Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

There I Found You, Humairatul, Grup L

Nama saya Humairatul Khairiyah. Lahir di Pariaman, 12 Mei 1989. Seorang Ibu Rumah Tangga dengan satu anak. Saat ini sedang menyelesaikan tesis di Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Dulu, pernah berkarir menjadi seorang guru di SMA Adabiah Padang dan sebagai owner (bersama seorang teman) dari sebuah lembaga kursus di Padang. Namun, karena suami bekerja di daerah yang berbeda, akhirnya tahun 2016 saya ikut suami dan meninggalkan karir saya.

Menulis adalah dunia baru bagi saya. Bahkan saya baru mencintai membaca tiga tahun belakangan. Bisa dibayangkan? Saya suka membaca ketika sudah berumur 26 tahun. Usia yang sangat tua bukan untuk mencintai pengetahuan? Tatkala kebanyakan orang mencintai dunia baca di usia dini, saya malah baru mencintainya di seperempat abad usia saya. Tapi dalam belajar, tidak ada kata terlambat bukan?

Kecintaan saya akan dunia tulis menulis berawal dari kecintaan saya akan membaca. Sedangkan kecintaan saya akan dunia baca berawal dari "kejenuhan" saya terhadap kegiatan menghafal Alquran. Ya, saya seorang penghafal Alquran. Saya jenuh dengan menghafal Alquran, karena ternyata otak saya menginginkan semacam "piknik pengetahuan". Ada bagian di otak saya yang mengatakan bahwa menghafal Alquran tanpa ada pengetahuan tentang isinya sungguh sangat sia-sia. Mungkin, itu juga yang membuat saya jenuh dengan kegiatan menghafal, sebab saya hanya mengahafal tanpa tahu isinya.

Mulai dari kejenuhan itu, saya mencoba membaca buku-buku dan kitab tafsir. Semakin lama, ternyata semakin mengasikkan. Kegiatan menghafal pun menjadi sangat menyenangkan, karena saya tahu makna dan akhirnya membacanya bisa sampai ke hati.

Selama dua tahun saya hanya berkutat dengan buku-buku non-fiksi seperti tafsir, tidak pernah membaca buku fiksi seperti puisi, cerpen atau novel. Padahal saya orang yang paling suka dengan cerita dan filem. Entah kenapa saya sampai tidak tertarik membaca sebuah buku fiksi. Sampai akhirnya suami saya di awal pernikahan mengecek linimasa facebook saya. Lalu beliau berkata " Apaan sih isi linimasa kamu? Koq gak ada teman-teman yang punya status yang mencerdaskan dan mencerahkan?". Lalu, secara sepihak, beliau mengklik tombol "follow" pada akun-akun yang dianggap tulisannya mencerdaskan.

Selama setahun, saya terus mengikuti dan membaca tulisan orang-orang hebat itu. Lalu, tak berapa lama, suami membelikan saya sebuah novel yang berjudul "Negeri Para Bedebah" karyanya Tere Liye. Dari situ, saya jatuh cinta membaca fiksi. Tiap bulan, saya selalu minta suami membelikan novel. Saya juga membaca buku-buku fiksi yang suami saya punya. Jadi, dalam sebulan saya bisa menamatkan 3-4 buku; fiksi dan non-fiksi.

Banyak membaca ternyata membuat saya punya banyak ide untuk dituliskan. Semuanya seperti tumpah ruah. Tapi, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dengan ide itu. Bagaimana mengemasnya supaya ide itu rapi dan indah. Lalu, sebuah akun dengan nama Maya Lestari GF muncul di linimasa saya. Akun itu memberitahukan bahwa ia akan mengadakan kelas menulis online via WA dan itu gratis. Hati saya seketika terlonjak "pucuk dicinta, ulampun tiba". Tanpa ba-bi-bu lagi, saya langsung mendaftar dan belajar. Tidak hanya satu kelas yang saya ikuti, saya selalu memburu kelas-kelas menulis. Tidak peduli apakah kelas itu berbayar ataupun tidak, online atau offline. Yang saya tahu "saya sedang kecanduan" ; kecanduan belajar, kecanduan membaca dan akhirnya kecanduan menulis.

Meskipun sedang kecanduan, bukan berarti saya tidak punya hambatan dalam menulis. Waktu dan konsistensi dalam menulis adalah hambatan terbesar bagi saya. Pada awalnya, saya hanya menulis kapan saya suka saja; sesuai mood, tak ada target, tak ada waktu khusus. Sampai akhirnya saya menemukan sebuah artikel dengan judul "Want to be a great writer? Then don't focus on your writing". Dalam artikel ini disebutkan bahwa untuk menjadi seorang penulis yang besar, yang dibutuhkan adalah writing system (sistem dalam menulis) bukan fokus pada tulisan itu sendiri. Nah, berpijak dari artikel ini, saya mencoba membuat writing system saya sendiri yang kemudian saya namakan dengan TTR (Temukan-Tulis-Revisi)

1. Temukan

Dalam tahap ini, saya berusaha menemukan ide. Dari mana saya dapat ide? Banyak. Bisa dari buku, artikel, filem yang ditonton, pengalaman pribadi bahkan pengalaman orang lain. Saya selalu menargetkan untuk menamatkan minimal 2-3 buku dalam sebulan. Untuk menjaga konsistensi ini, saya bergabung dengan grup "baca yuk" yang memang mewajibkan anggotanya untuk meresensi minimal 1 buku dalam sebulan. Sedangkan artikel bisa saya dapatkan dari mana saja; mengikuti media online seperti kompas, mojok, qureta, Tirto, dll. FYI, saya adalah maniak filem India, jadi kebanyakan ide menulis juga saya dapatkan setelah menontonnya. Pengalaman pribadi merupakan lautan ide yang paling mudah untuk diselami, maka kebanyakan tulisan saya memang bermula dari sini. Sedangkan untuk mendapatkan ide dari pengalaman orang lain tentu dengan cara mengamatinya. Bila ia bercerita, saya akan mendengarkan dengan seksama dan bertanya sedetail-detailnya.

2. Tulis

Penulis-penulis besar selalu menetapkan writing system unik bagi dirinya dan itu ia patuhi. Hemingway selalu menulis di pagi hari--ketika matahari mulai terbit sampai jam 9 atau 12-- karena ia menyukai ketenangan dan kedamaian di pagi hari. Stephen King selalu menulis 2000 kata sehari. Tak peduli apapun yang terjadi;hujan badai atau kemarau panjang. Jacobs selalu menulis outline yang sangat detail untuk dituangkan dalam sebuah buku ketika ia sedang berolahraga di treadmill. Saya pikir, berkaca pada penulis-penulis besar tadi, tidak ada salahnya juga kalau saya menetapkan writing system saya sendiri dalam menulis; yaitu mewajibkan diri untuk menulis setiap hari minimal 1,5 jam. Kenapa hanya 1,5 jam? Karena saya harus membaginya dengan kegiatan lain; menghafal Alquran, membaca, mengurus rumah, mengasuh bayi dan menulis (mungkin kalau anak saya sudah besar, porsinya bisa bertambah). Bayi saya biasanya hanya tidur siang selama 2 jam, kemudian tidur di malam hari sekitar jam 9 dan bangun pagi jam 6. Biasanya saya mulai bangun jam 4.30, lalu shalat subuh dan mencuci pakaian serta beres-beres rumah. Lalu, kalau anaknya sudah bangun, saya harus mengasuhnya (tidak bisa mengerjakan hal lain), sekitar jam 12 bayi saya tidur siang; 1 jam saya gunakan untuk memasak, 1 jam lagi untuk menghafal atau membaca. Kemudian nanti ketika bayi tidur di malam hari, saya punya waktu 2-3 jam. Nah, di situlah saya menulis atau membaca.

3. Revisi

Menulis terus tanpa ada keinginan untuk memperbaiki tentu tidak akan membuat sebuah tulisan menjadi bagus. Nah, dalam tahap ini, yang saya lakukan adalah mengikuti beberapa kelas menulis, lalu mengerjakan PR yang diminta, lalu dikoreksi oleh mentornya. Saya juga menampilkan beberapa tulisan saya di dinding Facebook saya sendiri atau di grup Komunitas Bisa Menulis (KBM) yang didirikan oleh Asma Nadia dan Isa Alamsyah. Berdasarkan kritik dan saran dari teman-teman penulis lain, lalu saya berusaha merevisi tulisan. Kemudian, baru beberapa bulan ini saya beranikan diri juga untuk bergabung di wattpad dalam rangka menggenapi tahap revisi ini. Untuk ini jugalah saya akhirnya berkeinginan untuk gabung di RAWS, supaya bisa saling belajar lebih banyak mengenai dunia tulis menulis.

Sampai saat ini, saya baru punya dua proyek. Pertama, proyek antologi bersama teman-teman guru, dosen dan mantan guru yang insya Allah akan terbit bulan November nanti dalam rangka menyambut Hari Guru. Kedua, proyek buku solo yang masih dalam tahap awal. Dua-duanya adalah buku non fiksi (kisah inspiratif). Sedangkan, untuk karya non-fiksi, saya baru menyelesaikan 6 bab cerita yang berjudul "Cahaya di Ujung Senja" yang sedang tayang di wattpad.

Silakan diikuti dan dibaca ya, mohon berkenan memberi kritik dan saran. Terimakasih.

Salam

Humairatul Khairiyah

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro