Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 4

🍁

The Unknown:

La Danse Macabre

By:

MamoruArashi

🍁

Chapter 4

Setelah pembicaraan mereka berakhir Kabane terus menerus memikirkan ritusl tersebut. Dia ingin membebaskan Kuon dari kutukan itu tapi konsekuensi yang harus mereka terima juga tidak kalah mengejutkan.

Menjadi abadi selamanya.

Ketika melihat ke arah Konoe dia bisa melihat bahwa tangan kanannya itu ingin menemaninya ketika melakukan ritual tersebut, Konoe rela ikut menjadi abadi bersama Kabane dan Kuon.

Kabane menghela nafasnya kemudian menatap ke arah jendela yang mengarah ke jalanan, dia bisa melihat penduduknya sudah siap berperang melawan Gereja Nerve.

"Nerve huh? Kalian merasa yang paling suci tapi sebenarnya kalian hanya sebuah gereja yang menyembunyikan segala keburukan. Kalau kalian memang Gereja sudah seharusnya kalian menolong distrik 12 yang sudah mengenaskan itu. Kalian hanyalah sekelompok orang yang suka mencuri barang, kebahagiaan orang dan mengubahnya menjadi keterpurukan yang teramat sangat" gumam Kabane.

Kabane menyembunyikan semua dokumen rahasianya yang hanya diketahui olehnya dan Konoe saja.

Tok... tok... tok...

"Masuk" perintah Kabane.

"Lapor Kabane sama. Pasukan musuh sudah terlihat diperbatasan. Anak-anak, lansia, wanita hamil, penyandang disabilitas sudah masuk ke dalam tempat yang sangat aman dan pasukan elit juga sudah menjaga baik didalam maupun luar ruangan" ucap salah satu Jenderal.

"Bagaimana dengan Kuon?" Tanya Kabane.

"Kuon sama berada dikuil suci bersama para pendeta suci" balas Jenderal tesebut.

Kabane mengangguk kemudian mengambil jubah perang dan pedang miliknya lalu keluar dari kantornya untuk ke menara yang berhadapan langsung dengan pasukan musuh.

🍃🍃

"Jangan khawatir Kuon sama. Kabane sama, Konoe sama dan yang lain akan baik-baik saja. Anda tahu sendiri mereka itu orang-orang yang kuat" ucap kepala Pendeta.

"...aku tahu mereka itu kuat, tapi ... mereka akan melawan si kembar. Nyx dan Typhon yang merupakan 'pengawal' ku selama di Gereja Nerve" balas Kuon.

"Saya tahu. Tapi percayalah pada mereka semua Kuon sama. Karena, dengan Kuon sama percaya kepada mereka secara tidak langsung itu memberikan mereka sebuah dorongan untuk memenangkan perang konyol ini" kata Kepala Pendeta.

Kuon sedikit terhenyak dengan pernyataan Kepala Pendeta itu, karena untuk sejenak dirinya merasa sedikit tidak percaya kepada mereka yang kini berada dimedan perang.

🍃🍃

Dimedan perang kini benar-benar pecah ketika Kabane menolak untuk mengembalikan Kuon ke Gereja Nerve, hingga membuat Nyx dan Typhon murka dengan jawaban yang diberikan Kabane.

Kabane memiliki alasan yang kuat mengapa dirinya tidak mengembalikan Kuon ke gereja tersebut. Salah satu diantaranya, Kabane pernah berjanji kepada Kuon untuk memperlihatkan dunia yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Dan alasan lainnya, dirinya tidak ingin dipandang kecewa oleh rakyatnya karena mengembalikan Kuon ke Gereja Nerve karena takut akan ancaman yang diberikan oleh gereja tersebut.

Beruntung pasukan UnityOrder belum negetahui dimana pintu masuk ke kota bawah tanah. Kedua belah pihak tidak ingin kalah semuanya mengerahkan semua kemampuan yang mereka miliki.

Kini lagi-lagi Kabane melawan Nyx dan Konoe melawan Typhon, mereka berdua menyimpan dendam karena Kabane dan Konoe pernah mengalahkan mereka dan menculik Kuon tepat dihadapan mereka.

Nyx terus menerus memancing emosi Kabane namun, Kabane sama sekali tidak terpancing dengan semua pancingan Nyx itu dan membuatnya semakin marah.

Begitu pula dengan Konoe. Dia diming imingi dengan kedudukan yang nyaman di Gereja Nerve jika dia bersedia memberikan Kuon. Konoe bukanlah orang yang bodoh yang mudah disogok dengan hal murahan macam itu, dan menolak semua ucapan Typhon dengan serangan telak-nya sebuah tanda bahwa dia menolak semua penawaran yang diberikan Typhon dan memutuskan untuk tetap setia kepada Kabane.

Penolakan itu membuat harga diri Typhon terluka, tanpa basa-basi menyerang Konoe dengan seluruh kemampuannya.

🍃🍃

Semua penduduk yang berada ditempat persembunyian, pasukan yang berjaga, perawat, dan para pendeta di Kuil Suci berdoa agar kemenangan berpihak kepada mereka.

Berdoa agar pasukan yang ada di medan perang, Kabane, dan Konoe memenangkan peperangan itu. Karena, jika mereka kalah, mimpi buruk akan menghampiri mereka.

Wanita dan anak-anak perempuan akan dijadikan budak sex. Pria dan anak laki-laki akan dijadikan budak atau dijadikan mainan oleh petinggi Nerve.

Mereka percaya dengan kemampuan pasukan Gotho. Mereka juga percaya jika Kabane bisa memenangkan peperangan itu walaupun akan mengalami kerugian besar. Kehilangan kastilnya.

Namun bagi Kabane hal itu tidak lah penting, baginya keselamatan penduduknya adalah hal yang paling utama. Kebahagiaan penduduknya adalah kebahagiaannya juga.

Ditengah perang, pasukan UnityOrder mendapatkan bala bantuan yang membuat Kabane terdesak. Namun, ditengah desakan pasukan UnityOrder itu datanglah pasukan dari dataran 12 dan membunuh pasukan UnityOrder dari belakang.

Kabane merasa berterima kasih atas bala bantuan yang tidak disangka itu, karena hubungan distrik 12 dengan Kerajaan Gotho itu tidaklah baik namun tidak buruk juga.

Mereka bersama-sama mengalahkan pasukan UnityOrder dan membunuh Nyx dan Typhon.

Dan, kemenangan pun berpihak kepada mereka.

🍃🍃

Kabane dan pasukan yang berperang kembali dan disambut oleh penduduk dengan wajah bahagia. Kuon juga ada disana menyambut kedatangan Kabane dan yang lain.

Dengan senyumannya Kuon mengatakan, "Selamat datang kembali. Kabane, Konoe dan yang lain."

Mereka semua bangga karena kemenangan berpihak kepada mereka, dan berhasil mempertahankan Kuon disisi mereka.

Kabane mempersilahkan rakyatnya untuk berpesta merayakan kemenangan mereka. Sementara dirinya, Konoe, Kuon dan kepala pendeta ke kuil suci untuk melepas kutukan Tenshi.

Di Kuil Suci mereka sudah ditunggu oleh pendeta-pendeta yang lain. Ruangan dan altar yang akan mereka gunakan sudah siap tinggal digunakan oleh mereka saja.

Setelah memberikan doa yang terbaik untuk mereka Kepala Pendeta, meninggalkan mereka didalam ruangan itu untuk memulai ritualnya.

Kitab suci, cawan suci, dan sebuah buku kuno sudah disiapkan oleh para pendeta selagi mereka perang tadi.

"Kuon, apa kau sudah siap?" Tanya Kabane.

"Ya, bagaimana denganmu Kabane? Konoe?" Tanya balik Kuon.

"Ossuu. Sudah siap!" Balas Konoe dengan bersemangat.

"Ahaha. Khas Konoe sekali ya" ucap Kuon dengan tertawanya yang khas.

"Baiklah kita mulai sekarang. Kuon kau bisa berdiri ditengah lingkaran itu" kata Kabane.

Kabane membaca mantra yang ada di kitab suci sementara Konoe membaca mantra yang ada disebuah buku kuno. Sebuah cahaya muncul dari bawah Kuon dan seketika menerangi ruangan itu.

"..."

"Apa yang terjadi?" Tanya Kuon.

"Apakah mantranya berhasil?" Tanya Konoe.

"Kuon coba goreskan belati ini ke salah satu jarimu" ucap Kabane seraya menyerahkan belati miliknya.

Dan begitu digores oleh Kuon, luka yang ada sembuh dalam waktu yang sangat singkat.

"Untukku berhasil ... bagaimana dengan kalian?" Tanya Kuon.

Kabane dan Konoe juga menggoreskan belati itu ke jari mereka dan hasilnya sama seperti Kuon dan itu tandanya ritual berhasil.

🍃🍃

Semenjak hari itu mereka hidup seperti kehidupan normal biasanya hanya saja yang berbeda mereka abadi.

Tahun demi tahun berlalu, satu persatu penduduk meninggal dunia. Dimulai dari anak kecil yang meninggal karena penyakitnya, para lansia yang memang sudah waktunya untuk pergi, hingga sedikit demi sedikit kota bawah tanah menyisakan 100 orang saja diantaranya Kabane, Kuon, Konoe, Lyra sang peneliti, dua menteri dan ke empat jenderal.

Mereka mengatakan kepada Kabane, Kuon dan Konoe untuk tidak membebani pikiran mereka mengenai kepergian mereka, karena ini sudah menjadi takdir mereka.

Mereka juga mengatakan untuk tetap menikmati hidup walaupun nantinya tersisa mereka bertiga saja.

Tahun demi tahun berlalu, kini kota bawah tanah menjadi kota mati yang hanya dihuni oleh tiga orang saja. Sejak dua tahun terakhir ke 97 orang itu sudah meninggal, dan meninggalkan permintaan kepada ketiganya untuk selalu bahagia dan tidak menyesali keputusan yang sudah mereka buat.

Tahun demi tahun berlalu, abad demi abad berlalu. Hubungan Kabane dengan Kuon sedikit demi sedikit merenggang. Kabane sedikit menyesali keputusannya yang melepas kutukan Tenshi, sementara Kuon merasa bersalah karena secara tidak langsung dia meminta untuk dilepaskan kutukan Tenshi miliknya.

Sedangkan Konoe dia sama sekali tidak menyesali keputusannya karena pada saat itu dia membantu Kabane untuk melakukan ritual dan menjadikan dirinya abadi juga.

Hubungan Kabane dan Kuon yang renggang terjadi hingga masa sekarang, masa dimana Ribellion menculik Tenshi, perang antara Ribellion dengan UnityOrder, Ribellion dengan Kokujohyako, atau Kokujohyako dengan UnityOrder, hingga pada akhirnya Schau, Ethernea, Vida, Placer, Libel tewas, dan Reue, Leiden, dan Qual bergabung ke Ribellion untuk melawan Gereja Nerve yang kini dipimpin oleh Misericorde.

🍃🍃

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro