Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19. Pertemuan Tak Diharapkan

Ketua tim Laboratorium berdehem untuk memecah keheningan. "Saya dengar kalian sama-sama dari Universitas Jatayu. Mohon kerjasamanya." Ketua tim mengalihkan pandangannya pada Orion yang masih terpaku pada gadis mungil di depannya. "Reihana ini salah satu senior analis di sini. Kalau saya tidak ada di tempat, Anda bisa menghubungi dia."

Hana tidak dapat mengedipkan matanya. Mimpi buruknya jadi kenyataan. Laki-laki yang ada di hadapannya ini benar Orion. Laki-laki yang pernah menjadi mimpinya.

"Baik. Kami pamit dulu, Dokter Orion harus berkenalan dengan divisi lain."

Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Orion segera beranjak dari tempatnya. Begitu pintu ditutup, kaki Hana melemas dan tangannya bergetar. Tatapan matanya terkunci pada pintu yang baru saja tertutup.

"Hana, Hana." Rekannya kembali menepuk pundak Hana.

Kaki Hana menyerah, ia tidak bisa menopang tubuhnya sendiri. Ia jatuh terduduk di kursinya.

"Hana, lo kenapa? Kayak baru lihat hantu."

Tangan Hana bergetar hebat, ia meraih ponsel dan tasnya. Ia memilih untuk meninggalkan tempatnya.

"Hana," teriak rekan Hana.

Gadis berkuncir kuda itu tidak peduli dan segera meninggalkan ruangan itu.

Begitu tiba di area parkir, dengan terburu-buru Hana menelepon Petra.

Berkali-kali panggilannya dialihkan. Tidak biasanya Petra bertingkah seperti ini.

Akhirnya, Hana menyerah dan memilih untuk menelepon Jeff yang pasti juga mengetahui tentang kejadian yang baru saja ia hadapi.

***

Gadis dengan gelang kuning dan rambut kucir kuda itu menatap sinis pada laki-laki yang kini ada di hadapannya. Laki-laki di depannya sama sekali tidak menghiraukan tatapan sinis dari Hana.

"Matanya biasa aja." Laki-laki dengan tindik di telinga kiri itu tersenyum setelah puas meledek sahabatnya. Atau bisa dibilang saudaranya.

"Lo dengerin gue cerita nggak sih?" Hana nyaris saja melempar sendoknya ke wajah Pattar yang duduk di depannya.

"Lo lihat ini nggak?" Pattar menunjuk kedua telinganya. "Ya, denger lah. Jadi masalahnya di mana?" Laki-laki dengan kulit yang sudah mencoklat itu jadi sewot.

"Mantan gue akan jadi rekan kerja loh. Lo masih nanya masalahnya di mana?" Hana menusukkan garpunya dengan kasar ke kentang goreng yang sama sekali belum ia sentuh.

Pattar melipat tangannya hingga membentuk pose berdoa. Ia berdehem sebelum berkata, "Urusan kerja, itu profesional. Nggak ada hubungannya sama masa lalu. Menurut gue, nggak ada masalahnya lo dan Orion kerja di tempat yang sama."

Hana terdiam. Tidak mampu menerima kata-kata Pattar.

"Kecuali, ...." Laki-laki bertindik telinga itu menyeringai.

"Kecuali, ...."

Pattar berhenti dan tersenyum, terlihat sama sekali tidak tertarik untuk melanjutkan kalimatnya.

"Eh, kampret. Lo mau ngomong apa? Cepet bilang!" Hana jadi emosi betulan.

Pattar melipat tangan di dada. Seringainya kembali muncul. "Kecuali, lo masih ada rasa sama dia."

"Enggak lah. Sudah entah kemana rasa itu."

"Semakin cepat penyangkalan terucap, itu artinya semakin besar kemungkinan lo bohong. Gue kenal lo udah dari orok, nggak usah coba-coba bohongin gue." Pattar menatap tajam tepat pada mata Hana.

"Gue nggak bohong."

"Terus masalahnya sekarang apa? Gue baru balik dari Bali setelah satu bulan dan di hari pertama, gue disambut jadi penasehat cinta. Nggak habis pikir gue."

"Kan salah satu guna lo itu, jadi pendengar yang baik."

"Gue nih cuma jadi tempat sampah lo. Mana lagi cowok yang mau lo kata-katain?"

Otomatis Hana tertawa kecil ketika Pattar menggulung lengan bajunya seperti berniat untuk berkelahi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro