15. Jalur Kereta Api
Palang pintu yang tertutup diiringi dengan suara peringatan dari pengeras suara membuat Petra teringat sesuatu. Ketika kecil, ia sering bermain di rel kereta api yang ada di dekat sekolahnya. Seorang guru pernah berkata kalau saat paling aman untuk melintasi rel kereta api adalah sesaat setelah kereta api lewat.
Petra memandang lampu berwarna kuning yang terus berkedip untuk memberi tahu pengendara agar berhati-hati. Kondisi ini mirip dengan situasi yang tengah ia hadapi. Ia tengah bersiap melintasi rel yang baru saja dilalui oleh Orion dan Hana, sedangkan Jeff kini tengah menjadi palang pintu. Analogi konyol yang hanya bisa ia tertawakan.
Getar dari ponsel yang terletak di saku jaketnya membuat tawa Petra terhenti.
"Yo, kenapa Jo?"
"Lo sudah dengar kabar dari Jeff?"
Punggung Petra menegang, tangannya mencengkram setir lebih kuat dan matanya berkedip lebih cepat.
"Ayahnya Orion muncul di rumah sakit keluarga Jeff." Johnny melanjutkan kalimatnya dengan tenang.
Ada lega yang membasuh kekhawatiran laki-laki berjaket hitam itu. "Muncul sebagai pasien?"
"Bukan, tapi sebagai dokter." Johnny menjawab dengan suara pelan dan penekanan ditambahkan pada bagian akhir.
"Ayah Orion? Seorang dokter? Kenapa beliau nggak pernah suka Orion jadi dokter?"
"Untuk masalah itu gue nggak tahu. Yang jelas, kita perlu kumpul. Ayah Orion akan ambil posisi penting di rumah sakitnya Jeff. Gue rasa, Orion perlu tahu tentang ini."
Petra tidak menjawab. Ia menunggu Johnny untuk memutuskan sambungan telepon.
#30DayWritingChallenge #30DWCJilid28 #Day8
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro