Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10. Jujur

Aku dan Vaneesa bermalam di rumah tuan Tom, kami menempati kamar Toorian. Sedangkan Toorian tidur di sebuah ranjang bambu yang berada di pelataran belakang rumah. Toorian memang anak laki-laki yang baik.

Beberapa hari ini juga aku merasa sangat dekat dengan Vaneesa, seandainya ia seperti ini sejak awal aku pasti tidak akan memohon keajaiban.
.
.

Cklek. Aku membuka pintu kamar. Perutku sakit sekali. aku harus ke kamar mandi. Aku berkeliling tapi tidak kutemukan letak kamar mandi di rumah ini.

"Dimana sih kamar mandinya?" kataku berjongkok sambil menekan perutku yang sakit.

Aku berlari ke pelataran belakang. Yang aku lihat hanya kebun luas dengan berbagai jenis tanaman dan sebuah kolam ikan yang pertama kali kulihat kemarin.

Aku menengok ke kanan. Toorian sedang tidur. Tubuhnya mengkerut seperti kucing kedinginan. Kasian sekali dia.
Aku mencolek pipinya tanpa berkata apapun. Ia melakukan pergerakan kecil tapi ia tidak bangun.

"Toorian." aku mencoleknya lagi.

"Toorian! Too-Too-Toori-Tooriaaannn!" kataku lagi. Aku sudah tidak tahan ingin mengeluarkan "ampas" diperutku.

"Eh iyaa kek!" ia terjungkal kaget dan langsung bangun dari tidurnya.

"Ini Raeesa!"

"Eh Raeesa? Ada apa?" Toorian mengucek mata.

"Dimana kamar mandi?" aku kembali berjongkok.

"Disini tidak ada kamar mandi." jawabnya santai.

"APA???" aku membulatkan mata "tidak ada kamar mandi? Tamatlah riwayatkuu." aku tertunduk lemas.

"Memangnya kenapa?" tanyanya.

"Ada sesuatu yang sangat darurat!!!!"

"Kau sakit perut?" ia melihatku memegang perut.

"MENURUTMUU!!" aku jadi emosi di pagi hari.

"Kalau gitu mari kuantar."

"Kemana?"

"Tempat melakukan hal darurat itu." cengiran tergurat di wajahnya.

"Ya sudah ayo cepat!" kataku.

Aku mengikuti Toorian yang berjalan menyusuri tanaman sayur belakang rumah lalu ia membuka pintu pagar dan keluar dari halaman.

Apa kamar mandinya di dalam hutan?

"Kita mau kemana sih?" kataku.

"Ya ke kamar mandi."

"Masuk hutan??"

"Ya."

Aku terus berjalan mengikuti Toorian dengan sabar. Sampai akhirnya aku melihat sebuah sungai dengan air yang sangat jernih.

"Sampai." kata Toorian.

"Ha? Ini yang kau sebut kamar mandi?" aku tidak habis pikir.

"Ya. Aku dan kakek juga menjadikan ini kamar mandi kami hehe." ia terkekeh.

"Kalau kau mengintip bagaimana???"

"Tidak akan. Masuklah kesana!" Toorian menunjuk sebuah bilik di pinggiran sungai.

"Hahhh baikklaahhhh!!" aku segera berlari ke bilik tersebut "JANGAN MENGINTIP!!! AWAS SAJA!!" aku berteriak pada Toorian yang kini bersandar di sebuah pohon menungguku.

"YA! TIDAK AKAN!"
.
.

Beberapa menit kemudian aku keluar dari bilik. Entahlah, Toorian melihat ampas mengambang atau tidak. Aku tidak peduli yang penting perutku sudah lega.

"Sudah?" tanyanya.

"Ya sudah hehe."

"Ayo kita kembali."

Diperjalanan tidak ada dari aku maupun Toorian yang berbicara. Sampai akhirnya aku menemukan topik agar keheningan ini hilang.

"Toorian, kenapa kau mau tinggal di dalam hutan seperti ini dengan tuan Tom?" tanyaku.

"Hm? Karna dia penyelamatku." kata Toorian singkat.

"Penyelamat?"

"Ya karna aku ditemukan kakek di tengah hutan. Aku bukan cucu kandung kakek."

"Apa kau juga tersesat?"

"Tidak. Aku tidak mengingat apapun. Yang aku tau, aku tiba-tiba berada di tengah hutan."

"Hm sulit kumengerti."

"Kalau begitu jangan mengerti."

Lagi-lagi keheningan menyelimuti kami. Dan setelah beberapa saat kami sudah tiba di rumah tuan Tom. Vaneesa, sudah berdiri dengan wajah cemberut menyambutku dan Toorian. Kalian pasti tahu kenapa Vaneesa cemberut kan?

"Kalian darimana?" tanya Vaneesa.

"Sungai." kataku.

"Apa yang kalian lakukan disana?"

"Aku sakit perut, jadi Toorian mengantarku kesana."

Toorian mengangguk mendengar penjelasanku.

"Ada ribut-ribut apa ini anak-anak?" tuan Tom keluar dari dalam rumah dengan membawa sebuah keranjang.

"Tidak ada kek," kata Toorian "kakek jadi ke desa?"

"Ya tentu, aku ingin membeli bibit sayur," tuan Tom melangkahkan kakinya menuruni pelataran "kalian ikut Raeesa, Vaneesa?"

Vaneesa langsung meluncur ke sebelahku dan membisikkan sesuatu.

"Raeesa? Kau harus bertanya pada tuan Tom bagaimana cara menghapus keajaiban! Kalau kita kembali nanti dan kau dikejar-kejar lagi bagaimana?" kata Vaneesa.

"Berarti aku harus mengatakan pada tuan Tom aku mendapat keajaiban?" aku balik berbisik.

"Apa ada sesuatu?" tanya tuan Tom.

Vaneesa mendorong-dorong tubuhku. Dia pasti ngotot ingin aku bercerita pada tuan Tom. Namun perkataan Vaneesa ada benarnya juga. Apa yang aku khawatirkan?
Tuan Tom pernah menolong ayah, jadi sekarang ia pasti akan menolongku.

"Tuan Tom." kataku.

"Ya Raeesa?"

"Sebenarnya ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan padamu."

"Tanyakan saja Raeesa." kata tuan Tom.

"Bagaimana caramu menghapus keajaiban?"

Tuan Tom seolah berpikir. Ia memijit pelipisnya.

"Ini sedikit rumit diceritakan. Yang pasti setiap orang memiliki syarat tersendiri untuk menghapus keajaibannya, memangnya siapa yang mendapat keajaiban, Raeesa?" tanya tuan Tom.

Aku tidak bergeming.

"Raeesa mendapat keajaiban tuan." kata Vaneesa.

"Hei!" aku menatap Vaneesa kesal.

"Cepatlah! Ceritakan pada tuan Tom! Kalau kau ingin keajaiban itu terhapus."

"Iya. Aku mendapat keajaiban tuan. Aku tidak tenang setiap hari dikejar-kejar orang yang mengira aku seseorang yang mereka cari. Aku bahkan sampai ke rumahmu karna berusaha kabur." aku menunduk.

"Kenapa kau sangat mengharapkan keajaiban Raeesa?" tuan Tom terlihat gelisah.

"Itu karna teman-temanku menjauhiku. Apalagi Vaneesa pernah sampai ingin mencongkel mataku."

"Aku tidak melakukannya!" kata Vaneesa membantah.

"Itu benar Vaneesa. Mereka membenciku karna kau menyebarkan cerita kalau mata keemasanku dapat mengundang hantu!"

"Itu tidak benar! Kau sama sekali tidak memiliki mata keemasan!" kata Vaneesa.

"Sudah-sudah. Nampaknya Vaneesa tidak bisa melihatnya karena itu efek dari keajaiban." kata tuan Tom "Raeesa bisa katakan apa harapanmu?"

"Aku ingin semua orang menyenangiku. Dan aku ingin mereka melihatku seperti orang yang ingin mereka temui. Aku tidak ingin semua orang menjauhiku." mataku sudah berair.

"Kau sudah mengerti Vaneesa? Mata keemasan Raeesa tidak bisa dilihat karna keajaiban itu menghilangkan penyebab Raeesa dijauhi. Yaitu matanya." tuan Tom menjelaskan.

"Tapi kenapa kau bisa melihatnya tuan?" tanya Vaneesa.

"Karna aku sudah pernah mendapat keajaiban. Jadi itu tidak berefek padaku."

"Kakek, aku bisa melihat dengan jelas mata keemasan Raeesa." kata Toorian tiba-tiba.

"Kau pernah mendapat keajaiban?" aku dan Vaneesa melontarkan pertanyaan secara bersamaan.

"Aku tidak tahu." Toorian menjawab dengan santai dan bertolak ke kebun sambil membawa penyiram tanaman.

"Toorian? Kau tidak pernah mengatakannya pada kakek." kata tuan Tom. Matanya mengikuti kemana Toorian melangkah.

"Karna aku tidak tau apa-apa kek. Aku juga tidak tau tentang keajaiban." kata Toorian.

Seketika keheningan menyelimuti kami yang sibuk menyimpulkan maksud dari semua kejadian ini.

Lalu Toorian, siapa dia sebenarnya?
Dia tidak tahu apapun tentang dirinya. Dasar aneh.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro