Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

25. Belanja

Hana berjalan menyusuri lorong penuh bahan makanan. Di belakangnya seseorang yang mengenakan jaket hitam mengikuti sambil mendorong troli belanja besar. Entah acara apa yang akan diadakan oleh Bunda, tetapi hari ini Hana harus menerima kenyataan kalau hari liburnya harus dihabiskan dengan berbelanja kebutuhan dapur bersama Pattar.  Biasanya belanja adalah salah satu kegiatan paling menyenangkan yang biasa ia lakukan dengan Pattar. Namun, tidak dengan hari ini.

"Ayam filet dua." Laki-laki dengan tindik di telinga kiri itu menyerukan bahan berikutnya yang harus mereka cari.

Hana tidak menjawab, ia hanya berjalan dan mencari bahan yang dibutuhkan. Setelah mendapatkannya, Hana akan menatap laki-laki yang memegang daftar belanjaan sambil mendorong troli itu.

"Kecap asin, minyak wijen sama minyak sayur." Pattar kembali menyebutkan bahan yang harus mereka cari.

Dengan gesit, Hana dapat menemukan ketiga benda tersebut.

"Lo lagi puasa ngomong? Dari tadi nggak ada suaranya" kata Pattar sambil memarkirkan troli.

"Lagi nggak mood ngomong sama lo." Hana menjawab jutek.

"Salah gue apa coba?" Laki-laki berjaket itu melepaskan tudung yang sedari tadi ia kenakan. Kini wajahnya terlihat jelas. Rambut coklatnya diikat sebagian hingga membuatnya terlihat semakin mengintimidasi.

"Males aja ngomong sama lo." Hana hendak beranjak dari tempatnya, tetapi tangannya ditahan oleh Pattar yang kini menunjukan wajah serius.

"Siapa yang buat lo nangis semalaman?" 

"Gue, ...." Hana tidak melanjutkan kata-katanya. Tangannya bergetar dan matanya mulai berkaca-kaca.

"Bunda bilang, semalaman lo nonton film sedih. Gue kenal lo nggak setahun atau dua tahun. Lo nonton film sedih hanya waktu pengen nangis. Siapa yang buat lo nangis? Petra?" Pattar melepaskan tangan Hana dan tatapannya melembut.

"Bukan. Bang Petra nggak pernah buat aku nangis." Hana menjawab sembari melihat ke langit-langit. Ia berupaya supaya air matanya tidak jatuh.

"Orion  Dirgantara pelakunya?" 

Hana terdiam. Ia menatap mata Pattar. Ia tidak menduga kalau sahabatnya ini bisa menebak dengan begitu tepat. 

"Kita lanjut belanja nanti. Sekarang ikut gue." Pattar bergerak lebih dulu menuju kasir dan membawa Hana ke salah satu gerai makanan cepat saji yang ada di mall itu. 

Hana duduk di sudut ruangan dengan meja kecil dan dua buah kursi. Pattar tengah memesan minuman untuk mereka. Pattar membawa nampan berisi pesanan mereka dan ia sengaja meletakkan nampan itu dengan kasar supaya Hana sadar dari lamunannya. 

Hana tersentak, ia melihat Pattar dan mendapati kalau laki-laki bertindik itu tengah melihatnya sinis.

"Maaf." 

"Gue nggak ngerti sama lo. Cuma karena kedatangan Orion, gue kehilangan Hana yang selalu ceria dan bersemangat. Gue benci harus ketemu versi lo yang begini." Pattar menyerahkan segelas minuman untuk Hana. 

"Gue punya banyak pertanyaan yang sepertinya nggak bisa gue jawab sendiri." Hana menyentuh gelas minumannya hanya untuk menyalurkan dingin yang ada pada es susu miliknya.

Pattar menghela napas dan bertanya, "Contohnya?" 

"Apa alasan Orion yang sudah menghilang 5 tahun tiba-tiba muncul?" Hana masih mengusap gelasnya yang berembun.

"Biar gue tebak, lo lagi menyusun kisah fiksi lo sendiri dengan beranggapan kalau dia muncul buat lo?" 

Hana kembali dibuat terkejut oleh Pattar. Laki-laki itu sepertinya mengetahui semua hal yang ada di kepala Hana.

"Lo memang selalu sebodoh ini atau lo cuma pura-pura bodoh. Nggak cukup apa pengalaman sama Resion? Lo nggak sadar dulu menyakiti gue karena kebodohan lo. Lo memang selalu bermasalah kalau urusan cowok." Pattar menenggak es kopinya dan mengunyah es batu dengan kasar.

Bukannya menarik kesimpulan dari kata-kata Pattar, Hana malah salah fokus dengan hal lain.

"Gue menyakiti lo saat gue sama Resion?" Hana bertanya polos.

Pertanyaan sederhana itu mampu membuat Pattar tersedak es batu. 

"Jangan bilang lo pernah suka sama gue?" 

Batuk Pattar belum usai ketika Hana kembali melayangkan pertanyaan. 

"Kita nggak lagi bahas gue, lo, dan Resion. Sekarang yang lagi dibahas adalah kebodohan lo yang terpengaruh sama kedatangan Orion." Pattar berusaha mengembalikan pembicaraan ke topik. Ia enggan membuka kembali lembaran lama yang sudah ia kubur dalam-dalam sejak mengetahui fakta kalau mereka berdua terhubung karena Bunda.

"Nggak, gue harus konfirmasi. Jawab pertanyaan gue tadi, jangan bilang lo pernah suka sama gue?" Dalam hati sebenarnya Hana berharap Pattar menjawab 'iya'. Bagaimanapun juga, Pattar adalah cinta pertamanya. Akan menyenangkan kalau tahu Pattar juga pernah menyukainya.

"Iya, pernah." Pattar menjawab cepat, kemudian ia mengalihkan pembicaraan. "Tapi itu dulu. Sekarang sih ya, gue cuma berdoa aja semoga Petra nggak keburu sadar udah pacaran sama nenek lampir kayak lo." 

Hana tersenyum. Akhirnya ia tahu sebuah fakta. Cintanya dahulu tidak bertepuk sebelah tangan. Namun, ia bersyukur karena tidak ada satupun dari mereka yang nekat maju saat itu. Jika itu terjadi, Hana tidak yakin kalau kini mereka masih bisa duduk berdampingan sebagai sahabat.

"Jadi lo nangis karena menyesal udah mutusin Orion dulu?" Pattar bertanya setelah meneguk es kopinya.

"Enggak. Gue cuma merasa bersalah. Gue nggak bisa bersikap baik-baik aja saat Orion ada di sekitar gue." 

"Gue sudah pernah bilang, pekerjaan dan perasaan nggak seharusnya lo campur aduk. Kalau lo memang semerasa bersalah itu dan nggak bisa lihat Orion di sekitar lo, mending resign sekarang. Sebelum semua terlambat."

"Lo kira semudah itu buat resign? Gue susah payah buat masuk ke rumah sakit itu. Nggak, gue nggak akan keluar gitu aja. Lagipula dia cuma dokter kontrak sementara. Dia bakalan pergi kalau Bang Petra selesai sekolah." Hana berbicara dengan penuh keyakinan.

"Nah, gitu dong. Ini baru Hana yang gue kenal. Keberadaan Orion nggak akan berpengaruh buat lo, 'kan?"

"Nggak akan." Hana menjawab pertanyaan itu dengan cepat. Logikanya kini tengah mendominasi. Namun, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, ia bahkan tidak percaya pada dirinya sendiri.

#30DayWritingChallenge #30DWCJilid28 #Day19



Aloha. Maaf banget nih buat yang nungguin cerita ini. Kemarin updatenya libur dulu karena ada beberapa hal yang harus dikerjakan. Ya, kita ketemu lagi sama Hana Pattar. Kayaknya Zaivan Reva beneran bakal full di Gelembung Mimpi deh. Cerita ini mau kita fokusin sama Trio Orion-Hana-Petra. 

Terima kasih sudah membaca.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro