Bab 4 🔞
Rumah Nut
Nut Pov
“Ugh.. Ah..”
Aku menggeliatkan tubuhku dan merasakan tubuhku sedikit sakit karena kemarin aku dan P’Ping melakukan seks beberapa ronde sampai aku lemas.
Aku lalu melihat jam dinding dan sekarang masih jam 06.30 pagi. Aku mulai mendudukan tubuhku dan bersandar kepada kepala tempat tidur perlahan-lahan. Aku melihat lengan P'Ping masih di pinggangku dan ketika aku bergerak, dia sedikit bergumam.
"Hum.."
Kiss 😘
Aku mencium bibir P’Ping sekilas dan membisikkan kata..
“Selamat Pagi Hubby..”
“Ugh.. Selamat pagi sayang.. Sekarang jam berapa.."
"Masih pagi masih jam 06.30.."
Setelah aku mengatakan itu, P'Ping kembali menarik tubuhku untuk kembali berbaring lagi dan dia segera memeluk tubuhku lalu meletakan wajahnya di leherku.
"Hahaha.. Geli.. Hubb...Hahah.."
Aku menggeliatkan tubuhku dan tidak sengaja kaki menyentuh juniornya karena saat ini kami masih telanjang bulat. Aku bisa merasakan junior terbangun di atas pahaku.
Omo.. Jangan katakan P'Ping ingin menambah ronde lagi.. 😣
Aku mengatakan itu di dalam hatiku dan segera menepuk-nepuk dadanya agar dia melepaskan tubuhku.
Puk! Puk!
“Phi Ping.. Lepaskan.. Jangan bilang Phi ingin.."
"Hehehe.. Kamu pasti sudah merasakannya dan.. waktunya morning seks sayang heheh.."
Lalu dengan cepat P’Ping segera membalikkan keadaan dengan aku yang berada di bawah tubuhnya.
"Kyaaaa.."
Aku sedikit berteriak karena merasa terkejut dan memejamkan mataku.
"Hahaha.. Ada apa sayang? Kenapa kamu berteriak?"
"Kamu membalikku dengan cepat dan membuat aku terkejut Phi.."
"Hahaha.. Maafkan aku.. Jadi kita mulai na.."
"Tetapi.. Nanti kita harus pergi berbelanja kebutuhan sehari-hari di Siam karena persediaan makan kita sudah habis Phi.."
"Yeah.. Siang bisa bukan? Kita masih memiliki waktu yang banyak.."
"Um.."
Aku menganggukkan kepalaku dan P'Ping segera melemparkan selimut yang menutupi tubuh kami ke bawah, lalu mulai mencium bibirku.
Kiss. 😘
“Ugh.. Ugh..ugh..ah..”
Aku segera mendesah karena P'Ping menciumku dengan panas dan mengeluarkan lidahnya untuk bertarung dengan lidahku. Aku hanya bisa memejamkan mataku dan mengalungkan kedua lenganku di lehernya untuk memperdalam ciuman kami.
Setelah puas dengan bibirku, P'Ping mencium leherku dan menggigitnya.
"Aghh.. Jangan digigit Phi.. Sakit.."
Tetapi.. P'Ping tidak menghiraukan perkataanku dan terus memberikan tanda di tubuhku, dia kemudian semakin turun ke bawah dan segera menciumi ke dua dadaku, mengulum serta menghisap putting dadaku secara bergantian.
"Uhmm.. Ah.. Ugh.. Jangan di hisap terlalu kuat Phi.. ah.."
Slup.. Slup.. Slup..
"Ah.. Jangan di gigit Phi.. oh.."
Aku mendesah, menggeliatkan tubuhku dan memejamkan mataku menikmati setiap kenikmatan yang P'Ping berikan kepadaku. Aku juga menjambak rambutnya untuk menyalurkan apa yang aku rasakan.
P’Ping terus menggigit-gigit kecil dan menghisap putting dadaku seperti baby yang ke hausan. Setelah puas.. P’Ping lalu kembali turun ke bawah.. menciumi perutku.. lalu semakin ke bawah..
Pada akhirnya sampai di depan juniorku yang sudah berdiri tegak dan mulai mengeluarkan pre cumnya.
Aku sedikit membangunkan tubuhku untuk melihat apa yang P'Ping lakukan.
Aku melihat P'Ping mulai menjilati juniorku seperti makan ice lollipop, lalu memasukkan juniorku sepenuhnya ke dalam mulutnya.. Memaju mundurkan kepalanya dengan cepat dan tangannya memainkan bola kembarku secara bergantian.
"Oh.. ah.. um.. ah.."
Aku hanya bisa terus mendesah dan merasakan sensasi yang memabukkan. P'Ping memang sangat ahli memanjakan diriku.
Tidak lama.. aku merasakan bahwa aku akan segera klimaks.
“Ah.. Uhm…Agh.. Phi.. Nut.. Mau keluar.. ah..”
“Keluarkan saja sayangku..”
P’Ping mengatakan itu dan semakin kuat menghisap juniorku. Lalu..
“Aghh…Ah.. ah.. Hosh..”
Aku mengelurakan spermaku di mulut P’Ping dan P’Ping segera meludahkan di depan lubangku. Dia mulai memasukkan jari-jari tangannya satu persatu di dalam lubangku dan menggerakan dengan cepat..
“Oh.. ah.. ugh.. Phi.. Aku ingin.. ah.. juniormu.. ugh.. bukan jari-jari..mu.. ah..”
Aku mengatakan itu sambil menatap P’Ping dengan tatapan mata sayu. Aku melihat P’Ping tersenyum 😏
“As your wish Sayangku..”
Lalu P’Ping kembali naik lagi ke atas tubuhku, mengangkat kedua kakiku ke atas pundaknya, mengocok juniornya sebentar dan..
Jleb!
“Aghh!!”
Aku segera berteriak pelan karena P’Ping langsung memasukkan juniornya yang besar itu dengan sekali sentakkan. Aku tidak sadar mengeluarkan air mataku.
“Apakah sangat sakit sayang?”
P’Ping berbisik di telingaku..aku perlahan-lahan membuka mataku dan menatap matanya, aku mengelus wajahnya yang berkeringat dan menggelengkan kepalaku.
“Tidak.. Bergeraklah sekarang Phi..”
Setelah aku mengatakan itu, P’Ping mulai bergerak untuk mengeluarkan juniornya lalu kembali memasukkannya dengan sekali sentak lagi dengan cepat dan secara berulang-ulang. Sehingga aku hanya bisa terus mendesah dan pasrah.
Saat ini aku hanya bisa mendengar suara daging yang saling bertubrukan dengan kencang di seluruh kamar tidur kami.
Setelah beberapa saat, P’Ping segera mengubah gaya dan memintaku untuk menungging. P’Ping kembali memasukkan kembali juniornya dengan cepat dan menggerakannya, dia bahkan menahan kedua tanganku sehingga aku bersandar kepadanya dengan kaki yang mengangkang sambil berlutut di atas tempat tidur.
Setelah beberapa saat kembali P’Ping mengubah gaya kami tampa melepaskan tautan juniornya yang ada di lubangku dengan perlahan-lahan merebahkan dirinya dengan menyamping lalu mengangkat salah satu kakiku.
Di posisi ini, aku merasakan junior masuk semakin dalam ke dalam tubuhku.
“Ohhh.. Phhii.. Pingg.. uhmm.. Nut.. sudsh.. tidsk.. ahh.. tahan..”
“Sebentar lagi.. uhmm..tahan.. sebentar lagi.. aku.. ugh.. akan segera.. sampai juga.. ah..”
P’Ping bergerak semakin cepat dan brutal sehingga aku hanya bisa mengikutinya.. Lalu..
“Agggghhhhh.. Uhhhmmm”
Kami melakukan pelepasan bersama-sama. Kami masih saling berpelukkan dan membiarkan posisi ini selama beberapa saat. Aku benar-benar merasa lemas lagi. 🙁
“Lebih baik kita.. tidur dulu baru nanti baru pergi berbelanja ya..”
“Hm..”
Aku hanya mengatakan itu dan kembali menutup mataku, aku tidak mempedulikan lagi badanku yang terasa lengket oleh keringat atau sperma. Aku hanya berpikir bahwa aku ingin segera tidur lagi saat ini untuk memulihkan tenagaku lagi. 😴
---
Rumah Keluarga Hemmawich
Kamar Sailub
Sailub Pov
Tit.. Tit.. Tit..
Aku mendengar suara alarm ponselku berbunyi dengan nyaring di samping tempat tidurku. Aku mengulurkan tanganku untuk mengambil ponselku dan mematikannya. Aku melihat sekarang sudah jam 7 pagi.
Aku kembali meletakan ponselku di samping tempat tidur dan mulai mengeliatkan tubuhku.
“Hoam.. Ugh.. Ah..”
Aku menggerakan tubuhku ke kiri dan ke kanan sebentar, lalu mulai menyibak selimutku. Aku kemudian duduk di atas tempat tidurku sebentar untuk mengumpulkan nyawaku. 😅
Setelah nyawaku terkumpul, aku kemudian mengambil gelas yang ada di samping tempat tidur dan mulai meminumnya.
Glup.. Glup.. Glup..
Setelah satu gelas habis, aku mulai berdiri dan berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka serta menggosok gigiku.
Lalu setelah itu, aku mematikan AC kemudian berjalan ke arah jendela kamarku dan membukanya.
Grek!
Aku merasakan dan membiarkan angin semilir pagi yang menerpa wajahku untuk beberapa saat. Setelah itu, aku mulai meregangkan badanku dan mulai melakukan push-up serta sit-up untuk beberapa waktu. Setelah aku merasa cukup dan tubuhku sudah berkeringat, aku mengambil handuk untuk mengusap keringatku. Aku lalu kembali meminum segelas air untuk meredakan dahagaku.
Sehabis itu, aku berjalan ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhku yang terasa lengket oleh keringat.
Tidak membutuhkan waktu lama aku sudah selesai mandi dan berpakaian. Aku lalu duduk di meja rias untuk mengoleskan krim wajah di wajahku, menata rambutku, mengoleskan lip balm di bibirku dan terakhir menyemprotkan parfum. Setelah itu aku mengambil tas selempang dan mulai memasukkan ponsel, dompet serta power bank. Aku menaruh tas itu di atas sofa dulu karena aku ingin sarapan dulu.
Saat ini masih jam 08.00 pagi dan masih ada waktu 3 jam-an sebelum aku berjanji akan menjemput Pon jam 10.00 di rumahnya.
Clek! Bruk!
---
Lorong Lantai Dua
Sailub Pov
Aku membuka dan menutup pintu kamarku, lalu berjalan untuk menuruni tangga ke lantai bawah. Saat aku akan ke bawah, aku berpapasan dengan Bibi Na.
“Selamat Pagi Khun Sai.. Khun ingin sarapan apa? Biar bibi siapkan..”
“Selamat Pagi Bibi Na.. Sai hari ini ingin sarapan roti isi coklat keju dan secangkir kopi hitam seperti biasa..”
“Baiklah kalau begitu Bibi siapkan dulu..”
“Terima Kasih Bibi Na.. Oh ya Bibi, apakah Mae dan Pho sudah bangun?”
“Khun Mae sudah bangun dan sedang sarapan di ruang makan sedangkan Khun Pho belum keluar dari kamarnya..”
“Ah.. Ok terima kasih.. Sai ingin makan di ruang makan bersama-sama dengan Mae tolong siapkan sarapannya di ruang makan saja Bibi..”
“Baiklah.. Sama-sama Khun Sai..”
Setelah mengatakan itu, Bibi Na segera turun ke lantai bawah untuk menyiapkan sarapanku. Sedangkan aku.. berjalan dengan santai ke arah ruang makan.
---
Ruang Makan
Sailub Pov
Aku berjalan ke ruang makan dan melihat Mae sedang sarapan sambil membaca koran.
“Selamat Pagi Mae..”
Aku mengatakan itu dan segera berjalan menghampiri Mae lalu mencium kedua pipinya.
“Selamat Pagi Luk.. Kamu terlihat tampan hari ini..”
“Sai selalu terlihat tampan setiap hari Mae “
“Haah.. Kamu benar.. Kamu mau sarapan apa? Biar Mae siapkan..”
“Tidak usah Mae, tadi Sai bertemu dengan Bibi Na dan sudah mengatakan apa yang ingin Sai makan kepadanya..”
Tidak lama aku mengatakan itu, aku melihat Bibi Na membawa nampan sarapan untukku. Lalu meletakannya di hadapanku.
“Silakan disantap makanannya Khun Sai..”
“Terima kasih Bibi Na..”
Setelah itu Bibi Na segera pergi untuk melanjutkan pekerjaannya meninggalkan aku dan Mae berdua di ruang makan.
“Sai.. Jangan lupa ajak Pon pergi ke restoran yang ada di dekat Pantai Conburi yang sudah Mae pesankan untukmu..”
“Hm? Conburi? Mae!! Tempat itu 2 jam dari Bangkok.. Besok Sai harus bekerja!”
Aku baru menyadari bahwa restoran yang di pesan Mae itu sangat jauh dari Bangkok dan membutuhkan waktu 2 jam.
“Iya.. Memang jauh, makanya kamu dan Pon sekalian saja menginap di Hotel. Semalam Mae juga sudah memesankan satu kamar hotel untuk kalian berdua bermalam di Hotel Hilton.. Mae akan mengirimkan bukti reservasinya kepadamu..”
Aku melihat Mae mengetikkan sesuatu di ponselnya, lalu berkata lagi
“Sudah Mae kirimkan.. Lihatlah..”
“Ponsel Sai ada di dalam kamar Mae.. Lalu pekerjaan Sai bagaimana besok?”
“Kamu tenang saja.. Pekerjaanmu akan Mae handel besok.. Jadi bersenang-senanglah dengan Pon hari ini dan cepatlah memberikan Mae cucu hahaha..”
“Aizz.. Mae!! Aku dan Pon bahkan belum menikah dan Mae sudah ingin punya cucu yang benar saja!!”
“Hahaha.. Sudah jangan kebayakan prots, cepat habiskan makananmu dan bawa calon menantu Mae jalan-jalan.. Ah.. Jangan lupa bawa baju juga untuk kalian menginap.. Mae sudah mengirimkan pesan kepada Rin untuk memberitahukan hal itu kepadanya dan dia sudah setuju..”
“Khrap Mae..”
Aku hanya mengatakan itu dan mulai memakan sarapanku dalam diam, lalu menyeruput kopiku pelan-pelan.
Huf.. Selalu saja aku tidak bisa membantah Mae dan harus mengikuti apa yang Mae inginkan. 🙁
---
Kamar Sailub
Sailub Pov
Setelah selesai sarapan, aku kembali ke kamarku dan mengeluarkan tas jinjing karena aku harus menginap di hotel yang sudah Mae pesankan untukku.
Aku segera memasukkan 2 buah kaos, 2 buah boxer dan celana dalam, 1 celana pendek jins, sepasang piyama, peralatan mandi dan skin careku. Tidak lupa membawa chargeran dan tentunya tab-ku.
Setelah semua siap, aku menyampirkan tasku dan membawa tas jinjing itu untuk turun ke bawah karena sekarang sudah jam 09.00.
Aku sempat mengecek bukti reservasi hotel yang Mae kirimkan kepadaku dan semuanya sudah beres. Aku hanya tinggal menujukkan buktinya kepada mereka.
---
Ruang Tengah
Sailub Pov
Aku turun kembali ke lantai bawah dan melihat Mae sudah duduk di ruang tengah bersama-sama dengan Pho.
“Mae.. Pho.. Sai pergi dulu ya..”
“Iya Luk.. Hati-hati saat menyetir mobil dan jangan mengebut ya.. Selamat bersenang-senang..”
“Iya selamat bersenang-senang Sai.. Jangan pikirkan urusan kantor..”
Aku mendengar perkataan Mae dan Pho.
“Krap Mae.. Pho..”
Setelah itu aku keluar dan berjalan ke arah mobilku.
---
Sammy Pov
Saat aku melihat Sailub keluar dari rumah, aku mendekati Yacht dan segera mengalungkan tanganku di lengannya. Aku menidurkan kepalaku di bahunya yang kokoh meskipun dia sekarang sudah berusia 50 tahun. 😅
“Yacht.. Sailub sedang tidak ada di rumah.. Yuk kita buat little Sailub lagi..”
“Apakah kamu mau mempunyai anak lagi? Umur kita sudah berapa?”
“Iya.. Kalau di berikan anak lagi kenapa tidak mau.. Memang kenapa dengan umur kita? Kita masih 50 tahun belum 80 tahun.. Jadi apakah kamu mau atau tidak?”
“Hm.. Iya mau lah.. Siapa yang tidak mau hahaha..”
“Kalau begitu ayuk kita ke kamar..”
“Ayuk..”
Lalu aku dan Yacht segera berdiri dan berjalan beriringan menuju kamar kami. Saat kami sedang berjalan, kami berpapasan dengan Bibi Na. Aku segera berbicara dengan Bibi Na.
“Bibi Na.. Tolong bilang kepada yang lain bahwa kalian hari ini bisa libur setengah hari dan jangan ganggu kami berdua di dalam kamar, ok?!”
“Baiklah Khun Sammy..”
Setelah mengatakan itu, aku dan Yacht segera masuk ke dalam kamar kami untuk membuat little Sailub lagi.. 🤣
---
Mobil Sailub
Sailub Pov
Aku memasukkan barang-barangku ke dalam bagasi mobil dan menutupnya.
Bruk!
Lalu aku berjalan untuk masuk ke dalam mobilku dan mulai memanaskannya. Aku melihat sekarang sudah jam 09.10..
Aku mulai memasukkan alamat rumah Pon ke dalam GPS mobilku sambil menunggu mobilku panas. Aku lalu berpikir untuk menelepon Pon dan memberitahukan kepadanya bahwa aku sedang menuju rumahnya sehingga tidak membutuhkan waktu lama aku menunggunya.
Tut.. Tut.. Tut..
Cukup lama aku menunggu Pon mengangkat ponselnya.. 🙄
Apakah dia masih tidur dan belum terbangun? Apakah dia lupa akan jalan-jalan denganku?
Saat aku memikirkan itu semua, aku mendengar suara Pon mengangkat telephoneku dengan suara yang terdengar masih serak khas orang bangun tidur.
“Hallo.. Siapa ini?”
Hm.. Sepertinya dia tidak melihat siapa yang meneleponnya dan langsung mengangkatnya. Berarti tebakkanku benar bahwa dia belum bangun. 😅
“Hallo Pon.. Ini P’Sai.. Apakah kamu sudah bangun dan bersiap-siap? Phi sedang menuju rumah mu..”
Gubrak! Kedebuk!
Setelah aku mengatakan itu, aku mendengar suara orang terjatuh..
Apakah Pon terjatuh dari atas tempat tidurnya? 😅
“Hallo.. Pon.. Apakah kamu tidak apa-apa? Suara apa itu?”
Aku bertanya dengan perasaan cemas karena seperti dia terjatuh cukup keras.
“Aizz.. aghh.. Um.. Hallo P’Sai.. Apa tadi katamu?”
“Apakah kamu tidak apa-apa? Apakah kamu terjatuh dari tempat tidur?”
“Heheh.. Iya Phi.. Pon merasa terkejut tiba-tiba Phi menelepon..”
“Apakah kamu melupakan janji kita bahwa hari ini kita akan jalan-jalan?”
“Hah? Tidak.. Pon tidak lupa.. Tetapi.. Pon lupa menyalakan alarm sehingga saat Phi menelepon dan mengatakan sudah di jalan Pon terkejut dan terjatuh..”
“Hahaha.. Kenapa kamu lucu sekali.. Ayo siap-siap sana dan hati-hati jangan sampai jatuh lagi..”
“Iya Phi.. Pon akan siap-siap dan Phi juga menyetirnya hati-hati dan pelan-pelan saja ya..”
“Ok.. Sampai nanti Pon..”
“Hm.. Sampai nanti Phi..”
Setelah itu, aku segera memutuskan sambungan telepon kami dan tertawa lagi. 😆
Mengapa Pon sangat lucu sekali seperti anak kecil? Sepertinya pergi jalan-jalan dengannya tidak akan membosankan tetapi akan menyenangkan.
Aku memikirkan itu dan mulai menjalankan mobilku keluar dari rumahku menuju rumah Pon sesuai arahan GPS.
---
Rumah Keluarga Aiemkhumchai
Kamar Pon
Pon Pov
Tring.. Tring.. Tring..
Aizzz.. Siapa yang meneleponku pagi-pagi? Tidak tahukah dia bahwa hari ini adalah hari Minggu dan waktunya untuk tidur sampai siang?
Aku memikirkan itu dan mulai mengangkat tanganku untuk menggapai ponselku yang aku taruh di samping tempat tidurku.
Aku segera menjawabnya tanpa melihat siapa yang meneleponku lagi.
“Hallo.. Siapa ini?”
Aku menjawabnya dengan suara serak dan sedikit merasa tidak suka karena tidurku terganggu. Setelah menunggu beberapa saat..
“Hallo Pon.. Ini P’Sai.. Apakah kamu sudah bangun dan bersiap-siap? Phi sedang menuju rumah mu..”
Gubrak! Kedebuk!
Aku segera terkejut dan terjatuh dari atas tempat tidurku saat mendengar suara P’Sai yang terdengar sangat merdu di telingaku.
Omo!! Aku lupa bahwa hari ini akan pergi jalan-jalan dengan P’Sai!! Sudah jam berapa sekarang?!
Aku memikirkan itu dan segera melihat jam… Astaga sudah jam 09.15. 😨
“Hallo.. Pon.. Apakah kamu tidak apa-apa? Suara apa itu?”
Aku mendengar suara P’Sai terlihat cemas karena aku terdiam untuk beberapa saat. Aku lalu menghembuskan napasku perlahan-lahan agar lebih tenang sebelum menjawabnya lagi, meskipun aku merasa tubuhku sakit karena terjatuh.
“Aizz.. aghh.. Um.. Hallo P’Sai.. Apa tadi katamu?”
Aku berpura-pura tidak mendengar perkataannya dan bertanya lagi padanya untuk menutupi rasa maluku. 😣
“Apakah kamu tidak apa-apa? Apakah kamu terjatuh dari tempat tidur?”
“Heheh.. Iya Phi.. Pon merasa terkejut tiba-tiba Phi menelepon..”
Aku akhirnya memutuskan untuk mengatakan dengan jujur meskipun aku merasa sangat malu.
“Apakah kamu melupakan janji kita bahwa hari ini kita akan jalan-jalan?”
“Hah? Tidak.. Pon tidak lupa.. Tetapi.. Pon lupa menyalakan alarm sehingga saat Phi menelepon dan mengatakan sudah di jalan Pon terkejut dan terjatuh..”
Aku mencoba menjelaskan meskipun sekarang wajahku sudah terasa panas. Sebenarnya.. Aku lupa bahwa hari ini kami akan jalan-jalan jam 10. 😅
Tetapi.. aku tidak mau P’Sai tahu tentunya kalau tidak mau di taruh dimana wajahku ini.
“Hahaha.. Kenapa kamu lucu sekali.. Ayo siap-siap sana dan hati-hati jangan sampai jatuh lagi..”
Hm.. P’Sai tertawa? Kenapa suara tawanya sangat merdu? Aku ingin mendengar dan melihat dia tertawa di depanku lebih sering lagi.
Aku memikirkan itu sambil tersenyum dan membalasnya lagi. 😊
“Iya Phi.. Pon akan siap-siap dan Phi juga menyetirnya hati-hati dan pelan-pelan saja ya..”
“Ok.. Sampai nanti Pon..”
“Hm.. Sampai nanti Phi..”
Setelah P’Sai memutuskan sambungan telepon ini. Aku segera bangun dan duduk di atas tempat tidurku untuk beberapa saat, lalu berdiri untuk segera mandi.
---
Rumah Nut
Nut Pov
Kryuk.. Kryuk..
Aku merasakan perutku berbunyi sehingga mengusik tidurku. Aku perlahan-lahan membuka mataku dan merasakan lengan P’Ping masih memeluk pinggangku. Aku lalu menyingkirkan lengannya perlahan-lahan dan mulai mendudukan diriku.
“Aizzz.. “
Aku sedikit meringis karena merasakan perih di lubangku. 😣
Jam berapa ini?
Aku melihat ke arah jam dinding rumahku dan melihat sekarang sudah jam 09.00.. Perlahan-lahan aku mulai berdiri dan berjalan tertatih-tatih ke dalam kamar mandi.
---
Kamar Mandi
Nut Pov
Bruk! Clek!
Aku membuka dan menutup serta mengunci pintu kamar mandi. Aku lalu menatap diriku di depan cermin.
Aku melihat wajahku sedikit terlihat pucat dan ada beberapa tanda kiss mark yang P’Ping buat di badanku. Lalu aku segera menyalakan keran air untuk membasuh wajahku agar terlihat lebih segar kemudian menggosok gigiku.
Aku berjalan untuk mengisi bathup dengan air hangat dan menyalakan lilin aroma therapy. Setelah air di bathup terisi, aku menuangkan sabun aroma rempah-rempah untuk membuat tubuhku terasa rileks.
Sebelum aku masuk ke bathup, aku duduk di atas kloset dan merentangkan kedua kakiku lalu memasukkan dua jari tanganku untuk membersihkan lubangku dari sisa sperma P’Ping.
“Aihh.. aizz..”
Rasanya sedikit perih, tetapi aku masih bisa menahannya dan lubangku hanya terlihat memerah tidak sampai robek sehingga aku masih bisa berjalan meskipun mungkin terlihat sedikit aneh.
Setelah lubangku bersih.. Aku mencuci tanganku dan masuk ke dalam bathup selama berapa menit sampai rasa pegal di tubuhku menghilang. Lalu aku segera keluar dari bath up dan membilas tubuhku di shower serta mengeramas rambutku.
Aku menghabiskan waktu cukup lama untuk membersihkan tubuhku dan setelah aku merasa bersih, aku kemudian melilitkan handuk di pinggangku dan berjalan keluar kamar mandi.
---
Kamar Tidur
Nut Pov
Saat aku kembali lagi ke kamar tidur, aku melihat P’Ping masih tidur.
Sekarang sudah jam 09.35..
Aku lalu berjalan ke arah lemari dan mengeluarkan kaos dan celana pendek untuk aku pakai. Setelah aku berpakaian, aku berjalan ke arah tempat tidur dan mulai membangunkan P’Ping.
“P’Ping.. Ayo bangun. Sudah siang dan kita harus pergi ke Siam untuk berbelanja..”
“Hm..”
“Ayo cepat mandi!! Ayo bangun Phi..”
Tidak lama aku melihat P’Ping membuka matanya dan mulai bangun dari tempat tidur.
“Setelah mandi jangan lupa mengganti seperai kita Phi.. Aku ingin membawanya ke laundry sekalian saat kita pergi nanti..”
“Iya..”
Lalu P’Ping segera mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi untuk mandi, sedangkan aku mengeluarkan hairdryer untuk mengeringkan rambutku.
Tidak membutuhkan waktu lama rambutku kering dan aku segera memakai krim wajah lalu berjalan untuk mematikan AC kamar serta membuka jendela kamar agar ada angin masuk ke dalam kamar. Aku menyemprotkan pengharum ruangan dan kemudian keluar kamar untuk berjalan ke arah dapur menyiapkan makanan.
---
Sailub Pov
Tidak terasa setengah jam aku mengendarai mobilku dan sekarang aku sudah berada di depan rumah keluarga Aiemkhumchai.
Sekarang aku melihat jam tanganku sudah jam 09.45.. 🙄
Apakah aku lebih baik menunggu Pon di mobil atau di dalam rumah? Tetapi.. Kalau menunggu di dalam mobil tidak sopan dan aku tahu pasti Pon belum selesai bersiap-siap. Baiklah.. Mari turun dan menyapa Pho dan Mae..
Aku memikirkan itu dan segera mematikan mesin mobilku lalu turun dari mobilku.
Bruk! Titt..
Aku menutup mobilku dan menguncinya. Aku perlahan-lahan mulai berjalan ke arah pintu rumah Keluarga Aiemkhumchai dan sesampainya di depan pintu, aku mengetuk pintu itu.
---
Depan Rumah Pon
Sailub Pov
Tok.. Tok.. Tok..
Aku menunggu beberapa saat, lalu ada seorang yang membuka pintu ini.
Clek.. Kriet..
Aku melihat yang membukakan pintu adalah Mae Rin dan aku segera menyapanya.
“Swadee Krap Mae Rin.. Selamat Pagi..”
Aku mengatakan itu sambil mengatupkan kedua tanganku untuk menghormatinya.
“Oh.. Sailub.. Selamat Pagi. Tadi Mae kira siapa yang bertamu pagi-pagi.. hehehe.. Ayo masuk.. Kamu pasti ingin menjemput Pon kan?”
“Krap Mae.. Apakah Pon sudah siap?”
“Hm.. Sepertinya dia belum siap.. Ayo duduk dulu saja di ruang tengah, anggap saja rumah sendiri.. Pho sedang membaca koran di ruang tengah, sapalah dia... Mae akan memangil Pon dulu di atas..”
Mae Rin mengatakan itu sambil berjalan masuk dan aku hanya mengikutinya.
“Krap Mae..”
Aku mengikuti Mae Rin masuk ke ruang tengah dan mendengar Mae berbicara kepada Pho.
“Pho.. Sai datang untuk menjemput Pon.. Mae akan naik dulu ke atas untuk memberitahukan kepada Pon..”
Mae mengatakan itu dan segera berjalan ke arah tangga dan mulai menaikinya. Sedangkan aku menghampiri Pho yang sedang duduk dan sudah melipat korannya.
“Swade Krap Pho.. Selamat Pagi..”
Aku menyapa Pho Jay dan kembali mengatupkan kedua tanganku.
“Oh.. Sai.. Pagi.. Ayo duduklah.. Anggap saja rumah sendiri..”
“Krap Pho..”
Aku segera duduk di sofa yang ada di dekat Pho dan menatap sekelilingku. Di dalam ruang tengah ini terlihat ada Photo-photo Keluarga Aiemkhumchai dan Photo Pon yang sangat besar di dinding.
Setelah terdiam beberapa saat, Pho lalu berbicara lagi kepadaku.
“Kamu ingin minum apa Sai? Biar Pho meminta Bibi Sa membuatkan untukmu..”
“Hm.. Apa saja Pho, Sai tidak masalah..”
Aku mengatakan itu sambil tersenyum dan kemudian mendengar Pho memangil seorang.
“Bibi Sa.. Bibi Sa..”
Aku melihat seorang wanita yang sepertinya seumuran Bibi Na segera menghampiri kami berdua.
“Krap Khun Jay..”
“Tolong ambilkan minum dan camilan untuk calon menantuku. Sai, Ini Bibi Sa.. Dia yang mengurus Pon jika kami sedang sibuk dan Bibi Sa.. Ini Sailub calon suami Pon..”
“Swadee Krap Khun Sailub..”
“Ya.. Swadee Krap Bibi Sa..”
Aku mengatupkan kedua tanganku di depan dada dan tersenyum kepadanya. 😊
Setelah itu Bibi Sa segera pergi ke ruang makan untuk melaksankan perintah Pho. Tidak lama dia datang kembali membawa nampan yang berisikan segelas jus jeruk dan beberapa camilan.
“Silakan dinikmati Khun Sailub..”
“Terima kasih Bibi Sa..”
Aku segera mengambil gelas jus jeruk dan meminumnya perlahan-lahan. Kemudian aku dan Pho segera berbincang-bincang tentang segala macam hal sambil menunggu Pon. 😊
---
Dapur Rumah Nut
Nut Pov
Grek!
Aku membuka kulkas dan melihat masih ada dua butir telur, roti tawar 4 lembar, 2 lembar ham, daun selada, keju dan 2 buah sosis.
Aku segera mengeluarkan semua itu dan mulai memasak makanan sederhana. Aku juga menyiapkan kopi untuk kami berdua.
Tidak membutuhkan waktu lama roti panggang buatanku jadi dan juga kopi.
Jam sudah menujukkan jam 10.00
Aku membawanya ke atas meja makan dan saat aku meletakan piring di meja makan, P’Ping keluar dari kamar sambil membawa plastik berisi sperai kami. Dia menaruh plastik itu di dekat pintu agar kami tidak lupa membawanya.
“Phi.. Ayo kita makan dulu sebelum pergi..”
Aku mengatakan itu dan tiba-tiba merasakan tubuhku di peluk dari belakang dan tengkukku di cium.
“Kamu sangat wangi sayang..”
Aku segera berbalik dan menepuk pundak P’Ping pelan.
“Apa sih Phi.. Kita memakai sabun dan Shampoo yang sama..”
“Tetapi.. kamu benar-benar sangat wangi.. Berikan aku morning kiss..”
“Ini sudah siang Phi..”
Aku mengatakan itu, tetapi P’Ping tetap memanyunkan bibirnya.
Kiss 😘
Aku mencium bibirnya sekilas dan meminta dia melepaskan diriku. P’Ping akhirnya melepaskan diriku dan kami makan bersama-sama.
---
Kamar Pon
Pon Pov
Aghh.. Segeranya..
Aku baru selesai mandi dan melilitkan handuk di sekitar pinggangku lalu keluar dari kamar mandi untuk menuju ke arah lemari pakaianku.
Aku lalu memakai pakaian yang santai karena kami hanya ingin jalan-jalan biasa. Saat aku selesai berpakaian, aku mendengar suara pintu kamarku di ketuk.
Tok.. Tok…Tok..
“Pon.. Apakah kamu sudah siap? Sailub sudah ada di bawah menunggumu. Bolehkah Mae masuk?”
“Apa? P’Sai sudah datang Mae?Masuk saja Mae..”
Aku bertanya dan mempersilakan Mae masuk ke dalam kamarku. Tidak lama pintu kamarku segera terbuka, Mae masuk dan menutup pintunya lagi. Mae berjalan ke arah tempat tidurku dan duduk di atasnya.
“Iya.. Sai sudah ada di bawah dan mungkin sekarang dia sedang berbincang-bincang dengan Pho..”
“Aizz.. Padahal kita janjian jam 10 dan sekarang.. Omo.. sudah jam 10. 05.. Pantas P'Sai sudah datang.."
Apakah aku mandi terlalu lama atau P'Sai yang datang kecepatan?
Aku sedang memikirkan itu dan kembali mendengar suara Mae
“Jangan melamun.. Ayo lekas siap-siap. Oh ya.. Jangan lupa bawa juga beberapa baju dan perlengkapanmu karena kamu akan menginap di hotel Conburi bersama-sama dengan Sai malam ini..”
“Hah?! Menginap dengan P’Sai malam ini di hotel Conburi?!”
“Iya.. Tadi Sammy menelepon Mae dan mengatakan bahwa dia sudah memesan hotel untuk kalian berdua di Conburi agar kalian bisa lebih cepat dekat satu sama lain..”
“Tetapi.. Kenapa mendadak sekali!! Pon belum membereskan tas Pon Mae..”
“Makanya Mae mengatakan ini sekarang dan kamu cepat persiapkan baju serta tasmu..”
“Aizz.. P’Sai pasti menunggu Pon lebih lama lagi kalau begini..”
Aku mengatakan itu sambil mengacak-acak rambutku. 😣
“Sudah jangan banyak mengeluh.. cepat siapkan barang-barangmu atau kamu akan membuat Sailub menunggu semakin lama..”
“Baiklah Mae..”
“Kalau begitu Mae turun dulu dan jangan lama-lama kasihan Sailub..”
“Iya Mae..”
Setelah mengatakan itu, Mae segera berdiri dari atas tempat tidurku dan berjalan keluar kamarku meninggalkan aku sendiri.
Aizz.. Kenapa semua orang tua suka semaunya sendiri? Mereka sangat suka memberitahukan semua hal dadakan.. 😑
Menginap dengan P’Sai di hotel.. Omo.. Apa yang harus aku bawa?
Aku memikirkan hal itu dan sedikit merasakan jantungku berdebar-debar dengan kencang.
Tenang Pon.. Tenganglah dan cepat siapkan barang-barangmu..
Aku berusaha untuk menenangkan kembali jantungku dan menghirup napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan-lahan. Setelah aku sudah merasa tenang, aku segera berjalan ke arah lemari tasku dan mengeluarkan tas back pack berwarna ungu. Aku berpikir kami hanya menginap 1 hari dan tas back pack sudah cukup.
Setelah mengambil tas back pack, aku segera membuka lemari pakaianku dan menatapnya.
Hm.. Apa yang harus aku bawa?
Aku memikirkan itu sesaat, lalu mulai mengeluarkan satu set piyama berwarna baby blue, boxer 2 buah dan CD, 3 kaos santai beberapa warna, celana pendek bahan berwarna hitam, cardigan berwarna hitam. Aku kemudian memasukan pakaianku itu ke dalam tas.
Lalu aku mempersiapkan alat-alat mandiku seperti pasta gigi, sikat gigi, sabun, shampo dan handuk, serta beberapa skin care yang biasa aku pakai tidak lupa alat make up dasar, serta parfum.
Aku memasukan semuanya ke dalam tas backpack dan segera menutupnya. Aku lalu mengambil tas selempangku yang berwarna biru dan mulai memasukkan Tab, chargeran tab dan ponselku, power bank, dompet dan tentunya ponselku.
Setelah semuanya siap, aku lalu duduk di meja riasku untuk sedikit berdandan.
Yeah.. Tadi saat Mae masuk, aku baru memakai pakaianku saja dan belum merapihkan tampilanku.
Makanya sekarang aku sedang menyisir rambutku, memakaikan gel sedikit dan juga foam agar rambutku tetap terlihat rapih dalam keadaan apapun. Setelah rambut selesai, aku lalu memakai krim wajah agar wajahku tetap lembab dan tidak terlihat kering. Kemudian aku memakai bedak tipis-tipis agar terlihat semakin sempurna. Lalu mulai mengoleskan lip balm, sedikit lipstik berwarna pink dan lip gloss bening. Untuk sentuhan terakhir, aku tidak lupa menyemprotkan parfum ke badanku dan memakai jam tangan.
Oh ya.. Hari ini aku tidak memakai soft lanse karena aku merasakan mataku sedikit perih makanya aku memakai kaca mata, meskipun aku membawa soft lanse juga jika aku ingin memakainya nanti.
Setelah semuanya terlihat sempurna, aku berjalan ke arah tempat tidurku untuk mengambil tas selempang dan juga menyampirkan backpack di bahuku.
Aku lalu menatap cermin di hadapanku dan mengatakan kepada diriku sendiri
Ayo pergi dan bersenang-senang Pon.. Lakukan yang terbaik. 😊
Setelah mengatakan itu, aku membuka pintu kamarku dan berjalan untuk turun ke lantai bawah.
Aku melihat jam tanganku sekarang sudah jam 10.20. 😅
---
Ruang Tengah
Pon Pov
Aku berjalan ke arah ruang tengah karena disana aku mendengar suara Mae, Pho dan P’Sai.
“Phi Sai.. Aku sudah siap, ayo kita pergi..”
Aku mengatakan itu saat sudah berada di ruang tengah.
“Oh Pon.. Kamu sudah siap? Ayo pergi.. Pho.. Mae.. Sai dan Pon pergi dulu ya..”
Aku mendengar P’Sai mengatakan itu dan segera berdiri untuk berpamitan dengan kedua orang tuaku. Tetapi.. Mae segera berdiri dan berkata..
“Pon.. Minum susu stroberi yang sudah Mae siapkan dulu baru boleh pergi..”
“Iya Mae..”
Aku mengatakan itu dan segera berjalan ke arah ruang makan. Disitu aku melihat ada segelas susu stroberi yang masih hangat di atas meja. Aku segera berjalan dan mengambil gelas itu lalu meminumnya.
Glup.. Glup.. Glup..
“Ah.. Enak sekali..”
Aku mengatakan itu sambil mengelap bibirku, lalu memandang sekitar meja.
Huh? Kenapa tidak ada roti yang bisa aku makan? 🤔
Aku memikirkan itu dengan sedih lalu berjalan kembali ke ruang tengah karena merasa lapar. 🙁
“Mae.. Susunya sudah Pon minum, tetapi.. kenapa tidak ada sandwich seperti biasa? Pon lapar..”
Aku mengatakan itu sambil cemberut dan mengelus perutku.
“Oh.. Kamu tidak bilang mau sandwich makanya Mae tidak meminta Bibi Sa untuk membuatnya. Sudah nanti beli saja makanan saat kalian di perjalanan..”
“Hm.. Baiklah Mae..”
Aku mengatakan itu dan berjalan ke arah P’Sai yang menungguku dekat pintu. Dia terlihat tersenyum saat memperhatikan kami.
“Mae.. Pho.. Pon pergi dulu ya..”
Aku mengatakan itu dan berbalik menatap Mae dan Pho yang mengantarku sampai depan Pintu.
“Sini.. Sini.. Peluk Mae dan cium dulu..”
Aku melihat Mae merentangkan tangannya dan aku segera memeluk Mae. Mae lalu mencium kedua pipiku.
“Sudah Mae.. Lepaskan Pon.. Lihat Sai tersenyum melihat tingkah kalian..”
Pho mengatakan itu kepada Mae dan menepuk lengan Mae pelan. Mae lalu melepaskan pelukkanku.
“Baiklah.. Kalian berdua hati-hati di jalan ya..”
Mae mengatakan itu kepadaku dan P’Sai.
“Iya Mae..”
“Sai.. Tolong jaga Pon dengan baik ya, kalau dia nakal pukul saja hahah..”
Pho mengatakan itu kepada P’Sai dan mengacak-acak rambutku.
“Pho.. Pon bukan anak kecil lagi..”
“Kamu selalu tetap anak kecil dimata kami berdua selamanya.. Sudah sana pergilah nanti keburu macet..”
“Iya..”
“Sai jangan terlalu kencang menyetir mobilnya ya.. Pelan-pelan saja dan nikmati waktu kalian berdua..”
“Krap Mae..”
P’Sai mengatakan itu dan kami berdua akhirnya bisa keluar dari rumahku. Kami berdua berjalan beriringan menuju mobil P’Sai.
---
Halaman Rumah Keluarga Aiemkhumchai
Sailub Pov
Saat kami sedang berjalan ke arah mobilku, aku memulai percakapan sambil memperhatikan Pon yang terlihat manis. 😊
“Apakah tasmu berat? Mau Phi bantu bawakan?”
“Hm.. Tidak berat kok Phi.. Lagian mobil Phi juga dekat, Pon bisa membawanya sendiri. Terima kasih..”
“Baiklah.. Taruh tasmu di bagasi mobil bersama-sama dengan tas Phi na?!”
Aku mengatakan itu dan membuka bagasi mobilku.
“Krap Phi..”
Pon berjalan ke arah bagasi mobilku dan menaruh tasnya di samping tasku. Lalu dia berjalan ke arah sisi samping kemudi karena tentu saja aku yang mengemudikan mobil ini. 😊
---
Mobil Sailub
Sailub Pov
Bruk!
Kami menutup mobil bersama-sama dan aku mulai menyalakan mobilku, serta memakai safety belts begitu juga Pon.
“Pon.. Tadi kamu mengatakan lapar dan belum sarapan bukan? Kita mau membeli sarapan dimana?”
Aku bertanya sambil mulai menjalankan mobilku keluar dari halaman rumah Pon.
“Iya.. Pon lapar dan belum sarapan.. Hm.. Bagaimana kalau kita mampir ke Starbucks Phi?”
Pon mengatakan itu sambil menatapku dengan pandangan mata puppy eyes. 🥺
“Hahah.. Baiklah.. Jangan memandang Phi seperti itu..”
Aku mengatakan itu lalu mengangkat tanganku untuk mengusap rambutnya yang terasa lembut di tanganku secara refleks.
“Phi.. Jangan merusak rambutku.. Pon sudah susah-susah menatanya..”
“Hahah.. Maaf habis kamu sangat lucu. Sekarang bagaimana keadaan tubuhmu? Apakah masih terasa sakit karena terjatuh dari tempat tidur tadi?”
“Phi.. Kamu membuatku malu saja.. Hm.. Sudah lebih baik setelah mandi air hangat tadi hehe..”
“Baguslah kalau begitu. Jadi setelah dari Starbucks, kita akan pergi kemana?”
“Kita akan ke Siam Paragon untuk menonton film dulu bersama-sama dengan Benz dan Garfield, Phi..”
“Benz.. Garfield.. Siapa mereka?”
Aku bertanya sambil mengerutkan keningku karena merasa asing dengan kedua nama itu. 🤨
“Oh ya.. Phi pasti tidak kenal dengan Benz dan Garfield, tetapi tenang saja nanti Pon kenalkan mereka berdua kepada Phi. Benz adalah sahabat baikku dan sudah aku anggap sebagai Nong-ku sendiri, sedangkan Garfield adalah pacar Benz dan dia merupakan dokter tulang. Untuk pekerjaan Benz, dia sama seperti aku dan kami juga satu agensi. Benz selalu menjaga Pon selama ini..”
Aku mendengarkan Pon menceritakan kedua sahabatnya itu dan dia menceritakannya sambil tersenyum. Aku bisa melihat bahwa dia sangat menyayangi mereka berdua dari sinar matanya.
“Oh.. Begitu..”
Aku hanya menanggapi seperti itu dan mulai membelokkan mobilku ke Starbucks yang kami lewati. Aku kemudian memarkirkan mobilku di parkiran dan kami berdua segera turun.
---
Starbucks Café
Pon Pov
Bruk!
Aku dan P’Sai segera turun dari mobil setelah P’Sai memarkirkan mobilnya di halaman parkir Starbucks sesuai permintaanku. 😊
Kami lalu segera berjalan bersama-sama untuk masuk ke dalam Starbucks dan sekarang sudah jam 10.40.
Cling.. Cling..
“Selamat datang di Starbucks.. Silakan.. Apakah Khun ingin makan disini atau untuk take away?”
Aku mendengar suara pelayan Starbucks yang menyambut dan bertanya kepada kami berdua. Lalu.. P’Sai menatapku sesaat sebelum menjawab.
“Kami ingin makan disini saja..”
“Silakan.. Apa yang ingin Khun pesan?”
Pelayan itu kembali bertanya kepada kami berdua sambil tersenyum ramah. 😊
“Pon.. Apa yang ingin kamu pesan?”
Aku mendengar suara P’Sai bertanya kepadaku.
“Aku ingin pesan.. Sandwich Smoke Chiken, Brownies choco chips dan Ice Caramel Macchiato saja Phi..”
“Baiklah..”
Lalu aku mendengar P’Sai mengatakan pesanku dan menambahkan pesannya sendiri yang terdiri dari Croissant Keju dan Ice Americano.
“Totalnya 50 bath Khun..”
“Disini bisa gesek kartu kan atau harus cash?”
“Bisa menggunakan kartu Khun..”
“Baiklah aku pakai kartu saja.. Ini kartunya..”
Aku melihat P’Sai menyerahkan kartu kreditnya kepada pelayan Starbucks itu.
“Silakan pin anda Khun..”
P’Sai segera memasukkan pin kartunya.
“Ini kartu anda Khun dan silakan tunggu, pesanan anda sedang kami buat.. Ini no nya..”
“Terima kasih..”
P’Sai mengatakan itu dan kembali menatapku.
“Phi.. Bagaimana kalau kita duduk di sofa yang ada di pojok ruangan itu?”
Aku mengatakan itu sambil menujuk ke arah sofa yang aku maksud.
“Ok..”
P’Sai mengatakan itu dan kami berdua segera berjalan ke arah sofa itu untuk duduk.
Saat kami sudah duduk, aku mengeluarkan ponselku dan memainkannya sebentar. Lalu aku menatap P’Sai yang hanya terdiam saja.
Huh? Apakah P’Sai adalah orang yang pendiam? Mengapa dia tidak memulai berbicara dulu denganku? 🤔
“Phi..”
“Hm.. Ada apa? Apa yang ingin kamu tanyakan?”
“Kenapa Phi tidak memberitahukan kepada Pon bahwa nanti kita akan menginap di Conburi?”
“Oh.. Phi juga baru tahu tadi pagi di beritahu oleh Mae..”
“Benarkah? Lalu.. apakah besok Phi tidak berkerja? Besok hari Senin loh Phi..”
“Harusnya Phi bekerja.. Tetapi Mae dan Pho yang akan mengambil ahli pekerjaan Phi untuk sementara.. Bagaimana denganmu? Apakah kamu besok tidak ada pekerjaan?”
“Hm.. Besok Pon masih tidak ada pekerjaan dan baru bekerja lagi menjadi model hari Kamis. Menjadi seorang model dan artis tidak sama seperti berkerja di kantoran Phi.. Terkadang aku bisa sangat sibuk tanpa ada waktu istirahat dan terkadang sangat senggang sampai bingung harus melakukan apa hahah.. Sama seperti sekarang..”
Aku mengatakan itu dengan panjang lebar sambil tertawa hambar. 😅
“Yeah.. Terkadang pekerjaan memang seperti itu. Bukankah enak menjadi seorang publik figur?”
“Tidak enak Phi. Terkadang kami tidak mempunyai privasi sama sekali dan ada saja fans yang mengenali kami. Tetapi.. untung saja aku belum terlalu terkenal sehingga masih bisa bebas kemana-mana..”
“Oh..”
Setelah aku mengatakan itu, makanan yang kami pesan datang dan kami segera makan dalam diam.
Setelah beberapa saat..
“Apakah kamu sudah selesai makan Pon? Ingin tambah lagi?”
P’Sai bertanya kepadaku saat melihat aku sudah selesai menghabiskan semua makanan yang aku pesan.
“Hm.. Tidak Phi.. Pon rasa sudah cukup nanti Pon tidak bisa makan pop corn dan minum yang lain saat kita di bioskop hehe..”
“Kalau begitu ayo kita pergi.. Sekarang sudah jam 11.15. Kamu janjian dengan sahabatmu jam berapa?”
“Jam 12.00 siang Phi di depan bioskop Siam..”
“Kalau begitu kita pergi sekarang.. Phi takut jalanan macet..”
“Baiklah..”
Kami lalu segera berdiri dari sofa dan berjalan keluar Starbucks menuju ke mobil P’Sai untuk melanjutkan perjalanan kami.
---
Mobil P’Sai
Pon Pov
Tring.. Tring.. Tring..
Benz calling..
Aku mendengar ponselku berbunyi dan segera mengeluarkannya dari saku celanaku. Aku melihat Benz meneleponku, aku lalu melirik ke arah P’Sai. 🙄
“Phi.. Aku angkat telepon dulu ya.. Benz meneleponku..”
“Iya.. Angkat saja..”
P’Sai mengatakan itu dan sedikit mengecilkan volume lagu yang sedang diputar.
“Hallo Benz.. Ada apa?”
“Hallo Pon.. Kamu ada dimana? Aku dan Garfield sudah sampai Siam Paragon..”
“Aku dan P’Sai masih di jalan.. Mungkin 10 menit lagi kami akan sampai..”
“Baiklah kalau begitu.. Hati-hati di jalan dan kami menunggu kalian berdua di bioskop ok?”
“Ok.. Hm..”
Setelah itu aku segera menutup ponselku dan memasukkannya ke dalam tasku.
“Benz mengatakan bahwa dia dan Garfield sudah sampai di Siam dan menunggu kita di bioskop..”
“Oh..”
Aku mengatakan itu dan hanya mendengar P’Sai bergumam lalu menganggukkan kepalanya.
Tidak lama kami sampai di Siam Paragon dans segera mencari tempat parkir. Lalu setelah itu kami segera turun.
---
Siam Paragon
Pon Pov
Aku dan P’Sai saat ini sudah ada di Siam Paragon. Kami sedang berjalan menuju bioskop tempat aku berjanji bertemu dengan Benz.
Ah.. Kenapa bodoh sekali.. Aku lupa menanyakan film apa yang akan Benz tonton.. Jangan bilang dia memesan film horror terbaru yang trilernya sangat seram itu.. 😣 Tidak.. Tidak.. semoga bukan film itu.
Aku memikirkan itu dan menggelengkan kepalaku dengan kuat.
“Pon.. Pon.. Apakah kamu tidak apa-apa?”
Aku mendengar suara P’Sai yang ada di sampingku bertanya dan sepertinya dia melihat aku menggelengkan kepalaku..😅
“Ah.. Iya Phi tidak apa-apa heheh..”
“Jangan menggelengkan kepalamu dengan kuat seperti itu nanti kamu pusing..”
“Iya Phi..”
Kami lalu kembali berjalan bersama-sama menuju bioskop.
---
Bioskop Siam
Pon Pov
Aku dan P’Sai akhirnya sampai di depan bioskop Siam dan segera masuk ke dalam, aku melihat Benz dan Garfield sedang duduk di sofa yang ada di dalam bioskop ini sambil bercanda-canda.
“Phi.. Itu Benz dan Garfield.. Ayo kita hampiri mereka..”
Aku mengatakan itu dan dengan refleks menggenggam tangan P’Sai lalu menariknya. Aku berjalan sambil menggandeng tangan P’Sai sambil tersenyum. 😊
Yeah.. Kali ini aku mempunyai P’Sai dan bukan menjadi nyamuk lagi diantara Benz dan Garfield seperti yang lalu. 😁
“Hai Benz.. Garfield.. kalian berdua selalu tidak tahu tempat untuk bermesaraan ya..”
Aku mengatakan itu sambil menepuk pundak Benz dari belakang.
“Yak!! Pon kamu membuat aku terkejut saja..”
Benz segera berbalik dan menatapku lalu.. dia menatap ke arah tangan kami berdua.. Aku mengikuti tatapan matanya dan segera merasa wajahku memanas. Aku lalu segera melepaskan tangan P’Sai.
“Cie.. cie.. sekarang sudah punya orang yang di gandeng dan tidak sendirian lagi..”
Benz segera menggodaku dan aku segera duduk di sampingnya lalu mengalungkan lenganku di lehernya untuk menjitaknya.
“Ouch!! Ampun Pon!! Sakit.. Baby.. Tolong aku..”
Benz mengatakan itu sambil mengadu kepada Garfield.
“Hahah.. Kalian berdua jika bertemu selalu saja bertengkar seperti Tom dan Jerry, tetapi.. kalau tidak bertemu selalu saling merindukan.. Sudah.. Sudah.. Pon.. Apakah kamu tidak mau memperkenalkan dia kepada kami?”
Aku mendengar Garfield mengatakan itu dan baru sadar bahwa aku sempat melupakan P’Sai untuk sesaat. Aku lalu segera melepaskan Benz dan kembali berdiri.
“Oh ya.. Benz.. Garfield.. Kenalkan dia adalah P’Sai.. P’Sai.. Mereka adalah Benz dan Garfield..”
Aku mengatakan itu dan memperkenalkan mereka.. Aku melihat mereka saling berjabat tangan, lalu Benz segera pindah duduk di samping Garfield dan membiarkan aku duduk dengan P’Sai.
Tidak lama kami berbincang-bincang, P'Sai mengatakan ingin membelikan aku Pop Corn.
"Pon.. Kamu ingin membeli Pop Corn dan minuman untuk dimakan di dalam bioskop nanti?"
Aku mendengar P'Sai bertanya kepadaku dan aku segera menganggukkan kepalaku.
"Mau Phi.. Aku mau yang campur ya Phi.. Terus minumnya Milo.."
"Baiklah...Tunggu sebentar ya.. Kalian juga ingin Phi belikan Pop Corn dan minuman?"
Aku mendengar P'Sai bertanya kepada Benz dan Garfield..
"Tidak usah Phi...Kami sudah makan dan masih kenyang.."
Setelah Benz mengatakan itu, P'Sai segera berdiri dan berjalan ke arah counter penjual Pop Corn dan minuman meninggalkan aku, Benz dan Garfield.
"Ciee.. Sudah ada orang yang membelikan makanan saat sedang jalan-jalan sehingga kamu tidak perlu mengeluarkan uang sedikitpun.."
"Apa sih.. Benz.."
“Lalu.. Siapa P’Sai, Pon? Biasanya kamu sangat jarang membawa seseorang saat kami ajak jalan-jalan kecuali dulu saat kamu dengan P’Bank..”
Aku mendengar Garfield bertanya kepadaku dan menyebut nama yang ingin aku lupakan itu. 😨
Untung saat ini P’Sai sedang membelikan aku pop corn dan minuman untuk nanti di dalam bioskop kalau tidak pasti dia akan penasaran siapa P’Bank. 😣
“Hahah.. P’Sai.. Dia adalah calon suami yang kedua orang tuaku jodohkan kepadaku.. Kedua orang tua kami ingin kami saling mengenal makanya aku membawanya jalan-jalan dan pergi menemui kalian..”
Aku mengatakan itu sambil menggaruk kepalaku.
“Oh.. Calon suami toh.. Pantas kalian terlihat sangat serasi..”
“Kamu bisa saja Garfield.. Hm.. Kita akan menonton apa?”
Aku segera bertanya dan mengalihkan pembicaraan ini.
“Taraaa.. Ini tiket kamu dan P’Sai dan ini tiket ku dan Garfield..”
Benz menyodorkan tiket nonton kepadaku dan saat aku melihat judulnya, wajahku segera pucat. 😨
“Pon.. Pon.. Kamu kenapa?”
Aku mendengar suara P’Sai yang menghampiriku dengan membawa seember besar pop corn dan minuman Milo yang besar juga. Aku menatap P'Sai seperti akan menangis dan.. 🥺
“Ah.. Ini.. Film ini..”
Aku menujukkan tiket yang Benz berikan kepadaku saat P’Sai sudah duduk di sampingku.
“Iya.. Kenapa dengan tiket ini? Ini film horror terbaru bukan?”
P’Sai bertanya dengan bingung sambil menatap aku, benz dan Garfield secara bergantian.
"Aku.. aku..."
“Hahah.. Pon paling tidak bisa menonton film horror Phi.. Dia pasti akan merasa ketakutan setelah menonton itu..hahah..”
Benz mengatakan itu sambil tertawa sebelum aku menjelaskan kepada P'Sai. Sehingga aku segera mengutuknya. 😑
“Kurang ajar kamu Benz!! Kamu sengaja mengerjaiku kan?”
“Tidak.. Lagian kamu juga tidak bertanya dari semalam aku ingin menonton apa bukan? Artinya ini bukan kesalahanku weeek..”
“Aizz..”
Rasanya aku sangat ingin mencekik leher Benz sekarang juga kalau tidak ada P'Sai. 😠
“Apakah kamu tidak masalah Pon.. Mau Phi belikan tiket film yang lain?”
“Hm.. Tidak masalah Phi.. Sayang uangnya kalau harus membeli tiket lain..”
“Ya sudah kalau begitu kita nonton saja dan jangan terlalu dipikirkan..”
“Hm..”
Aku hanya bisa mengangguk lemah saat mendengar perkataan P'Sai sambil memeluk ember pop corn yang P’Sai serahkan kepadaku. 😣
---
Teater Dua
Pon Pov
“Pintu teater dua sudah dibuka.. Bagi yang memiliki tiket teater dua silakan masuk..”
Aku mendengar pengumuman itu dan melihat Benz dan Garfield segera berdiri dari sofa.
“Ayo kita masuk dan menonton..”
Benz mengatakan itu sambil tersenyum dan dia segera menggandeng tangan Garfield.
Aku mau tidak mau ikut berdiri sambil tetap memeluk ember pop corn dan mengikuti P’Sai dari belakang. 🙁
Tempat dudukku dan P’Sai sama tempat duduk Benz dan Garfield terpisah.. Benz dan Garfield memilih di bangku tengah dan Benz memesankan aku dan P’Sai di bangku yang paling atas serta pojok.
Yeah.. Aku memang suka duduk di paling atas dan pojok karena biasanya aku tidak suka melihat para pasangan bermesaraan di depanku terutama Benz dan Garfield. 😑
Aku dan P’Sai lalu segera duduk di bangku kami. Tidak lama lampu teater segera dipandamkan dan muncullah beberapa iklan film yang akan tayang selama beberapa menit.
Lalu.. Film horror dimulai..
Aku semakin memeluk ember pop cornku dengan erat sambil sesekali memakannya. Pada awal cerita masih terlihat biasa, tetapi.. saat sampai di tengah cerita..
“Kyaaaa…”
Aku dan penonton yang lain segera berteriak. Aku secara refleks memiringkan tubuhku ke arah P’Sai dan mengangkat ember pop cornku untuk menutupi wajahku. 😣
“Hahah..”
Aku mendengar suara tawa samar P’Sai. 🙄
“Phi.. Kenapa kamu malah tertawa.. Ini film seram loh..”
“Kamu sangat lucu makanya Phi tertawa..”
P’Sai mengatakan itu dan membuat aku menurunkan ember pop corn dan lupa bahwa aku sedang menonton film horor.. Lalu saat aku kembali melihat ke layar.
“Kyaaa.. Kyaa..”
Aku kembali berteriak lagi dan memeluk lengan P’Sai sambil menyembunyikan wajahku di lengannya. Aku merasakan P’Sai sedikit mendorong penghalang kursi kami ke belakang dan kemudian menggerakan lengannya untuk memeluk tubuhku. Tangannya yang satu lagi menggenggam tanganku.
“Kalau kamu takut bersembunyilah di dada Phi..”
Aku mendengar P’Sai mengatakan itu di dekat telingaku. Saat mendengar suaranya, aku sempat menepuk dadanya pelan.
Puk!
“Aku bukan anak kecil Phi..”
“Tetapi.. Kamu sangat takut bukan menonton film Horror? Kamu bisa bersandar di dada Phi.. Phi tidak keberatan..”
Kiss 😘
Setelah mengatakan itu, P’Sai mencium pipiku sekilas. Aku merasa wajahku terasa panas.
Tetapi.. aku tidak mengatakan apapun lagi sampai film yang kami tonton selesai, karena aku merasakan kehangatan badan P’Sai dan merasa nyaman serta aman saat P’Sai berada di dekatku. 🥰
Film Horror yang bisanya terasa menyeramkan saat di tonton bersama-sama dengan P’Sai mengapa tidak terlihat menyeramkan sama sekali. 😊
---
Depan Bioskop
Pon Pov
Saat ini aku, P’Sai, Benz dan Garfield sudah ada di depan bioskop. Kami sudah selesai menonton film Horror yang berdurasi 1,5 Jam. 😑
“Kalian mau kemana sehabis ini?”
Benz bertanya kepadaku sambil merangkul Garfield.
"Kami masih ingin berjalan-jalan di sekitar mall ini. Bagaimana dengan kalian?”
Aku balik bertanya kepada Benz dan Garfield.
“Kami ingin segera pulang.. benarkan Baby?”
Benz mengatakan itu dan bertanya kepada Garfield dan Garfield hanya menganggukkan kepalanya saja.
“Baiklah kalau begitu kita berpisah saja disini.. Hati-hati di jalan dan terima kasih karena sudah mentaktir aku menonton hari ini..”
“Hm.. Sama-sama.. Kamu juga bersenang-senanglah bersama-sama dengan P’Sai.. P’Sai tolong jaga Pon ya..”
Benz mengatakan itu dan meminta P’Sai menjagaku. P’Sai hanya menganggukkan kepalanya saja dan tersenyum.
Setelah itu aku dan P’Sai berpisah dengan Benz dan Garfield.
TBC
Vote and comment 🥰
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro