14. Kolektivis dan Individualis
Mungkin kamu tahu makna dari individualis namun masih menerka-nerka arti dari kolektivis. Lalu berpikiran mungkin kolektivis memiliki arti berkebalikan dari individualis sebab berada dalam satu frasa.
Yep, tidak salah. You are on the right track. Tapi apa maksudnya kedua kata ini? Apakah ada hubungannya dengan sifat atau kepribadian?
Individualis atau lebih tepatnya individualisme memiliki arti lebih mementingkan kebebasan pribadi artinya lebih mementingkan diri sendiri dibandingkan mementingkan orang lain. Something we already familiar with.
Meanwhile, kolektivisme adalah penekanan pada tujuan kelompok dibandingkan tujuan individu, kewajiban kelompok dibandingkan hak individu dan kebutuhan kelompok dibandingkan kebutuhan pribadi.
Terlihat sudah perbedaan keduanya. Dari asal muasalnya saja pandangan individualisme yang lahir dan berkembang di masyarakat bumi bagian Barat berasal dari pandangan serta keyakinan bahwa Tuhan menciptakan setiap manusia setara.
Manusia bisa saja tidak setara dari sisi atribut duniawi seperti kekayaan (strata ekonomi), pendidikan, jabatan dan sebagainya. Namun secara moral setiap orang adalah sejajar di hadapan Tuhan.
Setiap individu bebas mengekspresikan dirinya, melakukan pencapaian dengan cara dan penilaiannya masing-masing selama tidak merugikan hak individu lainnya. Ini adalah inti poin dari individualisme.
Larry A. Samovar dan Richard E. Porter (2004, penulis buku Communication Between Culture) percaya bahwa individualisme merupakan suatu pola yang penting di Amerika Serikat. Menurut mereka individualisme lebih menekankan pada sikap individu, kemandirian, ekspresi individu, dan bersifat privasi. Sekarang, individualisme itu terlihat di berbagai negara-negara Barat.
Banyak sekali contoh perilaku atau sikap yang menunjukkan bahwa masyarakat di negara tersebut menganut individualisme. Seperti di negara Amerika, orang-orangnya mengembangkan relasi dalam pekerjaannya semata-mata hanya untuk kepentingan pribadi, mereka fokus terhadap pekerjaannya, dengan tidak menghiraukan rekannya, mereka berteman hanya sebatas rekan kerja, tidak melanjutkan silaturrahmi diluar pekerjaan mereka. Mereka juga bekerja keras untuk mencapai jabatan tertinggi, dan tak segan untuk bersaing ketat untuk memperebutkan posisi tertentu, tanpa memikirkan orang lain. Sounds bad jika kita lihat dengan kebudayaan kita yang sekarang.
Sedangkan untuk negara-negara yang menganut kolektivisme seperti Indonesia, China, dan lain-lain. Negara-negara ini umumnya miskin, bahkan beberapa kemiskinan yang paling parah ditemukan di negara-negara kategori budaya kolektivisme. Karenanya orang-orang di beberapa budaya ini lebih tidak dituntun oleh aturan dan berfungsi sebagai kelompok lebih karena kebutuhan fisik dan ekonomi.
Dalam berorganisasi di Cina, mereka menggunakan kata "kami" dalam berkomunikasi. Di dalam perusahaan, loyalitas dan keharmonisan antar karyawan sangat terjaga sehingga bentrokan pribadi dapat dihindari.
Di negara-negara Timur, khususnya Indonesia, hubungan antar karyawan dalam suatu pekerjaan tidak hanya didalam kantor saja, melainkan mempunyai hubungan yang kental seperti persaudaraan, mereka tetap menjalin hubungan meskipun diluar kantor.
Kemudian apabila seseorang ingin menikah, maka pasangan itu harus melibatkan seluruh sanak keluaranya, baik dalam hal persiapan maupun persetujuan, namun jika hal ini tidak dilakukan, maka akan banyak pihak yang mengklaim atas tindakan tersebut. Biasanya akan berujung menjadi desas-desus jelek.
Perilaku penganut kolektivisme juga sangat berbeda dengan kaun penganut individualistik, contohnya saja di Indonesia, kita memanggil orang yang lebih tua dengan sebutan pak, bu, mas, mbak, abang atau kakak. Sedangkan orang barat hanya memakai kata "you".
Kemudian pada saat melewati orang yang lebih tua, orang ketimuran merasa segan dan menghormatinya, dengan cara menunduk kebawah, yang hal itu tidak dilakukan oleh orang barat, mereka menganggap sama semua kalangan, tanpa ada perbedaan dalam segi penghormatan. Something we see sebagai bentuk sopan santun.
Namun bagi penganut kedua paham inividualisme dan kolektivisme, mereka punya cara pandang berbeda dan kelebihan masing-masing. Bagi orang Indonesia mungkin menyapa seseorang mungkin suatu bentuk keramah-tamahan, namun belum tentu bagi orang Amerika mungkin itu bisa dimaknai hal yang mengganggu.
Meskipun memiliki banyak sisi positif, kolektivisme juga memiliki sisi negatif. Nampak jelas yang terjadi di negara kita, seorang kolektivis cendrung kurang responsif, enggan bersaing dengan orang lain, selalu bergantung pada intruksi seorang figur panutan, dan kurang terampil mengelola konflik.
Tidak hanya itu saja, kolektivisme juga mampu menyuburkan korupsi berjama'ah. Seorang kolektivisme cendrung mengangkat orang yang memiliki hubungan kekerabatan (politik hierarki) untuk menduduki suatu jabatan, meskipun integritas dan kapasitas orang yang bersangkutan diragukan.
From here, kita bisa lihat, baik dari kolektivisme dan individualisme memiliki positif dan negatif masing-masing. Apakah kamu merasa bingung karena kedua sisi sama-sama memiliki negatif?
Referensi:
https://www.wasatha.com/2017/06/termasuk-golongan-manakah-anda.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kolektivisme#:~:text=Kolektivisme%20adalah%20pendirian%20moral%2C%20filsafat,sistem%20politik%2C%20ekonomi%20dan%20pendidikan.
https://www.verywellmind.com/what-are-collectivistic-cultures-2794962#:~:text=Collectivism%20stresses%20the%20importance%20of,highly%20stressed%20in%20individualistic%20cultures.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro