalu ketika sang guru mulai mendikte, mereka masih belum selesai mencatat. Malah mereka kelimpungan karena sang guru yang mulai mempercepat acara mendiktenya, mengingat sudah dikejar oleh waktu.

Tepat saat bel istirahat berbunyi, para murid melepaskan pulpen yang sedari tadi digenggam tangan mereka seiring dengan sang pendikte yang berhenti bersuara.

"Baiklah, tugasnya silakan dikerjakan. Minggu depan, akan kita bahas bersama. Sekian kelas hari ini, saya akhiri, terima kasih untuk perhatiannya."

Selesai kalimat itu diucapkan, sang guru pun melenggok keluar dari kelas, diekori oleh beberapa murid yang sedari tadi telah mengambil ancang-ancang untuk berdiri. Seolah-olah mereka tengah dikejar waktu, yang membuat mereka tidak boleh terlambat sedikit pun keluar dari kelas.

Beda halnya dengan Morena dan Geisha yang masih anteng duduk di bangku mereka masing-masing. Jika Morena masih setia membaca kembali pertanyaan yang barusan didiktekan oleh sang guru, maka Geisha sudah sibuk mengeluarkan sejumlah uang dari kotak pensilnya yang merangkap sebagai tempat penyimpanan uang.

"Mo, ke kantin, yuk. Aku mau jajan," ajak Geisha sembari menoel-noel lengan Morena.

"Bentar, Ge. Aku mau nyari jawaban soal nomor 2 dulu," sahut Morena membolak-balikkan lembaran di buku paketnya, berusaha mencocokkan pertanyaan yang dia catat dengan materi di buku paket.

"Ayo, buruan. Nanti kantinnya keburu tutuppp ...," rengek Geisha.

"Ngadi-ngadi kamu, Ge. Mana mungkin kantinnya tutup. Bilang aja kamu udah ngegebet mau jajan," protes Morena. Morena menutup bukunya, kemudian menatap ke arah Geisha yang tengah menyengir di hadapannya.

"Ayo ke kantin!" seru Geisha yang kini sudah berdiri di samping mejanya.

Melihat keantusiasan Geisha, Morena mengulum senyumnya. Gadis itu menjulurkan tangannya kepada Geisha. Geisha yang paham kode kemudian menarik tangan Morena untuk bangkit berdiri.

"Uhh, berat banget, sih, kamu. Habis makan batu 1 ton, ya?" tanya Geisha yang dihadiahi sebuah pukulan yang mendarat di bahunya.

"Enak aja makan batu. Gini-gini aku masih waras kali. Emangnya kamu!" cibir Morena sembari berjalan ke luar kelas.

"Sembarangan! Aku masih waras kali." Geisha tak terima.

"Masa, sih?"

"Iya. Gak percayaan, ya, kamu sama teman sendiri!"

"Bukannya gak percaya. Cuma aku lagi coba ingat-ingat lagi. Siapa, ya, yang kemarin loncat-loncatan di atas kasur pas ngelihat gambar manusia gepeng yang ada di dinding?"

"Enak aja! Itu bukan gambar manusia gepeng, tahu!" protes Geisha mengerucutkan bibirnya. Gadis itu tidak terima bila wajah idolanya disebut sebagai manusia gepeng oleh Morena. Padahal, memang kenyataannya seperti itu. Morena bahkan tidak merasa ada yang salah dengan kalimatnya.

Sekejap setelah merasa kesal dengan kalimat Morena, Geisha kembali memamerkan senyumnya. Dengan mata yang berbinar, Geisha berucap dengan puitisnya. "Gambar yang terpajang indah di dinding kamarku adalah potret calon jodohku di masa depan."

"Geli, Ge!" cibir Morena.

Geisha ingin membalas cibiran itu lebih lanjut. Sayangnya, mereka sudah tiba di kantin. Niatan Geisha ingin kembali berbicara seketika sirna. Gadis itu dengan cepat mengambil langkah menuju antrean panjang di depan salah satu stand.

Morena yang bingung hendak jajan apa, memilih untuk mengekori Geisha di belakang. Sedikit memicingkan matanya, ia membaca tulisan yang ada di depannya.

Siomay Bandung.

Setelah puas mengantre, akhirnya Geisha dan Morena mendapat giliran. Masing-masing dari mereka beranjak pergi dari stand dengan plastik bening kecil berisikan siomay.

"Mo, nanti ngerjakan tugasnya bareng-bareng, ya," ujar Geisha di sela-sela acara makannya.

"Yakin?"

Geisha mengernyitkan dahinya. "Yakin? Maksudnya? Yakin apa?"

"Yakin ngerjakan tugas bareng? Bukannya cuma aku yang ngerjakan, sedangkan kamu tinggal nyalin?"

Geisha yang mendengar kalimat Morena segera membulatkan kedua bola matanya. "Ih, Morena! Buka kartu ah, kamu. Gak seruuu."

Morena tergelak melihat aksi Geisha yang seperti itu. Ya, seperti biasanya. Manja.

"Gurau, Ge. Jangan dimasukin ke hati kali," ujar Morena seraya menyenggol lengan Geisha secara perlahan.

"Tau, ah. Aku ngambek!" tandas Geisha. Gadis itu melangkah lebih cepat dan meninggalkan Morena. Melancarkan aksinya untuk mengambek atas ulah Morena yang buka kartu atas dirinya.

Morena yang sudah hafal gelagat Geisha malah tertawa lebih lanjut. Morena tetap pada langkah santainya menuju kelas, beda halnya dengan Geisha yang sudah tiba terlebih dahulu di depan pintu kelas.

Anehnya. Gadis manja satu itu memutar badannya dan berjalan kembali menuju ke arah Morena. Morena mengernyitkan dahinya sembari bertanya-tanya di dalam hati, kenapa Geisha tidak masuk ke dalam kelas?

"Katanya tadi ngambek sama aku?" tanya Morena sedikit meledek.

"Emang ngambek," jawab Geisha melipat kedua tangannya di depan dada.

"Lalu, kenapa balik lagi?"

"Gak betah di kelas. Si duo buciners asyik pacaran di dalam kelas! Bikin mata sakit. Padahal udah aku peringati berkali-kali untuk berhenti menunjukkan ke-uwu-an mereka di depan aku. Gak tahu apa betapa sakit hatinya aku karena gak bisa berduaan dengan ayang nan jauh di mata?!" celoteh Geisha habis-habisan.

Beruntungnya, telinga Morena sudah bebal akan celotehan itu.

"Ayang nan jauh di mata? Maksudmu manusia gepeng itu?"

"MORENA! STOP PANGGIL MEREKA MANUSIA GEPENG!"

Tanpa sadar, teriakan itu membuat mereka berdua mendadak menjadi pusat perhatian.

***

Rasanya, tidak akan pernah ada kata cukup untuk waktu istirahat. Padahal, 20 menit adalah jangka waktu yang cukup lama. Akan tetapi, tetap saja masih ada banyak murid yang berkeliaran di koridor kelas. Seolah mereka enggan memasuki kelas sebelum menangkap sosok guru yang berjalan keluar dari kantor guru menuju arah kelas.

Dan, benar. Setelah seorang guru laki-laki dengan postur olahragawan itu ke luar dari kantor, anak-anak 11 Sains 1 langsung berhamburan masuk ke dalam kelas. Melihat teman-teman yang berada di koridor berlari masuk, mereka yang ada di dalam kelas lantas bergegas ke bangku mereka masing-masing.

Tak berselang lama kemudian, guru tersebut masuk ke dalam kelas. Riyo-sang ketua kelas-lantas memberikan aba-aba kepada seisi kelas untuk memberikan hormat kepada guru yang tengah berdiri di depan itu.

"Selamat siang juga semuanya," ujar guru dengan name tag bertuliskan nama Agung Dharmawan tersebut membalas salam. "Sesuai janji Bapak minggu lalu, hari ini kita akan mengambil praktik senam lantai. Jadi, sekarang, kalian segera berganti baju olahraga. Bapak tunggu di lapangan."

Setelah Pak Agung menyampaikan titahnya, beliau lantas turun ke bawah, menyisakan para murid yang tengah mempersiapkan baju olahraga mereka.

"Mo ...," panggil Geisha.

Morena memutar kepalanya, melihat ke arah Geisha. "Ada apa, Ge?"

"Aku lagi dapet, Mo. Bantuin izin ke Pak Agung, yuk?"

Morena segera menganggukkan kepalanya dan berucap, "Tapi, setelah ganti baju dulu, ya? Aku takut nanti waktu gantinya nggak cukup."

"Oke, siap, laksanakan!"

Baik Morena maupun Geisha lalu berjalan ke luar kelas. Tepatnya, mereka menuju ke tempat ganti baju yang dikhususkan untuk perempuan. Di dalam sana, ternyata sudah ramai. Lima bilik yang ada sudah diisi penuh. Sementara di luar bilik, ada 5 orang-termasuk Morena dan Geisha yang hanya menemani Morena-tengah mengantre.

"Mami sama papi lo udah pulang dari Amerika, Ra?"

Morena lalu menoleh ke sumber suara. Pertanyaan itu dilontarkan oleh Sherin-salah satu teman sekelas Morena-yang Morena yakini ditujukan untuk Rania. Mengingat seminggu sebelum hari ini, Morena sempat mendengar acara koar-koar Rania yang mengatakan bila gadis itu ditinggal hanya berduaan dengan asisten rumah tangga karena orang tuanya yang pergi ke luar negeri.

Morena akui, kehidupan gadis itu sangat glamor. Orang tua Rania, terkhususnya papinya bekerja di salah satu perusahaan tambang. Hal inilah yang membuat kehidupan gadis itu tidak jauh-jauh dari barang mewah nan mahal.

"Udah, dong. Mereka baru nyampe semalam. Eh, lo mau tau gak? Ada hal yang buat gue seneng banget semalam," kata Rania dengan antusiasnya. Bahkan, rasa-rasanya orang yang berjalan di koridor depan dapat mendengar suaranya.

"Apaan, tuh? Pasti lo dibeliin barang branded lagi, kan?" tebak Sherin.

Rania mengangguk dengan cepat. "Yups, that's right! Mami gue baru beliin gue tas keluaran terbaru. Itu loh, yang sempet gue impi-impikan."

"Wahh, kapan-kapan gue boleh dong minjem tasnya? Lumayan, buat gue pamerin ke sepupu gue. Habisnya, gue kesel banget. Kemarin-kemarin dia habis pamerin tas barunya, tuh, ke gue sama nyokap."

"Of course, boleh, dong. Tapi, nanti. Tunggu gue udah bosan makenya," balas Rania diakhiri dengan gelak tawa.

Sementara itu, sebaris kalimat yang tadi diucapkan Rania masih terngiang-ngiang di pikiran Morena dan seolah meremas hati gadis itu.

"... Mami gue baru beliin gue tas keluaran terbaru."

***

1.409 words
©vallenciazhng_

10 Mei 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro