Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 13 : Kereta Gantung


Kucoba berlari menjauhi kuadran satu yang berada dalam status bahaya. Sejumlah makhluk mirip katak itu akan bangun dan keluar dari tabung kaca. Kupercepat langkahku menuju kuadran kereta gantung. Aku tak sabar ingin bertemu dengan Hyungsik, sebab tadi kubaca petunjuk kalau kereta gantung di kuadran itu dibuat mengarah ke Kindle Garden. 

Memasuki kuadran tiga, pintu besi sebelah kanan koridor kubuka pelan dan kututup kembali. Kulanjutkan perjalananku menyusuri koridor kuadran tiga. Tepat di ujung koridor ada sebuah halaman yang sedikit luas. Di ujung halaman itu ada sebuah bangunan kecil sepertinya bangunan itu adalah tempat pengoperasi kereta gantung.

Di sisi kiri ada sebuah tangga penumpang untuk menaiki kereta gantung. Aku mendongak di sisi kiri tepat kereta gantung itu tak bergerak karena belum dioperasikan. Sepertinya untuk menaiki kereta gantung ini cukup mudah. Namun, tentu saja ada mesin pengoperasiannya dan harus dinyalakan terlebih dahulu. Aku yakin, di dalam bangunan kecil itu ada sebuah tuas yang akan diturunkan atau sebaliknya. Kupercepat langkahku memasuki bangunan pengoperasi kereta gantung. 

Akhirnya pintu bangunan itu kubuka. Kulihat ada beberapa komputer di dalamnya yang menyala. Ya, dunia virtual seperti ini tentu saja semua dikendalikan oleh komputer dan fitur-fitur yang cukup banyak. Tidak seperti di dunia nyata yang mana kereta gantung dikendalikan mesin. Berbeda dengan di sini, aku hanya perlu mengarahkan kursor untuk mengubah off menjadi on.

Aku tidak memikirkan proses kerja kereta ini, sebab sudah jelas di tempat ini semua bisa terjadi .
Setelah menekan kursor dan menekan on di dalam program pengoperasian kereta aku langsung keluar. Aku merasa cukup lega karena tidak perlu mengecas atau kehabisan bahan bakar dan sederet cobaan aneh lainnya. Dari sini aku tahu kalau yang dicas hanya alat komunikasi dan senjata. Mungkin itu sebagai pembeda antara pengguna bayar dan gratisan. Sebagai pengguna gratis tentu saja cobaanku banyak dan harus mengisi ulang baterai senjata dan alat komunikasi.

Begitu keluar ruangan kecil itu, mendadak Sunny Wong sudah ada di hadapanku dengan bersedekap. Wanita itu tertawa terbahak-bahak melihatku. Iya, tentu saja penampilanku sangat berantakan mengingat harus menghindari monster dan berlari sekuat tenaga.

Setelah puas menertawakanku, wanita berwajah Asia timur menepuk pelan tangannya. Dia sengaja menepuk tangannya pelan hanya untuk mencemoohku atau bisa jadi dia tertawa karena aku masih hidup di tengah kota virtual yang rusak.

Sunny Wong mendekat dan aku mundur selangkah-selangkah. Aku waspada jika dia membunuhku, maka misiku menyelesaikan petualangan ini gagal.

"Apa yang kau tertawakan monster operasi plastik?" cemoohku. Entah mengapa aku melihat sepertinya dia memang sering melakukan operasi plastik. Kuduga kelopak mata ganda miliknya hasil operasi plastik. Lalu, kembali kulihat wajahnya yang makin mendekat.

"Monster operasi plastik? Ha ha ha, gadis kampungan sepertimu ternyata mengetahui operasi plastik," ucapnya.  Setelah mengucapkan sepatah kata sampah, wanita Cina itu memegang dagunya sambil tersenyum meremehkanku. “Hem, kau hebat sekali sejauh ini masih bertahan hidup.”

Aku mundur perlahan menjauhinya, entah mengapa perasaanku mengatakan kalau kami akan duel di sini. Wanita ini sepertinya benar-benar ingin melenyapkan semua orang dan menyisakan dirinya dan pria tua Rusia itu. Kini jelas sudah, nyawaku berada dalam bahaya. Jika dia berhasil melenyapkanku, tamat sudah. Petualangan gila ini akan berakhir sampai di sini, semua yang kulakukan menjadi sia-sia. 

“Apa maumu?” ucapku seraya memberanikan diri. Aku tahu kalau dia tentu saja dibekali keahlian beladiri, sebab dia pengguna spesial. Sama seperti karakter antagonis sebuah video game di mana beberapa tokoh penting dibekali keahlian bela diri. Sedangkan aku, aku hanya pengguna uji coba, sudah jelas tidak dibekali apa-apa, hanya diberi rintangan yang sangat sulit.

“Aku cuma mastikan, apakah suamimu masih hidup?” tanya wanita itu meremehkan.  

“Suami?” tanyaku mengerutkan kening.

“Iya, bukan kah penggemar K-Pop kampungan sepertimu selalu menyebut idola sebagai suami?” sindir wanita itu. 

Damn! 

“Di mana kau simpan suamimu?” tanya wanita itu dengan suara meninggi.

“Hei, Monster Operasi Plastik! Seharusnya aku yang bertanya, bagaimana bisa orang jahat sepertimu tidak dicelakai big guy? Atau jangan-jangan orang jahat sepertimu memang bisa hidup berdampingan dengan monster jahat?” ucapku dengan suara parau. Aku memang ketakutan, pergerakan pelan tubuh Sunny seperti sebuah kuda-kuda yang siap menyerangku kapan saja.

“Ha ha ha…”

“Shit!” umpatku. 

“Kau naif sekali, gadis miskin! Bukankah kau sudah membacanya Di meja komputer kalau itu file milikku? Tentu saja aku yang membawanya ke mari, khusus membangunkanmu dari dunia mimpi ini!” cercanya.

“Kau sengaja menjebakku di kantor polisi agar aku mati di tangan big guy? Kau wanita jahat!”

“Ha ha ha, nah itu kau tahu. Aku akan membangunkanmu di dunia mimpi ini. Ucapkan selamat tinggal pada suami khayalanmu itu! Pastikan kau sudah mencatat nomor ponselnya supaya di dunia nyata kalian bisa melanjutkan hubungan bodoh kalian,” komentarnya.

“Aku tidak takut. Aku mati, aku bangun, kau akan kucari melalui media sosial. Namamu akan ku-viralkan sebagai perusak produk. Kau wanita yang susah melihat orang lain senang!” cercaku.

Ha ha ha... Bodoh. Kalau kau mati sekarang orang2 tidak akan percaya kalau kau pernah masuk ke sini. Semua data user akan  musnah jika kau keluar karena mati. Kau akan tercatat jika kau memang keluar sebagaimana mestinya. Jika kau mati di tanganku, buktimu masuk ke tempat ini tidak ada, wanita miskin. Dunia tidak akan percaya padamu,” ucapnya dengan wajah meremehkan. 

"Sekarang beritahu aku di mana Hyungsik!" desaknya. 

"Aku tidak tahu!" umpatku berbohong.

"Kau boleh tidak memberi tahu keberadaan Hyungsik, tapi Berikan penawar itu! Selagi aku bisa memintanya baik-baik dan sebelum aku memintanya dengan kasar!" Wanita itu melangkah pelan ke arahku dan mengulurkan tangannya. 

"Hah... Kau boleh sombong wanita monolit. Aku memang wanita miskin tapi tak semudah itu kau merebut penawar itu dariku!" jawabku seraya mundur pelan-pelan menjauhinya.

"Hahaha!"

Wanita itu kembali tertawa meremehkan. Aku tak bisa banyak meresponnya. Aku hanya bersiap-siap jika dia memberikan serangan padaku. Aku mencoba mengira-ngira dia akan menyerangku ke arah mana terlebih dulu.

Melihat dia seperti memasang kuda-kuda serangan, aku melebarkan mataku. Jantungku berdebar-debar. Perlahan kakiku tergeser pelan. Sebenarnya aku takut, tetapi wanita sepertiku tetap harus bisa bertahan di tempat ini. Aku biasa bermain game di dunia nyata, seharusnya di dalam dunia khayalan ini aku juga bisa bermain game yang tokoh utamanya adalah aku sendiri.

"Baiklah, kalau kau tidak memberi tahu di mana orang Korea itu aku akan melenyapkanmu dan mencarinya. Hiya!" Sunny melompat meninggikan tubuhnya dan berniat mendaratkan pukulan di kepalaku. Namun, sesaat tangannya hampir mengenai ubun-ubunku aku langsung menghindar ke samping. Dia pun gagal memukulku.

Gagal memukulku, wanita mendarat dari lompatnya dan berjongkok lalu menjegal kakiku. Aku pun terjatuh karena terjegal kakinya. Aku langsung berdiri dan mencoba mengingat-ingat pukulan yang harus kuberi untuknya sebagai balasan.

Sunny mengejarku dan mencoba menendang pahaku aku mencoba menangkap kakinya dan tendangan kuarahkan ke kaki lainnya. Sunny pun terjatuh. Aku berjalan mendekatinya kan menyepak bokongnya. Tiga kali kusepak bokongnya wanita itu menangkap kaki kananku dan menendang kaki kiriku, akhirnya aku tersungkur.

Sial, dia sangat mahir berkelahi. Cepat-cepat aku berdiri dan berlari mendorong tubuhnya hingga terpojok di dinding. Lalu, sekuat tenaga tubuhku menahan tubuhnya yang meronta-ronta. Tanpa berlama-lama aku menghantam kepalanya dengan kepalaku. Kening kami beradu, dan kepalaku terasa sangat sakit setelah menghantam kepalanya. 

Wanita itu lemas dan bersimpuh seraya memegang keningnya. Tanpa berlama-lama tubuhnya kuangkat dan kudorong ke samping hingga roboh. Tanpa mengalah, aku mendatanginya. Saat aku kembali akan mengangangkat tubuhnya mendadak Sunny bangkit dan menendang perutku. Tubuhku tidak roboh, tetapi perutku terasa sakit dan aku memegang perutku.

Sunny mendatangiku dan menampar pipiku dengan tenaga yang cukup kuat. Aku pun terhuyung, dia kembali mendatangiku seraya mengambil pisau di pahanya. Mengetahui itu aku berlari dan meninggalkan dirinya. 

Teng… Teng…

Sepertinya kereta gantung yang kuoperasikan tadi sudah akan berangkat secara otomatis. Tanpa harus memikirkan Sunny yang masih mengejarku, aku menaiki tangga besi menuju kereta gantung. 

"Dapat!" ucap Sunny menarik kaki kananku.

"Lepaskan!" jeritku setelah aku kembali jatuh. 

"Aku tidak akan membiarkan kau hidup!" 

"Arrgh!"

Aku berusaha menendang Sunny dengan berbagai cara. Aku menendang tangannya yang meraih kakiku. Sunny tak menyerah, aku juga tak menyerah. Akhirnya aku mencoba menendang kepalanya dengan kaki kiriku. Mungkin karena lelah berjalan menghindari zombie, akhirnya wanita itu bisa kukalahkan dengan berusaha menendang.

Setelah bebas dari Sunny aku melanjutkan menaiki tangga vertikal menuju kereta gantung. Rupanya setelah terjatuh, Sunny masih mengejarku. Aku berusaha menaiki tangga dan saat sampai di titik paling atas aku segera memasuki kabin kereta gantung dan menutupnya. Perlahan kereta gantung berjalan meninggalkan Sunny yang masih berdiri. Lalu, datangnya pria paruh baya yang kuduga adalah Nicholay. Mereka menyayangkan kepergianku. 




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro