17. Langkah Mundur
Setelah pulang dari rumah sakit, Hana langsung disibukkan oleh kegiatan revisi. Di angkatannya, Hana termasuk salah satu mahasiswa yang cukup cepat memulai bimbingan. Ia memilih bidang yang ia sukai yaitu mikrobiologi.
Mungkin kata suka kurang tepat karena sebelumnya ia tidak begitu tertarik dengan bidang ini. Konsentrasi yang dipilihnya adalah mikrobiologi klinis, dengan begitu ia bisa melihat gambaran besar ke depannya.
Namun, ia punya alasan lain. Ia mengira kalau hubungannya dan Orion akan bertahan lama. Karena itu pula ia memilih mikrobiologi klinis sebagai bidang yang digeluti. Jika hubungan mereka berubah menjadi lebih serius, setidaknya mereka bisa bekerja di rumah sakit yang sama.
Rencana hanya menjadi bagian dari kenangan. Hana mulai kembali membuka file-file yang ada di laptopnya. Tanpa sengaja ia menemukan sebuah folder yang berasal dari flashdisk Orion.
Bukan untuk membuka luka yang belum kering, ia hanya penasaran. Begitu jarinya menekan mouse dua kali, ia terdiam. Di sana ada beberapa foto yang berasal dari setiap kencan mereka. Bukan foto wajah, melainkan foto tempat, makanan, minuman dan suasana yang dinamai dengan tanggal dibuatnya foto tersebut.
Salah satu foto kembali mengingatkan Hana pada kafe tempat mereka sering bertemu (kafe yang sama dengan tempat putusnya Hana-Orion). Jika melihat tanggalnya, gadis dengan bandana cokelat itu menduga kalau foto itu diambil saat masa skripsi Orion.
Laki-laki berkaca mata itu menatap layar laptopnya dengan tatapan serius. Matanya memancarkan semangat yang menggebu, seolah-olah sinar laser bisa keluar dari iris matanya.
"Bang, aku bisa bantu apa?" Gadis mungil berkaus abu-abu itu kelihatan semangat.
"Hmm, tunggu sebentar. Sedikit lagi selesai." Laki-laki itu menjawab tanpa menoleh.
"Sedikit lagi terus. Aku sudah dua jam di sini." Hana jadi cemberut. Garis bibirnya merosot ke bawahm
Orion melirik jam tangannya dan sedikit terkejut. Ia sudah menghabiskan dua jam waktunya tanpa berbicara pada Hana.
"Maaf." Orion segera menutup laptopnya dan merapikan meja mereka.
"Nggak apa-apa." Hana memilih buang muka.
"Maaf, aku malah menyia-nyiakan waktu ketemu kita. Draft revisiku harus selesai hari ini sebelum jam 3."
Hana tersenyum pahit. "Iya, aku ngerti."
"Aku iri sama teman-temanku yang bilang kalau pacarnya perhatian banget sama mereka. Hari ini aku merasa kalau Abang nggak menghargai aku."
"Bukan maksudku untuk nggak menghargai. Kamu mau tahu alasan di balik semua ini?"
Hana jadi tertarik. Orion memang paling pandai menarik perhatian Hana.
#30DayWritingChallenge #30DWCJilid28 #Day9
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro