Berulah
---
Kelas IPS II sudah riuh seperti pasar walaupun masih jam tujuh pagi, sedangkan pelajaran pertama akan dimulai jam delapan pagi.
Ketika Keslacy datang ruangan itu semakin berisik, mengganggu beberapa murid yang sedang mengerjakan PR dari Bu Mai yang diberikan kemarin siang. Sebagian murid tiba-tiba menyerbu tempat duduk Keslacy, hingga membuat perempuan itu sulit bernapas.
"Wah, Keslacy. Ada berita hot pagi ini. Udah tau belum lo?" Bianca terlihat bersemangat saat si topik utama sudah berada di depan matanya.
"Nggak tertarik," sahut Keslacy, cuek.
"Dih, jangan sombong, deh, lo."
Keslacy mengangkat sebelah alisnya, Ia sombong? Ia tidak merasa, lagipula Keslacy yakin jika berita yang akan Bianca beritahukan hanyalah bualan semata untuk memenuhi napsu bergosipnya.
"Walaupun lo nggak tertarik, tapi lo harus liat ini," kata Bianca sambil memperlihatkan sebuah foto yang ada di ponselnya.
Keslacy yang awalnya tidak tertarik, tiba-tiba langsung menatap foto itu dengan tatapan menyelidik. Tak lama setelahnya ia membatin, "Sialan. Mereka tau dari mana?"
"Lu kenal cewek itu nggak?" tanya Bianca, memancing perempuan yang tengah jadi perbincangan agar mau mengeluarkan tanggapan.
Merasa diabaikan, Bianca mengalihkan handphone-nya ke arah lain agar dapat dilihat oleh teman-teman kelasnya.
"Dia pembunuh!"
"Gila! Buat apa dia megang benda tajam kayak gitu?"
"Kok, bajunya banyak darah?"
"Ini kejadian yang pernah viral tiga tahun lalu, 'kan? Beritanya sampe mana-mana, tuh. Gue nggak nyangka bisa ketemu sama dia."
"Pantesan waktu liat dia dari awal masuk ke sekolah ini, mak gue udah ngingetin untuk jaga jarak dari cewek ini. Ternyata firasat mak gue nggak pernah meleset. Keslacy pembunuh."
"Anjir! Mukanya mirip banget sama Keslacy," seru Andei sembari membandingkan perempuan di foto dengan Keslacy.
Berbagai persepsi melayang begitu saja. Padahal foto yang Bianca tunjukan hanya menampilkan sosok perempuan dengan pakaian putih bersabuk hitam dengan noda darah dan tombak runcing. Apanya yang benda tajam? Itu bukan parang, golok, gergaji, ataupun benda tajam lainnya.
Daripada meladeni cemoohan dan tuduhan yang ditunjukkan padanya, Keslacy memilih untuk menyumpalkan telinganya dengan earphone kesayangan.
Namun, niat itu terhenti saat ada tangan yang menarik earphone-nya dengan paksa. Keslacy terkejut, pasalnya selama ini tak ada yang pernah mengganggunya biarpun ia menyendiri.
"Apa mau lo?" tanya Keslacy dingin. Ia menatap Bianca dingin dan kesal.
Tahan ... tahan ... tahan, Keslacy.
"Mau gue? Lo akui kalau di foto itu memang lo," katanya dengan menampilkan senyum licik.
"Apa untungnya buat lo?" Tantang perempuan itu.
"Bahan gosip. Ya, itu keuntungannya buat gue!"
"Bahan gosip? Apa lo nggak pernah mikirin dosa lo yang tiap detiknya makin numpuk gara-gara bacotan nggak berfaedah itu? Apa untungnya dengan menjelek-jelekkan orang lain?" Keslacy menghela napasnya. "Ah, gue ngerti. Pasti karena orang lain nggak ada yang tau keburukan lo, makanya lo pikir bisa seenaknya, 'kan? Lo salah pilih lawan, Bianca. Gue nggak sekalem yang terlihat kalau lo ganggu ranah privasi gue. Cewek ini bisa lebih jahat," lanjutnya sambil menunjuk dirinya.
Suara halus lagi-lagi hadir di antara mereka, kali ini Bianca menjadi topiknya. Berbanding balik dengan beberapa menit lalu, saat Bianca menggiring opini temannya agar memandang jelek Keslacy.
"Bianca, mah, cepu. Pas ada orangnya malah menciut gitu."
Panas mendengar bisikan itu, Bianca refleks menggebrak meja yang ada di dekatnya.
"Kata siapa gue cepu? Gue takut aja kalau Keslacy sampe balik ke rumahnya sambil nangis, nanti maknya yang cerewet dan pemarah dateng ke sini untuk ngelabrak gue."
Mendengar mamanya disinggung, Keslacy tak dapat menahan amarahnya lagi. Sudah cukup untuk dua tahun ini menjadi perbincangan dan bahan gunjingan Bianca, kali ini ia tidak akan diam lagi.
"Sini lo brengsek!" teriak Keslacy marah. Bersiap akan menyerang Bianca, tetapi niatnya terhenti karena sepasang tangan yang melingkar di pinggangnya.
"Jangan diladenin, biar gue yang urus cewek itu."
$$$
600 kata.
Jangan lupa untuk pencet bintang di pojok kiri, komen, dan bagikan.
Terima kasih untuk semuanya. 🎀
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro