Chapter 3
🍁
The Unknown:
La Danse Macabre
By:
MamoruArashi
🍁
Chapter 3
Mereka bertiga sampai tempat persembunyian mereka, Konoe membuka pintu tempat persembunyian tersebut dan membiarkan Kabane dan Kuon masuk terlebih dahulu kemudian dia yang masuk serta menutup pintu.
"Selamat datang ditempat persembunyian kami, Tenshi." ucap Konoe.
"Tempat apa ini?" tanya Kuon pada Konoe.
"Ini adalah tempat kami biasa kami gunakan untuk tempat darurat bila terjadi perang dengan negara lain" balas Konoe.
"Perang? Kenapa?" tanya Kuon.
"Hm? Ahh, kami saling memperebutkan kekuasaan satu sama lain. Atau mereka yang mengajak perang terlebih dahulu karena ingin merebut hal yang berharga bagi kami" balas Konoe.
"Yang berharga ... apa itu?" tanya Kuon lagi.
"Tentu saja adalah senyuman dan tawa riang masyarakat kerajaan Gotho" sahut Kabane yang sejak tadi menyimak pembicaraan mereka berdua.
"Kabane sama/Kabane" ucap Kuon dan Konoe bersamaan.
"Aku sebagai raja tidak akan pernah membiarkan siapapun mengusik negeriku. Kalaupun terjadi perang, akan aku pastikan rakyatku selamat terlebih dahulu, baru aku dan para prajurit berperang" lanjut Kabane.
"Kau adalah raja yang baik ya Kabane. Aku yakin mereka pasti akan sangat bangga memiliki raja sepertimu" puji Kuon.
Konoe merasa tersentuh dengan ucapan Kuon yang secara tidak langsung mengatakan kalau Kabane adalah sosok raja yang ideal yang peduli dengan rakyatnya. Kabane yang dipuji seperti itu oleh Kuon melarikan diri agar tidak ketahuan wajahnya yang memerah. Sementara Konoe yang melihat rajanya itu malu-malu tertawa dengan kencang karena baru kali ini melihat Tuannya itu menunjukkan ekspresinya.
"Ahahah ... Jaa, Kuon sama ingin menemaiku disini sebentar untuk membuka kembali gerbang untuk anak buahku yang lain atau pergi menyusul Kabane sama?" tanya Konoe.
"Hmm ... bersama Kabane?" balas Kuon.
"Baiklah, baiklah. Akan aku antarkan kepada Kabane sama. Tunggu sebentar Kuon sama" ucap Konoe. "Konoe" panggil Kuon, Konoe yang sedang membelakangi Kuon untuk memasukkan kembali kuda yang mereka pakai tadi kedalam kendang pun menoleh kearah Tenshi, Kuon.
"Ya, ada apa Kuon sama" tanya Konoe.
"Terima kasih" ucap Kuon.
"Uh ... sama-sama Kuon sama" balas Konoe malu-malu.
Sebelum mengantar Kuon ke ruang kerja milik Kabane, Konoe mengunci gerbang persembunyian mereka terlebih dahulu baru mengantarkan sang Tenshi kehadapan Kabane. Selama Kuon menunggu Konoe yang sedang mengunci gerbang, Kuon bisa melihat banyak sekali anak-anak yang mengintipnya dengan malu-malu dari pintu besi yang sepertinya menuju ke dalam bangunan.
Dengan senyumannya yang manis Kuon melambaikan tangannya ke anak-anak tersebut hingga membuat anak-anak itu malu-malu karena disapa oleh seseorang yang terlihat manis dan baik hati itu memekik kegirangan. Ada seorang anak gadis dengan langkah malu-malu menghampiri Kuon yang duduk dipinggir jendela, kemudian memberikannya sekuntum bunga Alyssum* berwarna putih untuk Kuon.
Kuon menerima bunga tersebut dan mengucapkan terima kasih kepada anak perempuan itu, dibalas dengan malu-malu oleh anak perempuan itu. Kuon juga menanyakan nama si anak perempuan itu, "Salam kenal. Namaku Azalea."
"Nama yang cantik. Salam kenal Azalea, aku ... Kuon" balas Kuon.
Azalea si gadis yang memberikan Kuon sekuntum bunga itu tertawa pelan karena dipuji begitu oleh Kuon yang notabenenya lebih cantik dari gadis manapun. Mereka berdua saling bercakap-cakap membuat yang lain tertarik dengan interaksi mereka, satu persatu mereka berkumpul dan memperkenalkan diri mereka.
🌿🌿
Kabane keluar dari ruang kerjanya yang merangkap sebagai kamar pribadinya, dia menemukan sekumpulan orang yang berkumpul disatu titik. Merasa penasaran Kabane menghentikan salah satu rakyatnya yang tidak sengaja lewat dihadapannya, orang tersebut mengatakan kalau mereka semua mengagumi sosok yang baru saja dibawa oleh Kabane. Kabane kembali bertanya memang apa saja yang dilakukan Kuon hingga membuat mereka semua menyukai Kuon. Orang itu mengatakan kalau Kuon berhasil menebak penyakit yang bahkan mereka tidak ketahui apa itu dan menyebutkan jenis obat dan perawatan seperti apa untuk menyembuhkan penyakit tersebut.
Kabane mengangguk paham dan mempersilahkan orang tersebut untuk berjalan mendahuluinya untuk bertemu dengan Kuon.
"Sebenarnya siapa kau Kuon?" batin Kabane.
Kabane berdiri diam sejenak untuk memikirkan hal tersebut, dia tidak menyadari jika Konoe tengah menghapirinya. "Kabane sama" panggil Konoe. "Konoe. Menurutmu siapa dia?" tanya Kabane.
"Hai? Maksud anda Kuon san? Maa, menurutku dia hanyalah manusia biasa yang memiliki sebuah kelebihan untuk membantu orang-orang diluar sana" balas Konoe.
"Begitukah?" ucap Kabane.
"Hai', ada tambahan lagi Kabane sama" lanjut Konoe.
"Apa itu?" tanya Kabane.
"Kuon san itu ...." bisik Konoe.
🌿🌿
Kuon menanggapi semua pertanyaan yang dilontarkan untuknya dan menghibur anak-anak kecil yang bermain bersamanya itu. Kabane dan Konoe melihat itu dari belakang kerumunan membiarkan penduduk Gotho berinteraksi bersama Kuon, tidak mereka sangka jika keputusan mereka membawa Kuon ke tempat persembunyian mereka adalah keputusan yang tepat. Karena para penduduk menyukai keberadaan Kuon itu membawa hiburan tersendiri untuk mereka.
"Oh, Kabane sama. Konoe sama" sapa salah satu penduduk Gotho.
"Aku lihat kalian senang dengan keberadaannya disini" ucap Kabane.
"Ahh, hai' dia tampak asik untuk diajak berbicara Kabane sama."
Kabane mengangguk sependapat dengan ucapan rakyatnya itu. Kabane dan Konoe masih membiarkan penduduk bercengkrama dengan Kuin sedikit lebih lama, agar baik Kuon dan penduduk Gotho terbiasa satu sama lain.
Hari sudah semakin sore dan penduduk satu persatu pamit untuk kembali ke rumah mereka masing-masing, Kuon melambaikan tangannya kepada penduduk yang telah menemaninya itu serta tersenyum kecil menanggapi mereka.
"Kuon san, otsukaresama ssu" ucap Konoe.
"Tidak masalah, Konoe. Ini hanya masalah kecil untukku" balas Kuon. Konoe kemudian mengajak Kuon untuk ke kediaman Kabane, karena tadi Kabane mengatakan kepada Konoe untuk membawa Kuon ke kediaman miliknya.
"Kuon san" panggil Konoe.
"Ada apa Konoe?"
"Apa ... Kau suka berada disini?" Tanya Konoe hati-hati.
🍃🍃
Konoe mengantarkan Kuon ke ruang tamu milik Kabane, karena ada banyak hal yang ingin mereka bahas disana sudah ada beberapa jenderal, seorang peneliti dan dua orang menteri. Mereka duduk dengan tenang dan membahas masalah internal kerajaan sebelum membahas keberadaan Kuon disana. Kabane bertanya kepada mereka apakah mereka tidak masalah ketika dirinya menculik Kuon dari tangan Nerve. Tentu saja mereka tidak mempermasalahkan jika Kabane membawa, tepatnya menculik Kuon dan membawanya kemari, mereka dengan senang hati menyambut kehadiran Kuon disana.
Tidak begitu lama Konoe datang membawa Kuon. Langsung saja atensi orang-orang didalam sana tertuju pada sosok Kuon yang terlihat mungil itu. "Selamat datang diruang kerjaku, Kuon."
Kuon seperti biasa menanggapinya dengan senyumannya yang terlihat lembut itu, tentu saja senyuman Kuon yang sejuta watt itu membuat para jenderal, peneliti dan menteri itu terpesona oleh senyuman Kuon itu. Ah, pastinya Kabane juga yang terkena efek senyuman Kuon itu terlihat ada blush tipis yang terlihat diwajahnya. Konoe menertawai mereka semua karena terkena efek senyuman manis Kuon, dia tidak memperdulikan jika Kabane dan yang lain menatap tajam dirinya.
Kabane mempersilahkan duduk Kuon tepat disebelah gadis peneliti, yang memperkenalkan dirinya sebagai Lyra. Dan, obrolan mereka seputar Kuon pun dimulai. Mulai dari hal yang tidak penting sekalipun mereka tanyai.
Semua pertanyaan yang dilontarkan untuknya sebisa mungkin ia jawab dengan struktur kata yang bisa mereka pahami, karena dirinya sedikit kesulitan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sudah lama dia tidak berbicara panjang lebar dengan orang lain. Maka dari itu mereka semua memaklumi hal itu.
🍃🍃
Hari demi hari pun berlalu sudah hampir satu tahun Kuon tinggal bersama penduduk Gotho, dia diperlakukan sangat baik oleh semua orang. Bukan karena bersikap baik karena Kabane sering berada disebelahnya, melainkan perasaan baik yang amat sangat tulus mereka berikan kepada Kuon.
Kuon juga semakin dekat dengan para penduduk, terutama wanita dan anak-anak.
Suatu hari Kabane, Konoe, Lyra, ke-empat jenderal dan dua menteri nengadakan rapat dadakan. Kabane juga memerintahkan para laki-laki untuk berjaga disetiap titik, para wanita yang bekerja sebagai perawat mulai menpersiapkan semua persediaan obat-obatan yang mereka punya dan membagikannya dibeberapa pos.
Sementara wanita lansia, ibu hamil, penyandang disabilitas, anak-anak disembunyikan diruang rahasia yang cukup besar dan memiliki pintu rahasia yang merupakan akses untuk keluar ke daratan.
Kuon untuk sementara waktu dia disuruh untuk diam dikamar milik Kabane yang merupakan tempat teraman nomor 1 dikota bawah tanah.
"Kabane... ada apa?" Tanya Kuon ketika Kabane sudah kembali ke kamarnya.
"...gereja itu akan mengadakan perang dengan kita" balas Konoe.
"Tapi kenapa? Setelah setahun ini mereka tidak melakukan apa-apa" Tanya Konoe.
"Aku rasa itu ada hubungannya denganku" ucap Kuon.
"Kuon?"
"Kuon san?"
"Aku tahu cepat atau lambat mereka akan menyerang Kerajaan ini karena aku. Dan ...." ucap Kuon menggantung.
"Dan apa Kuon san?" Tanya Konoe.
"Maafkan aku Kabane. Aku telah membuat beberapa rakyatmu yang berada didekatku terluka, akibat kutukanku" balas Kuon.
"Apa maksudnya itu?" Tanya Kabane.
"Itu artinya, jika ada yang berada disebelahku untuk waktu yang panjang maka mereka akan merasakan efek samping" ujar Kuon sedikit menggantung.
"Dan, efek samping itu adalah kau akan merasakan sakit yang teramat sangat dari dalam tubuhmu dan ... kau akan muntah darah" lanjut Kuon.
"?!"
"Ya. Seperti yang kalian pikirkan. Aku rasa beberapa penduduk terkena efek sampingnya, kalian juga sudah pasti terkena efek samping itu" ucap Kuon seakan tahu apa isi pikiran mereka.
"Lalu ... kenapa beberapa yang lalu aku lihat orang yang selalu melayanimu itu baik-baik saja?" Tanya Konoe.
"Itu karena ada tanda suci ditubuhnya. Jadi dia tidak merasakan efek samping itu" kata Kuon.
Kabane duduk dikursi miliknya dan berfikir keras, dia pernah diceritakan oleh kakeknya dulu mengenai kutukan itu.
"...Kuon. kalau tidak salah ada ritual yang bisa melepaskan kutukan itu" ujar Kabane.
"Ya, memang ada. Tapi, ada sebuah konsekuensi yang cukup besar untuk ditanggung" balas Kuon.
"Apa itu?" Tanya Kabane.
"Menjadi abadi ... selamanya"
-Bersambung-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro