Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12. Kencan Pertama

Tidak jauh berbeda dengan pasangan pada umumnya, Hana dan Orion berencana menghabiskan waktu bersama sejak kejadian tembak menembak yang diwakili oleh playboy nomor satunya kampus Jatayu, siapa lagi kalau bukan Jeffry Narendra. Bisa dibilang ia memiliki andil besar dalam hubungan Hana dan Orion. Sebagai sahabat yang baik dan penuh loyalitas, Jeff rela repot-repot untuk membantu kencan pertama mereka.

Orion memiliki pengetahuan percintaan luas, tetapi prakteknya hanya bisa diangan-angan saja. Akhirnya ia harus rela mendengarkan ceramah tidak berfaedah dari seorang Jeff.

"Jadi, kencan pertama gue kemana? Gue duduk di sini dua jam cuma dengerin lo ngomongin tempat kencan favorit cewek-cewek lo." Orion meninggikan suaranya setelah beberapa kali menghela napas.

"Gue kira lo udah ngerti. Gue ini udah capek jelasin dari A sampai Z dan lo masih nggak tahu mau kemana?" kata Jeff dengan nada mengejek.

Orion merapatkan giginya dan mengepalkan tangan kemudian berkata dengan nada penuh penekanan, "Jeffry Narendra, gue lagi nggak pengen main-main."

Jeff tersenyum hingga dua lesung pipinya terlihat jelas. "Ternyata lo nggak sepintar itu. Gue tadinya bangga banget punya temen yang pinternya kelewatan, tapi ternyata ..."

"Jeff." Kini wajah Orion berubah merah.

"Gue belom selesai ngomong, elah. Semua cewek punya tempat kesukaan masing-masing. Lo kenal Hana. Lo lama suka sama dia dan lo pasti tahu seharusnya lo pilih tempat apa." Jeff berbicara dengan wajah yang sepenuhnya tersenyum. Akhirnya ada suatu hal yang bisa ia banggakan. Orion tidak lebih pintar darinya kalau urusan wanita.

Dahi Orion berkerut. Kepalan tangannya terurai. Seketika kepalanya terangkat, kemudian ia tersenyum. "Thanks, Bro."

Jeff menepuk pundah sahabatnya. "Nah, ini baru sohib gue."


***


Orion menjemput Hana di rumahnya. Ia tidak langsung masuk ke dalam dan hanya berdiri di depan gerbang. Ia berkali-kali menarik napas untuk menenangkan dirinya. Pantulan yang ada di kaca mobil membuat ia tertawa kecil. Lucu memang, hari ini terasa lebih menegangkan dibandingkan saat ia harus berpidato di depan mahasiswa baru.

"Ngapain senyum-senyum sendiri di depan rumah orang?" kata seorang gadis yang berdiri di samping Orion sambil menyedot sebatang es kiko.

"Zareva?" Orion membeku di tempat.

"Mau jalan sama Hana?" Reva bertanya dengan santai sambil terus memperhatikan aliran es-nya.

"Iya." Laki-laki berjaket biru itu mengangguk pelan.

"Lo cuma mau jalan sama kakak gue, nggak usah gugup kayak mau jalan sama ibu negara. Mana tuh Orion yang suka marah-marah di kampus. Lo kelihatan kayak kerupuk disiram air tahu."

Orion kembali dibuat membeku. Orion tahu kalau Hana bukanlah seorang gadis yang lemah lembut, tetapi Zareva berada di level lain dari kebar-baran.

"Reva sudah pulang?" Hana keluar dengan pakaian yang sederhana, kaus putih polos dipadu dengan celana jeans biru yang senada dengan baju yang dipakai Orion.

Reva segera berlalu dari depan gerbang, bergerak masuk setelah menjulurkan lidah pada Orion yang notabennya adalah komdis di prodi Kedokteran.

"Maaf, Bang. Reva memang suka jahil." Hana tersenyum sambil memegangi rambutnya yang terus bergerak karena tertiup angin.

"Pakai ini," kata Orion. Ia memberikan sebuah ikat rambut yang terbuat dari kain. Warnanya serasi dengan pakaian yang dikenakan Hana.

Hana tersenyum kemudian meraih ikat rambut itu dan mengikat rambutnya membentuk ekor kuda. Orion langsung menuju pintu kemudi dan masuk ke dalam mobil. Setelah menutup pintu, ia menyadari kalau Hana masih berdiri di tempatnya. Orion membuka jendela penumpang kemudian memberi kode agar Hana segera masuk.

"Ayah, Pattar atau Bang Petra biasanya selalu bukain pintu mobil, aku jadi kebiasaan." Hana tersipu karena mengharapkan sikap manis dari Orion.

"Kamu bisa buka pintu mobil sendiri, 'kan?" Orion meraih seatbelt di kursi Hana dan memasangnya hingga terdengar bunyi klik.

Hana menahan napas dan membeku di tempatnya. Orion menggaruk tengkuk dan menunjuk tanda seatbelt yang tadinya merah berubah menjadi hijau. Hana mengangguk mengerti.

"Kita mau kemana?" tanya Hana dengan suara yang sangat pelan.

"Kamu takut diculik?" Orion tertawa ringan setelahnya. "Kita bakal ke perpustakaan."

"Kencan pertama ke perpustakaan?" Hana sampai menoleh karena tidak percaya.

Orion jadi panik seketika. "Kamu nggak suka? Mau makan, ke mall atau mau nonton?"

Senyum Hana mengembang hingga matanya membentuk bulan sabit. "Baca buku sama pacar, itu impian aku. Nggak nyangka kalau Abang mau ke perpustakaan buat kencan."

Orion mengembuskan napas lega. "Kamu suka buku, aku suka buku, perpustakaan adalah pilihan paling bagus. Ada buku yang mau kamu baca?"

Percakapan mereka terus berlanjut hingga tiba di perpustakaan daerah yang ada di pusat kota. Mereka memasuki lobi dengan beriringan kemudian berpisah setelah menentukan tempat yang tepat untuk mereka membaca. Orion kembali dengan dua buku tebal yang sepertinya masih berhubungan dengan dunia medis.

Hana kembali dengan sebuah novel romansa yang bersampul biru. Hana duduk tepat di depan Orion. Setelah tiga halaman berhasil ia baca, Hana memilih menutup buku dan menangkup kedua pipinya. Matanya tertuju pada Orion yang kini kelihatan serius dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya.

Hana tertawa kecil. Satu mimpinya jadi kenyataan. Seorang laki-laki yang sering ia curi lihat di perpustakaan SMA dulu, kini ada di hadapannya.

Mata Hana terbuka perlahan. Langit-langit putih menyambutnya. Ia berada di ruangan kosong yang asing. Ia melihat kantong infus menggantung di sisi kanannya. Hana menghela napas dalam. Ia mengerti kalau ia terbangun di rumah sakit.


#30DayWritingChallenge #30DWCJilid28 #Day5



Aloha, senang bisa kembali update setelah hampir 3 bulan berhenti rutin menulis. Aku kira nggak akan ada yang baca, tapi ternyata masih ada yang ngikutin cerita ini. Terima kasih.

Terima kasih juga buat yang sudah vote dan komentar. Yuk, kita kawal kapal Hana-Petra/Hana-Orion...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro