Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19. Lubang kunci

"Raeesa, apa kita hanya diam saja disini? Bagaimana Toorian?" tanya Vaneesa dengan wajah yang mulai pucat.

"Kita kembali saja kak." bujuk Jeer.

"Kalau kau mau kembali, kembali saja sendiri!" kata Vaneesa pada Jeer.

"Kakak ini yang mengajakku lalu sekarang aku harus kembali sendiri? Tentu saja aku tidak mau."

"Kenapa juga kau harus mengajaknya, Raeesa?" tanya Vaneesa padaku.

"Sudah kukatakan, kita harus menolongnya," jawabku.

"Tapi dia bawel sekali."

"Jeer bisakah kau bersabar dan ikut saja? Kau akan tau maksud baik kami nanti," kataku pada Jeer.

"Baiklah," Jeer mendengus lalu memperhatikan harimau sambil menelan ludahnya.

Angin sejuk membuatku semakin merinding. Toorian sudah lenyap masuk ke dalam gua. Aku meremas tas selempangku dengan kuat.

Kress. Terdengar suara plastik di dalam tas. Manisan!
Aku mengeluarkan manisan yang pernah diberikan tuan Tom padaku.

"Untuk apa kau mengeluarkannya, Raeesa?" tanya Vaneesa yang ternyata daritadi memperhatikanku.

"Entahlah. Aku hanya ingin mengeluarkan manisan ini."

"Hm bagaimana? Apa kita akan masuk juga ke dalam gua?"

"Kita coba," kataku ragu.

"Kalau begitu ayo!" ajak Vaneesa.

"Ayo Jeer!" kataku pada Jeer.

Jeer langsung memegang tanganku erat. Telapak tangannya berkeringat.

Aku, Vaneesa dan Jeer melangkahkan kaki perlahan menuju gua.
Semakin kami mendekat, harimau yang mulanya berpencar kini berkumpul dan menuju ke arah kami seolah akan menerkam mangsa.

"Kak!" suara Jeer bergetar. Aku tahu dia ketakutan.

"Raeesa, Raeesa bagaimana ini?" tanya Vaneesa yang berjarak lima senti dariku.

"Tetaplah tenang." aku berusaha setenang mungkin walau sebenarnya aku ketakutan.

Ggrrrrr. Harimau terdepan itu meraung. Seolah memerintahkan harimau lainnya mencegah kami memasuki gua.

Aku menutup mata tidak sanggup melihat tatapan sangar harimau yang kini mengelilingi kami.

"Raeesa lakukan sesuatu!" kata Vaneesa.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanyaku.

"Apa saja."

Tanpa sadar aku mengeluarkan manisan dalam kantong plastik yang kubawa lalu melemparnya asal. Berharap harimau itu lebih tertarik dengan manisan daripada kami.

Grrrrr. Harimau itu terus mendekat, kami jadi ikut mundur perlahan.

"Kak, aku ingin pipis." kata Jeer.

"Kurasa ini bukan waktu yang tepat Jeer, tahanlah." kataku.

Kami bertiga sudah saling berpegangan. Gelisah, ketakutan sampai tidak tahu harus melakukan apa.

Harimau-harimau yang mengelilingi kami tiba-tiba menoleh ke belakang serentak. Lalu perlahan membuka jalan untuk kami.

Grrrrr.

"Kak coba lihat." kata Jeer.

Aku membuka mataku perlahan. Harimau itu berbaris rapi di sebelah kanan dan kiri.

"Nampaknya kita boleh lewat." kata Vaneesa.

Aku masih menduga-duga apa yang terjadi.
Apa sekarang harimau ini membiarkan kami lewat?

Aku melangkah perlahan melewati harimau yang kini memberi kami jalan. Jeer dan Vaneesa mengikutiku di belakang.

"Kau yakin kita harus masuk?" tanya Vaneesa.

"Ya. Ini kesempatan." jawabku.

Kami mulai memasuki mulut gua. Harimau yang tadi berkumpul kembali berpencar untuk berjaga. Ini luar biasa. Apakah di tempat ini aku bisa bertemu Rattatoo?

Kami terus berjalan menyusuri gua yang sedikit gelap. Langkah kami bahkan suara batuk akan bergema.

"Kak Raeesa." panggil Jeer.

"Ya?"

"Kemana kita akan pergi?"

"Aku juga tidak tau."

"Aku ingin segera pulang. Kalau sampai malam aku tidak pulang, ibu akan mengkhawatirkanku." kata Jeer khawatir.

"Maaf Jeer, aku tidak bisa berjanji kau akan pulang cepat."

"Jeer, percayalah pada kami," sambut Vaneesa "ini demi kebaikanmu. Kau tidak mau hal buruk terjadi kan?"

Jeer mengangguk.

"Bagus." kata Vaneesa.

"Memang hal buruk apa yang akan terjadi? Darimana kalian mengetahuinya?" tanya Jeer.

"Kami kesini untuk menghilangkan keajaiban yang terjadi pada Raeesa. Dan itu baru terjadi padamu. Jadi sebelum kau mengalami hal buruk seperti Raeesa, kau harus menghentikannya." jelas Vaneesa.

"Aku masih belum mengerti."

"Nanti juga kau mengerti."

🐭

Aku menghela nafas. Lorong gua ini seperti tidak berujung. Sampai akhirnya aku melihat bias cahaya yang berasal dari sebuah lubang.

"Lihat! Cahaya darimana itu?" kataku.

"Entah." jawab Vaneesa.

Aku, Vaneesa dan Jeer melangkah semakin cepat. Semakin mendekati sumber cahaya, aku semakin jelas melihat bentuk lubang itu. Bentuknya seperti lubang kunci berukuran besar.

Dengan ragu kami memasuki pintu berbentuk lubang kunci itu. Dan ternyata apa yang ada dihadapan kami saat ini begitu menawan.

Taman bunga! Tidak, taman terlalu kecil untuk menyebut tempat luas ini.
Berbagai macam bunga tumbuh, sangat cantik dengan warna-warna pastel cerah. Kupu-kupu berterbangan kesana-kemari.
Kami terpukau sampai lupa untuk melangkah.

"Wah indahnya, aku tidak menyangka ada tempat seperti ini." kataku.

"Kau benar. Ini sangat indah," saut Vaneesa "apakah Toorian ada disini?"

"Bisa jadi. Karna tidak ada jalan lain selain kesini."

Kami berjalan menyusuri taman untuk mencari Toorian. Kami berkeliling kesana-kemari.

"Bagaimana kalau berpencar?" usulku.

"Tidak," Jeer langsung menolak "aku tidak tau tempat apa ini."

"Hm baiklah."

Sampai akhirnya Vaneesa menunjuk sebuah pohon rindang.

"Raeesa! Sepertinya aku melihat Toorian."

"Mana?"

"Itu disana!" Vaneesa menunjuk pohon.

"Benar. Itu Toorian."

Kami berlari menghampiri Toorian. Toorian tertidur meringkuk.

"Toorian..." Vaneesa mengguncang tubuh Toorian.

Seketika Toorian bangun dan menjauh dari kami. Dan anehnya Toorian tidak berjalan melainkan merangkak.

"Toorian? Kau baik-baik saja?" tanya Vaneesa yang mencoba mendekati Toorian.

Toorian merangkak mundur. Ia menatap kami seperti seekor tikus yang ketakutan melihat manusia.

"Vaneesa, hentikan." kataku.

Aku ingat kata tuan Tom, Rattatoo suka dengan manisan. Dan waktu itu Toorian pernah mencoba menghabiskan manisan yang diberikan tuan Tom.

Ideku memang gila tapi aku penasaran. Aku mengeluarkan beberapa buah manisan dari plastik lalu melemparnya ke arah Toorian. Dan dugaanku benar, Toorian mengambil manisan yang kulempar lalu memakannya cepat. Setelah menghabiskan permen yang kuberikan, Toorian mendekatiku.

"Ada apa denganmu, Toorian?" aku menatap Toorian miris.

"Raeesa? Apa yang terjadi padanya? Kenapa ia seperti itu?" kata Vaneesa, matanya berkaca-kaca.

"Aku tidak tau, Vaneesa."

Aku mengelus kepala Toorian yang kini mendekatiku untuk mendapat manisan lagi.

"Apa ini salahku? Apa ini efek keajaiban? Maafkan aku Toorian." batinku.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro