Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 1

🍁

The Unknown:

La Danse Macabre

By:

MamoruArashi

🍁

Chapter 1

"Haahh ... sampai kapan aku harus menunggu hal yang bahkan tidak jelas kapan datangnya?"

"Kabane dan Konoe mereka sudah pergi terlebih dahulu."

"Kabane ... benar benar ya ... setelah kita saling menjauhi satu sama lain selama ribuan tahun ... kau pergi begitu saja."

"Aku bahkan belum meminta maaf kepadamu atas apa yang aku lakukan 1000 tahun yang lalu. Aku melibatkan kalian untuk membebaskan aku dari kutukan Tenshi ini, jadinya kalian tidak bisa ikut mati bersama dengan yang lain."

"Mati seperti orang normalnya."

🍁🍁🍁

Kuon menatap datar makam kedua temannya yang sudah menemaninya selama 1000 tahun lebih ini, berkat permintaan Arme kepada Qual dan Reue untuk membawakan jasad temannya itu ke dunia bawah tanah ia bisa melihat wajah Kabane untuk terakhir kalinya. Dan juga berkat bantuan Qual, Leiden, Reue dan Cura jasad kedua temannya itu bisa dimakamkan dengan layak.

Menyedihkan memang.

Pada akhirnya hanya ia yang hidup sendiri setelah kedua temannya itu pergi meninggalkannya. Ia masih memiliki Arme dan yang lain, hanya saja itu terasa berbeda. Tidak henti hentinya ia berdoa untuk segera mati dan meninggalkan dunia ini agar ia bisa bersama dengan dua temannya yang lain. Ah tidak ... bersama dengan penduduk daratan yang hidup 1000 tahun yang lalu.

"Kuon san ... apa kau yakin untuk hidup disini sendiri?" tanya Arme ketika ia akan kembali ke daratan.

"Un, daijoubu desu. Aku akan disini" balas Kuon.

"Sendiri?" tanya Arme lagi.

"Un, memangnya siapa lagi yang akan menemaniku disini? Kalian kan punya urusan yang harus diselesaikan didaratan sana" balas Kuon.

"... Baiklah, tapi jika kau membutuhkan bantuanku jangan sungkan untuk mengatakannya padaku. Reue sudah mengajari mu soal menggunakan transmisi kan" ucap Arme.

"Un. Daijoubu Arme. Ini sebuah hal yang biasa untukku" kata Kuon menenangkan Arme yang menatapnya khawatir.

"Tapi kan"

Kuon menggelengkan kepalanya dan berkata, "Pergilah mereka sudah menunggumu." Arme melihat kearah Reue, Leiden, Qual serta Cura yang sudah menunggunya didekat kanal.

"Pergi lah Arme. Kau juga masih bisa menghubungi dan mengunjungiku kan" ucap Kuon.

"Un ... wakatta. Kalau begitu aku pergi dulu Kuon san. Jaga dirimu baik baik" balas Arme.

"Kau juga. Kalian jagalah Arme diatas sana" kata Kuon. "Wakatta kami akan menjaga Arme, Kuon sama" ucap Reue.

"Panggil aku Kuon saja, jangan gunakan embel embel sama padaku" balas Kuon.

"Wakatta ... Kuon ... san" balas Reue.

Kuon tersenyum sebagai balasan, dan Reue mengajak yang lain untuk segera berjalan menuju daratan. Arme tersenyum dan melambaikan tangannya kepada Kuon dan Kuon membalas senyuman Arme dan melambaikan tangganya.

Beberapa saat kemudian rombongan itu pergi, Kuon merasakan sebuah perasaan yang sudah lama tidak ia rasakan ... sebuah perasaan kesepian. Ya kini Kuon tinggal sendirian di dunia bawah tanah itu yang teramat besar itu ... sendirian.

🍁🍁🍁

Begitu kelima orang itu pergi, suasana bawah tanah yang sejak awal itu sudah sepi makin sepi.

"Ah, aku tau kenapa bisa sesepi ini ... karena tidak ada Kabane dan Konoe disini" batin Kuon.

Jika ada yang bertanya padanya, apa kau kesepian? Tentu saja akan dia balas.

"Ya aku sangat kesepian. Teman temanku sudah pergi terlebih dahulu. Aku hanya menunggu giliran saja ... yang entah kapan itu."

Untuk membunuh rasa bosannya ia jalan jalan mengelilingi tempat itu. Tempat yang ia kunjungi terlebih dahulu adalah sungai dimana Libel, Arme dan Fuga hanyut dan terdampar disana.

Kuon masih ingat raut wajah panik Konoe yang mengatakan jika ada tubuh yang hanyut dan terdampar disana.

Awalnya Konoe mengira itu mayat dari penduduk daratan yang terdampar. Tapi ternyata dari situ menjadi sebuah pertemuan Libel dan Arme dengan mereka Kabane, Kuon, dan Konoe itu membuat takdir mereka berubah.

Sudah berapa lama ya, rasa sepi seperti ini. Jika kemarin masih ada Konoe serta Kabane sekarang hanya aku sendiri. Kuon pun meninggalkan tempat itu dan kini berjalan menuju bagian paling dasar di bawah tanah itu.

Tempat dimana dulu sekali ia dan teman teman seperjuangannya menghabiskan waktu untuk meneliti bagaimana caranya untuk melepaskan kutukan yang ia terima pada saat itu. Begitu ia sampai dilaboratorium bawah tanah, ia berkeliling disana sembari nostalgia tentang semua hal yang terjadi disana 1000 tahun yang lalu.

Dimana ia dan Kabane masih saling berkomunikasi satu sama lain, teman temannya yang lain masih hidup, mereka yang bekerja sama untuk mencari tau bagaimana cara melepaskan kutukan yang ada pada dirinya.

Bertahun tahun, hingga Kabane menemukan sebuah ritual untuk melepaskan kutukan itu. Tapi dengan syarat ... Dia, Kabane, dan Konoe akan menjadi abadi selamanya. Kutukan Tenshi yang melekat pada Kuon memang lepas, tapi ... Mereka bertiga menjadi "abadi".

Lalu terjadi lagi, mereka semua mencari cara untuk melepas kutukan "abadi" itu hingga, entah sejak kapan hubungan Kuon dengan Kabane merenggang. Kuon terkadang menyalahkan atas dirinya, kenapa dia menyetujui ucapan Kabane yang mencari cara untuk melepas kutukan Tenshi itu. Kutukan yang membuat sakit perlahan untuk orang orang yang didekatnya.

Kabane juga, ia terkadang menyesali dengan tindakan dan ucapannya. Ia 'dulu' berusaha keras untuk mematahkan kutukan itu, tapi begitu kutukan itu lepas dan "keabadian" melekat padanya. Sementara Konoe, ia masih bersikap netral kepada keduanya. Ia yang menyampaikan pesan untuk satu sama lain, memasakkan mereka makanan, menanam sayur untuk mereka, dan sebagainya.

Kuon kembali jalan mengintari lantai itu. Kini ia menuju ruang santai yang 'dulu' biasa mereka gunakan. Sama seperti dulu, ruangan itu terlihat bersih.

"Ah, ini pasti Konoe yang membersihkannya" batin Kuon seraya tersenyum sendu.

Kuon bisa melihat kilas balik saat diruangan itu. Saat mereka senang, sedih yang mereka lakukan disana. Namun, sejak mereka pergi kini ruangan itu hanyalah sebuah ruangan kosong yang sudah tidak terpakai selama 1000 tahun lebih.

Kuon kembali jalan menuju tempat lain. Entah kenapa kali ini ia melangkahkan kakinya ke pemakaman.Pemakaman teman teman mereka yang sudah pergi meninggalkannya 1000 tahun yang lalu, dan juga ... Yang baru saja meninggalkannya.

"Minna ... Tadaima" ucap Kuon.

🍁🍁🍁

"Minna ... Tadaima" ucap Kuon.

Bayangan arwah teman temannya yang sudah meninggal 1000 tahun yang lalu pun membalas "Okaeri Kuon/kun/san", tapi Kuon tidak akan pernah tahu kalau arwah teman temannya itu membalas sapaannya.

Pertama tama, Kuon mengunjungi salah satu teman baikknya selain Konoe dan Kabane. Kuon kembali menyapa makam teman baiknya itu dan bercerita mengenai Arme, Libel, Fuga, dan yang lain. Tidak hanya dimakam teman baiknya saja, ia juga bercerita berbagai hal dimakam makam yang lain. Selama ia bercerita berbagai hal, ia juga sedikit membersihkan makam mereka. Yah walaupun hanya mencabuti rumput liar saja.

"Nee ... aku merindukan kalian" gumam Kuon ketika berada dimakam Konoe dan Kabane.

"Kenapa kalian meninggalkanku sendiri?" Tanya Kuon pelan.

"Kuon" panggil arwah Kabane.

"Kuon san" panggil arwah Konoe.

"Waktu mu masih ada beberapa saat lagi sebelum berkumpul dengan kami" ucap arwah Kabane

"Sebentar lagi Kuon san, kita bertiga -- tidak kita semua akan bertemu" kata arwah Konoe.

"Terasa membosankan jika tidak ada kalian. Padahal dulu sekali saat sebelum Kabane menyulikku dari Nerve aku terbiasa dengan kesendirian" ucap Kuon.

"Tapi sekarang, aku sangat membutuhkan kalian untuk berada disisiku,"

"Hah ... aku menyedihkan ya?"

"Terlalu bergantung dengan kalian dalam jangka waktu yang cukup lama"

"Haa-- ini seperti bukan aku yang biasanya"

Kini Kuon duduk termenung didepan makam temannya, entah hal apa yang ada dipikiran Kuon itu.

🍁🍁🍁

Kini Kuon sudah berada didalam rumah yang sudah ia tempati selama bertahun tahun lamanya. Kuon mengambil makanan yang sudah disiapkan oleh Leiden dan Arme itu, dan menyantapnya dalam diam.

Biasanya ia makan bersama dengan Kabane dan Kuon. Kini ia makan sendirian. Sama seperti dulu ketika ia masih menjadi seorang Tenshi. Sebenarnya Kuon tidak sendirian disana. Ada 2 sosok transparan yang sedang duduk tepat didepannya. Hanya saja Kuon tidak menyadari jika ada dua temannya yang menemani.

"Kuon san, bagaimana kabarmu hari ini? Ah-- itu pasti sebuah pertanyaan konyol. Kau pasti sangat kesepian akan kepergian kami kan?" Ucap arwah Konoe.

"Kuon ... Mungkin aku terlambat untuk mengatakan hal ini. Maafkan aku yang selama ini telah mengacuhkanmu. Aku hanya tidak tau harus mengatakan apa padamu. Ada sebuah perasaan penyesalan dihatiku." Kata arwah Kabane.

"Disatu sisi aku menyesal karena mencari tau cara untuk melepas kutukan yang ada padamu. Disatu sisi aku juga tidak menyesal karena telah menyelamatkanmu." Kata arwah Kabane.

"Maafkan aku yang tidak bisa mengungkapkan hal ini padamu secara langsung. Tapi satu hal yang perlu kau tau. Aku tidak pernah menyesal karena telah bertemu denganmu. Ketika aku dan Konoe menyusup ke tempat itu dan melihat sosokmu yang kesepian. Tapi kamu sembunyikan dengan baik dengan senyuman lembutmu itu." Lanjut arwah Kabane.

"Kabane sama, itu bukan salahmu yang kala itu menyelamatkan Kuon san. Itu sebuah kewajaran yang normal pada saat itu" Ujar arwah Konoe menenangkan raja-nya itu.

Dua sosok transparan itu kini kembali menatap Kuon yang kini tengah menghabiskan waktu dengan membuka buku secara acak, begitu ia sudah menemukan halaman yang ingin ia baca ia menatap buku itu, bukan untuk membaca, tapi hanya ia tatap saja. Dan lamunannya berlayar menuju ingatan masa lalunya.

Tentang dirinya, Kabane dan Konoe.

🍁Bersambung🍁

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro