Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14. Incaran (lagi)

Suasana dalam bangunan yang kami tempati semakin gelap seiring terbenamnya matahari. Wajar saja, bangunan ini tidak terpakai dan tidak ada lampu.

Toorian membuka tas ranselnya yang berarti ia membawa sesuatu yang bisa memberi sedikit penerangan. Toorian mengeluarkan sebatang lilin dan korek lalu menyalakan lilin tersebut.

Semakin malam, bangunan di depan kami juga semakin ramai. Dan anehnya yang memasukinya adalah para pria bertato dan bertampang -sedikit- seram. Aku tidak bisa memastikan tempat apa itu, karena tidak ada sesuatu seperti papan nama toko atau sejenisnya.

"Hm di depan tempat apa ya?" kataku yang sedari tadi mengamati tempat itu.

Toorian hanya menaikkan kedua bahunya, sementara Vaneesa tidur karena kelelahan di kursi panjang yang baru saja dibersihkan debunya.

"Apa perlu kita kesana untuk bertanya?"

"Nanti saja, Vaneesa masih tertidur, kita bisa tanyakan nanti atau mungkin disana juga ada sebuah gudang." kata Toorian.

"Hm baiklah," aku mengangguk "kenapa yang dari tadi kulihat masuk kesana pria ya?"

"Mungkin tempat khusus pria."

Baru saja Toorian berkata tempat itu khusus pria, ternyata ada seorang wanita juga yang masuk. Aku semakin penasaran itu tempat apa.

"Toorian, bagaimana kalau aku saja yang bertanya, kau menjaga Vaneesa." kataku

"Memangnya apa yang ingin kau tanyakan?"

"Ada gudang atau tidak, hanya itu." aku seperti memikirkan apa yang akan kutanyakan.

"Tapi disana banyak pria, kau berani?"

"Apa yang perlu kutakutkan? Kita kan tidak datang untuk berkelahi."

"Hm terserah kau saja Raeesa." kata Toorian sambil menggigit ujung kue.

Aku melihat lagi ke arah bangunan di depan. Tempat itu sangat tertutup. Aku bahkan tidak bisa memastikan apa yang dilakukan orang-orang itu di dalam.
Setelah memikirkannya sekali lagi, akhirnya aku beranjak dari tempat dudukku.

"Toor, aku kesana ya."

"Ya, cepatlah kembali, kau harus istirahat juga, ini sudah malam."

"Belum malam sekali kan? Wee." kataku sambil menjulurkan lidah.

"Ya ya." kata Toorian sambil mengetuk-ngetuk meja dengan ujung jarinya.

Aku berjalan keluar bangunan yang kusinggahi, pintunya juga berderit setiap kami membuka maupun menutupnya. Itu membuatku membuka pintu secara perlahan agar tidak mengganggu Vaneesa.

Antara bangunan yang akan kutuju dan bangunan yang kutempati hanya dijaraki jalan yang tidak terlalu besar.

Saat sampai di depan pintu bangunan itu, aku menoleh kembali ke arah Toorian yang masih terlihat dari jendela berdebu. Tapi sayangnya ia tak melihatku.

Aku mengetuk pintu bangunan. Untuk meminta izin masuk, tapi setelah kupikir ini kan bukan rumah jadi kuputuskan untuk langsung masuk ke dalam.

Kreekk. Aku membuka pintu. Dan saat aku sampai di dalam, aku sedikit terkejut. Tempat itu seperti sebuah bar. Mungkin memang bar. Banyak pria yang minum -kuduga itu alkohol, bermain menggunakan kartu -kuduga mereka berjudi- sambil tertawa terbahak-bahak.

Rasanya aku ingin kembali saja. Bersama yang lain kurasa lebih baik daripada sendiri di tempat seperti ini.

Begitu aku akan berbalik. Seorang pria dengan bau menyengat berdiri di hadapanku. Ia tertawa terbahak sambil melambaikan tanganya kepada pengunjung lain. Aku mulai gemetaran. Ada apa lagi ini, batinku.

"Hoiii lihatlah kemarii!!" kata pria itu "raja kita berani menampakkan diri!!"

Semua pengunjung refleks mengarahkan pandangan ke arahku. Beberapa di antaranya berdiri dan mendekatiku.

"Geeram!! Kau sudah membawa uangnya?" kata pria yang berdiri di depanku, posturnya tinggi, dan tangan kanannya bertato.

"Maksud kalian tuan?"

Pria dihadapanku menjambak rambutku. Aku memejamkan mata ketakutan sekaligus kesakitan.

"Serahkan uang itu Geeram!! Kau kalah dan tidak mau bayar!!" pria itu teriak di depanku. Aroma yang keluar dari mulutnya membuatku ingin muntah.

"Geeram kau melupakan hutangmu ha?"

"Iblis kau Geeram! Cepat berikan hasil taruhan itu! Kau sudah kalah!!"

Suara dari pria yang lain bersautan memojokkanku.
Daritadi mereka menyebut nama Geeram. Seketika aku ingat bahwa mereka pasti mengira aku pria bernama Geeram. Keajaibanku belum dihapuskan! Itu berarti hal ini tentu saja bisa terjadi lagi.

"Geeram!! Mana uangku!! Cepat berikan!!" pria yang menjambakku semakin mengeratkan jambakannya.

Ibuu, apa yang harus aku lakukan sekarang.

"Tuan-tuan, tenang…tenang..." kataku pura-pura.

"Tenang tenang!! Kuhajar kau Geeram!!"

"Aku sudah membawa uangnya."

"Mana!! Kau datang dengan tangan kosong!!"

"U-uangnya ada di," aku berpikir keras "ada di luar."

"Pandai sekali kau membual Geeram!!"

"Tidak. Tentu saja tidak. Aku sudah menjual sapi, jadi sekarang aku memiliki banyak uang." kataku tersenyum memaksa.

"Sapi? Hahaha disini sapi tidak laku! Kau mau berbohong?" kata pria itu.

"Aku menjualnya di desa lain. Jadi tolong lepaskan genggaman tanganmu." kataku.

"Aku tidak percaya!!"

"Bagaimana kau bisa percaya kalau kau saja tidak membiarkanku membuktikannya."

Pria itu saling menoleh. Aku hanya berharap pria itu melepaskan jambakannya dan aku bisa lari.

"Ayolah tolong, akan kuambilkan uang sebanyak yang kalian mau." kataku memohon.

"Baiklah." pria itu melepaskan jambakannya.

Dan saat itu juga aku langsung berlari ke arah pintu dan melesat kembali ke bangunan tempat Toorian dan Vaneesa berada.

"B*jingan kau Geeram!!!" pria itu mengejarku diikuti pria menyeramkan lainnya.

Gila!! Mereka keroyokan! Satu orang saja bisa membuatku pingsan apalagi sebanyak itu.

Aku berlari secepat yang aku bisa. Pintu bangunan sudah beberapa senti di depanku. Aku membukanya keras lalu berlari masuk ke dalam kemudian menutup pintu itu sampai terdengar suara hantaman yang keras.

Toorian terlonjak kaget. Melihat ke arahku heran. Vaneesa juga sampai terbangun.

"Tolong aku!!" kataku sambil berusaha mencari pengunci pintu.

"Ada apa?" kata Toorian.

"Orang di dalam sana mengira aku Geeram!" nafasku memburu

"Geeram siapa?"

Vaneesa yang mengerti maksudku langsung berlari kearahku dan ikut menahan pintu.

"Ada apa ini?" kata Toorian yang masih bingung.

"Jangan banyak tanya! Kita harus pergi dari sini." kataku.

Langkah kaki pria-pria itu sudah semakin mendekat. Untung ada pengait pintu setidaknya itu membantuku dan Vaneesa. Pria itu sudah meluncurkan hantaman ke arah pintu.

"GEERAM KELUAR KAU!!"

"JANGAN LARI LAGI GEERAM! KAU SENDIRI YANG DATANG!!"

Toorian yang masih belum mengerti keadaan langsung menghampiriku.

"Aku masih tidak mengerti, tapi kau cari jalan keluar di belakang! aku akan menahan pintu ini." kata Toorian.

Tanpa banyak menawar aku langsung membiarkan Toorian menahan pintu dan lari ke bagian belakang gedung untuk mencari pintu keluar lainnya.

•••

Raeesa: "akuu lelahh dikejarrr kejarr"

Sabar ya Raeesa, itu peranmu wkwk :v

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro