Jendela 10
Setelah tenang beberapa jam kemudian, akalnya kembali berjalan lagi. Sekarang dia sangsi pada keberadaan Dale di New York. Regin mendekati layar, bertanya cara mengetahui lokasi seseorang dari dunia maya. Dari sebuah artikel, Regin mendapat informasi bahwa kita bisa melacak lokasi seseorang berdasarkan IP email-nya.
MENGETAHUI LOKASI ORANG BERDASARKAN IP EMAIL ADDRESS YAHOO
Sedetik kemudian muncul berderet artikel, Regin menaik-turunkan scroll mouse lalu membuka artikel nomer dua dari atas.
Anda pasti pernah mendapat email SPAM, HOAX, penipuan, undian berhadiah, berita bohong, dan Anda ingin tahu identitas pengirim email tersebut? Caranya mudah kok, yaitu dengan Email Trace. Anda bisa mengetahui IP-Adress pengirim email, peta di mana dia berada, derajat lintang dan busur, pokoknya lengkap deh. Caranya seperti ini, buka http://www.ip-adress.com/trace_email/
Di halaman tersebut Anda akan diminta memasukkan header email. Header email adalah informasi yang ada di setiap email, seperti IP Address pengirim & penerima. Cara melihat header email:
- Yahoo Mail Baru: Klik kanan email, pilih View Full Headers
- Yahoo Mail Classic: Buka email tersebut, di bagian pojok kanan bawah ada tulisan View Full Header.
- Copy-paste header email ke klik Trace Email Sender.
Selesai. Anda akan melihat informasi pengirim email seperti ini. Anda bisa mengklik whois untuk melihat lebih detail.
Regin sama sekali tidak kesulitan mengikuti petunjuknya. Dengan cepat dia mendapat IP address yang dibutuhkan. Halaman baru IP tracker terbuka tepat di samping artikel sebelumnya. Dia memasukan IP kedalam kolom kecil sesuai perintah artikel.
"Pennsylvania." Dia menjauhkan wajah dari layar.
Tidak puas sampai disitu, Regin juga membuka situs pelacak lain serta memastikan pada beberapa teman-teman IT di kantor mengenai cara yang sudah dia lakukan, dia juga bertanya mengenai kemungkinan cara lain yang akan lebih tepat. Dari jawaban dan penjelasan singkat yang mereka berikan, Regin menyimpulkan bahwa tidak semua IT memiliki jiwa pelacak. Mereka tidak tahu cara melacak seperti yang dibutuhkan Regin, mereka hanya menjelaskan kemungkinan lokasi berbeda karena IP tracker hanya menunjukan IP server email bukan IP komputer orang tersebut. Regin pasrah, di mana pun lokasi Dale sebenarnya, sekali penipu tetaplah penipu.
Senin sore waktu NYC di dalam ruang TV apartemennya. Tangan kiri Dale menggenggam cangkir kopi, sekilas terukir senyum dari wajahnya. Dia berpikir kopi dan Regin memiliki kandungan yang sama. Wanita itu meninggalkan ketagihan, membuat senang, nyaman, dan tenang. Dia ingin tahu kabar Regin setelah terakhir mengajak dirinya webcam. Datang-pergi selama dia masih disana dan aku tetap disini rasanya tidak masalah. Ucapnya dalam hati sembari menjauhi jendela dan membuka akunnya lagi.
Dale mengetuk jendela maya Regin melalui sapaan yang bisa menggoda senyum dan menjadi mood booster agar Regin semangat memulai harinya. Dale kembali menyesap kopinya sesaat setelah mengirimi Regin pesan. Di kantor, di depan cermin Regin berusaha mengabaikan pesan murahan yang masuk ke ponselnya. Pesan itu berisi permintaan maaf, rayuan disertai emotikon cium, peluk, dan mawar merah.
Selesai menata rambut, Regin merogoh tas mengambil flash disk dan menghubungkannya ke ponsel dengan konektor khusus, dia membuka sebuah file berisi berbagai link bukti yang sudah dia dapatkan. Setengah jam lagi aktivitas kantor akan dimulai, Regin diam mempertimbangkan bagaimana seharusnya ini terjadi. Apakah dia harus menamatkannya dengan melemparkan semua bukti atau melupakannya, pura-pura tidak pernah tahu dan berharap Dale akan jujur dengan sendiri atau mungkin pergi, menutup jendela dan mengabaikan Dale kemudian kisah ini akan tamat dengan sendirinya.
Meski dia cinta atau apapun yang dirasakannya untuk Dale, dia merasa enggan melewatkan kesempatan melempar semua bangkai sebagai bukti yang tidak bisa disanggah lagi.
"Hi, Dale oh maksud aku David."
"David?"
Regin mengirim semua bukti yang dia punya. Sumber link foto, semua link aktivitas yang menggunakan emailnya, dan artikel-artikel yang membahas David. Dale aneh menatap semua link kiriman Regin. Kedua matanya melolot melihat wajah David Thomas Wingrave dan situs-situs yang pernah diikutinya memenuhi layar browser.
"Apa yang sudah kamu lakukan, Regin."
Jika itu sebuah pesan suara, intonasinya datar tapi penuh penekanan.
"Gimana kamu bisa dapat ini semua?"
Dale mengatupkan rahangnya rapat-rapat mencoba tenang di tengah api yang membakarnya.
"Ada penjelasa?" Balasnya. Kemudian, dia menggerakan jari secepat kilat menekan simbol telepon.
"Aku nggak bisa. Itu semua mungkin aja aku. Iya kan?"
Regin semakin geram membaca balasan Dale.
"Mungkin. Tapi siapa yang peduli? Tuhan? Mungkin. Atau aku? Not anymore. Kamu pengecut. Identitas David terlalu sempurna."
"Aku cuma tidak bisa mengungkap identitasku." Dale memukul-mukul keningnya.
"Ah, jadi semuanya benar?! Aku pernah bilang kalau aku nggak peduli siapa kamu di sana. Kamu menghancurkan kepercayaan aku. Dale, ini bukan hal sepele."
"Maaf. Tapi memang nggak semua hal bisa aku ceritakan ke kamu. Coba ingat lagi. Kita baru beberapa bulan chatting."
"Tiga bulan, terus kenapa?" Jawab Regin. "kamu nggak bisa seenaknya jadiin itu alasan buat palsuin identitas kamu."
"Aku-" Dale menggantung jari-jarinya di atas keyboard. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan bahwa dia tidak bisa jujur bahwa kehidupan nyatanya begitu berantakan dan mengenaskan. Dia benar-benar menginginkan Regin tanpa melepas hubungan bersama istrinya. Jika kejujuran adalah tolak ukur membuktikan keseriusan, Dale berharap ada cara lain yang bisa dia gunakan. Dia ingin dekat secara anonim, cara yang tidak bisa Regin terima, dia tahu itu.
Regin, aku cuma belum bisa menunjukkannya. Ada alasan kuat dibalik itu dan itu juga mengapa aku tidak pernah bertanya lebih soal kontak kamu atau memberikan kamu kontak aku yang lain. Aku suka mengenal banyak orang, kamu tahu bahwa dunia nyata kadang membosankan dan terkadang dunia maya mampu mengubah jalan ceritanya jadi lebih menarik.
"Kamu apa-apaan ngomong gitu?"
"Kamu tanya diri kamu sendiri. Apa sejauh ini aku pernah melakukan hal buruk, menyiksa, memeras atau melakukan hal-hal yang merugikan kamu, pernahkah selama ini aku tidak menghargai kamu? Yang lebih penting bagi aku saat ini adalah bagaimana kita bisa bersama dalam waktu lama. Bukannya itu yang penting?"
Regin mendengus kesal. "Kamu menipu aku Dale, kamu pikir itu bentuk dari menghargai? Bersama di dunia maya dan aku harus tetap ngobrol dengan orang yang tidak pernah aku tahu bentuknya."
"Disini aku seutuhnya nyata, manusia lengkap dan lelaki normal."
"Aku perlu lihat kamu. Kalau perlu kamu nyata sekarang juga."
"You don't understand, Dear!"
"DON'T CALL ME DEAR." Tangan Regin bergetar sewaktu mengetiknya. Namun, sekali lagi, jika ini pesan suara, intonasinya begitu tinggi.
"Kamu enggak ngerti betapa berharganya kamu dan hubungan ini dalam hidup aku. Tapi, semuanya nothing, sejak aku tahu ternyata kamu nggak nyata."
Jari-jarinya beku. Meski sebenarnya ada banyak kata yang ingin diketik tapi situasi saat ini telah mengubah semuanya. Time will tell. Waktu sudah menjalankan tugasnya dengan teramat baik.
"Aku yakin, kamu akan kembali menemukan seseorang. Meski mungkin tidak dalam bentuk yang kamu inginkan."
Regin merasakan nyeri menjalari ulu hatinya seketika.
"But why did you treat me special?"
"I don't know. I've been already hurted so and now you heal and reminding me about the pain at the same time."
"What pain?"
"I can't tell."
"Okay. Just ignore me." Pinta Regin dengan berat hati.
"No, dear. Aku tidak pernah bisa melakukan itu dan jangan coba untuk menghindari aku karena aku tahu kamu juga tidak pernah bisa melakukannya."
"So we can make this out to be real."
"Aku tidak bisa."
"Kamu membingungkan."
"Okay." Dale berupaya keluar dari lubangnya. Sementara Regin berpikir Dake mampu membuatnya nyata.
"I'll ignore you. Kita tidak pernah saling kenal sebelumnya." Dale menutup jendelanya segera setelah menekan enter. Dale menutup mata meremas perih dan segala beban beran yang menggantung di pundaknya. Dia merasa seperti kembali membunuh seseorang. Sekujur tubuhnya dingin. Dale mencengkram kepala dengan kedua tangannya.
Waktu harusnya berhenti tapi dia terus berjalan. Regin kembali bernapas setelah lupa caranya selama beberapa detik mengetahui Dale mampu melakukan hal yang tidak pernah dia sanggup bayangkan. Dia melihat dunia fantasi itu hancur menjadi ribuan keping dan dia ikut hancur bersamanya. Pita suaranya mati, Regin mengulurkan tangan menatap Dale, namun lelaki itu justru membiarkannya jatuh dan terkubur hidup-hidup.
Tersuruk-suruk Regin lari ke toilet, memaki dirinya sendiri karena tidak mau sabar menunggu hingga nanti. Di dalam toilet kantor dia menangis tanpa suara.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro