Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16. Sepertiga

Jika ditanya, siapa seseorang yang penting dalam hidupnya? Tanpa berpikir panjang, tentu Orion akan masuk dalam 5 besar di daftar nama yang dimiliki Petra. Bukan hanya sebagai seorang teman, dia sudah lebih pantas disebut sebagai saudara. Meski tanpa hubungan darah, mereka memiliki ikatan tersendiri.

Dalam hidup Petra, Orion sudah ambil bagian dalam sepertiga hidupnya. Dia adalah orang yang menolong Petra keluar dari dunianya yang sepi. Mungkin karena mereka memiliki banyak perbedaan atau karena mereka memiliki satu kesamaan. Sepanjang masa pertemanannya dengan Orion, mereka tidak pernah bertengkar sungguhan apalagi sampai harus menghindari satu sama lain.

Namun, untuk pertama kalinya, Petra mempertimbangkan untuk tidak menghadiri acara kumpul bersama 127 squad hanya karena menghindari Orion. Bukan berarti ia tidak peduli pada sahabatnya, tetapi Petra tidak sanggup melihatnya karena apa yang sudah ia sampaikan pada Jeff kemarin.

Sebuah berondong jagung melayang dan mendarat tepat di dahi Petra.

"Mikirin apa lo, Bang?" tanya laki-laki dengan tindik di telinga kirinya.

"Nggak ada." Petra menoleh dan tersenyum pada Pattar yang dibuat sibuk dengan semangkuk berondong jagung.

"Nggak usah bohong. Gue kenal lo enggak setahun dua tahun. Kenapa?"

Petra sempat mempertimbangkan untuk bercerita pada Pattar, tetapi ia sudah menduga respon seperti apa yang akan ditunjukkan oleh satu-satunya saudara kandungnya ini.

"Nggak apa-apa. Gue harus balik ke Lampung siang ini. Titip Hana ya." Petra berbicara setenang mungkin dan turut mengambil berondong jagung dari mangkuk.

"Gue rasa lo nggak mikirin tentang itu." Mata Pattar memincing curiga.

Petra kembali mengembangkan senyum dan pergi ke kamar untuk berkemas.

***

Sudah lama sekali sejak 127 squad berkumpul di rumah Johnny. Laki-laki blasteran Amerika itu memang memiliki rumah sendiri di ibu kota, tetapi indekos Petra tetap menjadi tempat nongkrong terbaik yang mereka punya. Entah karena jaraknya yang terlalu jauh atau mereka yang lebih nyaman untuk membuat Petra melakukan bersih-bersih dibandingkan dengan merepotkan asisten rumah tangga Johnny.

Johnny sengaja memilih tepi kolam renang sebagai lokasi mereka berkumpul. Hanya ia dan Jeff yang kini duduk di sofa malas yang ada di tepi kolam.

Tidak ada suara yang keluar dari kedua laki-laki yang tengah sibuk menyelami pikirannya masing-masing. Jeff terus mengunyah permen karet sejak ia tiba, sedangkan Johnny, ia melipat kedua tangannya di dada dan menatap lurus ke air yang ada di kolam renang.

"Gue nggak bisa nyampein ini, kita butuh Petra." Laki-laki yang tengah melipat tangan itu sudah muak dengan keheningan yang tercipta. Akhirnya ia buka suara.

"Lo hubungi dia. Gue lagi berpikir keras ini."

Johnny berdecak dan menatap sinis pada Jeff yang masih saja disibukkan dengan permen karet dan segala sesuatu yang sedang ia pikirkan.

"Lo di mana? Sudah setengah jam gue terjebak sama nih playboy satu."

Jeff menghentikan kegiatannya hanya untuk memelototi sahabatnya yang kini malah meledeknya dengan cibiran tanpa suara.

"Oke. Gue bakal coba ngomong sama Orion."

Jeff diam-diam mengamati perubahan air muka Johnny setelah menutup teleponnya.

"Petra balik ke Lampung siang ini." Johnny menghela napas dan kembali menatap kolam.

"Sorry, gue telat." Orion datang dengan kondisi yang sama buruknya seperti saat ia masih magang di UGD.

"Jangan bilang lo baru bangun tidur. Apa-apaan dengan kaos butut dan celana tidur ini?" Johnny melihat penampilan Orion dari kepala hingga kaki.

"Memang. Kemarin gue shift malam." Orion menjawab dengan santai kemudian duduk di sofa malas yang masih kosong.

Jeff memberikan tatapan penuh kode pada Johnny yang malah disibukkan dengan segelas jus.

Jeff akhirnya berdehem untuk memberi kode pada Johnny. Bukannya memulai pembicaraan, laki-laki blasteran itu malah menunjukkan gestur tidak siap yang diiringi kerutan di dahi.

Untuk pertama kalinya dalam hidup, sepertinya Jeff harus memberanikan diri untuk menghadapi kenyataan kalau kini hanya dirinya yang bisa diandalkan untuk bicara.

#30DayWritingChallenge #30DWCJilid28 #Day9

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro