Bab 3 🔞
Mobil Keluarga Aiemkhumchai
Pon Pov
Saat ini aku dan kedua orang tuaku sedang dalam perjalanan pulang dari rumah Keluarga Hemmawich.
Drr.. Drr..
Aku merasakan ponselku bergetar dan segera membukanya. Ternyata itu pesan dari Benz.
Benz
Hei Pon.. Bagaimana pertemuan kedua Keluarga yang kamu jalani hari ini? Serukah?
Pon
Yeah.. Lumayan.. Jika kamu ingin tahu ceritanya kamu telepon aku saja.
Benz
Ok.. Aku telephone sekarang ya..
Pon
Jangan sekarang.. Aku masih di jalan bersama-sama kedua orang tuaku. Nanti saja kalau sudah sampai rumah aku akan mengirimkan pesan padamu.
Benz
Ok.. Aku menunggu pesanmu dan hati-hati di jalan..
Setelah benz mengirimkan pesan itu, aku kemudian mematikan ponselku lagi dan kembali menatap keluar jendela.
Tetapi..
Drr.. Drr..
Ponselku kembali bergetar lagi.
Aizz.. Siapa lagi yang mengirimkan aku pesan? Apakah Benz lagi? Tidak bisakah dia menunggu sampai aku pulang dulu?
Aku memikirkan itu dan mengeluarkan ponselku.
P’Sai
Hm.. Pon, apakah kamu sudah sampai rumah?
Huh? P’Sai mengirimkan aku pesan? Ada apa? Bukankah kita baru berpisah beberapa menit yang lalu? Apakah dia merindukan aku?
Aku memikirkan itu dan segera menggelengkan kepalaku karena tadi P’Sai mengatakan bahwa dia sudah memiliki orang yang dia sukai.
Pon
Belum Phi.. Aku masih di jalan. Ada apa?
P’Sai
Ow.. Phi hanya ingin bertanya, apakah besok kamu ada acara? Mau pergi dengan Phi keluar?
Pon
Besok.. Sepertinya aku tidak memiliki acara apapun.. Phi mau mengajakku kemana?
P’Sai
Kamu mau pergi kemana?
Pon
Kok Phi malah bertanya balik kepadaku? Bukankah Phi yang mau mengajak aku jalan-jalan heheh.. 😁
P’Sai
Phi sudah lama tidak jalan-jalan makanya Phi bertanya kepadamu. Phi tidak tahu biasanya kamu suka pergi kemana. Jadi kamu mau kemana?
Pon
Aku bisa pergi kemana saja, terserah Phi saja. Aku ikut saja.. Tetapi.. Kita lihat besok saja enaknya pergi kemana Phi.. Bagaimana?
P’Sai
Baiklah.. Kalau begitu besok Phi akan menjemputmu jam 10 pagi ya..
Pon
Phi tahu alamat rumahku?
P’Sai
Phi tadi sudah bertanya kepada Mae Rin dan sudah di berikan alamat lengkapnya. Kalau Phi nyasar besok Phi akan meneleponmu..
Pon
Ok.. Kalau begitu sampai jumpa besok
Phi.
P’Sai
Hm.. Hati-hati di jalan dan kabari Phi jika kamu sudah sampai di rumahmu.
Pon
Ok.
Aku kembali mematikan ponselku dan tersenyum sambil menatap jendela. 😊
“Dari tadi kamu sibuk sekali bermain ponselmu Luk.. Dengan siapa kamu berkirim pesan?”
Aku mendengar suara Mae memecahkan keheningan mobil ini.
“Hm.. Dengan Benz dan P’Sai, Mae..”
“Oh.. Apa yang Sailub katakan?”
“Besok P’Sai ingin mengajak Pon jalan-jalan..”
“Bagus.. Jangan menolaknya dan terima ajakannya..”
“Hm.. Sudah Pon terima ajakannya dan dia mengatakan akan menjemput Pon jam 10 pagi di rumah..”
“Baiklah.. Pergi dan berbicaralah dengan Sailub lebih banyak untuk saling mengenal Mae dan Pho tidak masalah jika kamu pergi bersama-sama dengannya.."
“Krap Mae..”
Aku hanya mengatakan itu dan kemudian kami terdiam lagi.
---
Rumah Keluarga Hemmawich
Sailub Pov
Saat Pon dan Keluarganya sudah pergi meninggalkan rumah kami dan aku ingin kembali ke kamarku, Mae segera menahanku.
“Sai.. Besok ajaklah Pon jalan-jalan keluar denganmu dan berbicaralah dengan dia lebih banyak lagi untuk lebih saling mengenal..”
“Hmm.. Iya Mae..”
Aku hanya menganggukkan kepalaku dan ingin naik ke atas, tetapi Mae menahan tanganku dan menarikku untuk duduk di sofa ruang tengah.
Saat kami sudah duduk, Mae segera menatapku dan berbicara lagi.
“Ayo keluarkan ponselmu dan kirimkan pesan kepadanya sekarang.. Mae ingin tahu jawabannya..”
Mae mengatakan itu sambil terus menatapku.
Mau tidak mau.. Aku segera mengeluarkan ponselku dan mengirimkan pesan kepada Pon. 😑
Sailub
Hm.. Pon, apakah kamu sudah sampai rumah?
Aku mengirimkan pesan itu dan menunggu beberapa saat, tetapi.. Pon tidak segera membalas pesanku. Mungkin dia masih di jalan. 🙄
Jadi aku segera berkata kepada Mae dan memperlihatkan ponselku.
“Mae.. Sepertinya Pon masih di jalan.. Lihatlah dia tidak membalas pesanku..”
"Tunggulah sebentar.. Kamu benar-benar tidak sabaran.."
Mae mengatakan itu dan menepuk bahuku dengan lembut. Aku hanya menganggukkan kepalaku.
Lalu.. tidak lama.. Ponselku bergetar dan itu tandanya ada pesan masuk.
Drr.. Drr..
"Nah.. Lihatlah.. Pon membalas pesanmu bukan? Ayo coba lihat apa balasannya.."
Mae mengatakan itu dan menujuk ponselku. Aku melihat memang benar bahwa itu balasan dari Pon.
Pon
Belum Phi.. Aku masih di jalan. Ada apa?
Sailub
Ow.. Phi hanya ingin bertanya, apakah besok kamu ada acara? Mau pergi dengan Phi keluar?
Pon
Besok.. Sepertinya aku tidak memiliki acara apapun.. Phi mau mengajakku kemana?
Sailub
Kamu mau pergi kemana?
Aizzz.. Sai bodoh!! Kenapa kamu malah bertanya kepadanya? Apakah kamu tidak pernah mengajak seseorang pergi keluar?! Pon pasti mentertawakan aku.. 😣
Aku mengatakan itu di dalam hatiku saat sudah mengirimkan pesan untuk Pon. Aku mendengar Mae sedikit tertawa di sampingku dan berkata.
"Kamu benar-benar sangat kaku dalam mendekati seseorang Luk...Hahah.."
"Aizz.. Mae.."
Tidak lama Pon segera membalas pesanku lagi.
Pon
Kok Phi malah bertanya balik kepadaku? Bukankah Phi yang mau mengajak aku jalan-jalan heheh.. 😁
Nah.. Benarkan dia mentertawakan aku.. Sai.. Kamu benar-benar bodoh.. Hm.. Alasan apa yang tidak membuat aku terlihat bodoh dan masuk akal? 🤔
Aku berpikir cepat dan kembali mengetik pesan lagi.
Sailub
Phi sudah lama tidak jalan-jalan makanya Phi bertanya kepadamu. Phi tidak tahu biasanya kamu suka pergi kemana. Jadi kamu mau kemana?
Aku membaca pesan yang aku tulis dan menurutku ini adalah alasan yang bagus karena aku memang tidak tahu biasanya Pon pergi kemana kalau bersama-sama dengan teman-temannya mungkin.. Lalu aku segera mengirimkannya. 😊
Pon
Aku bisa pergi kemana saja, terserah Phi saja. Aku ikut saja.. Tetapi.. Kita lihat besok saja enaknya pergi kemana bagaimana?
Waduh dia berkata seperti ini.. Lalu kita akan pergi kemana? Tetapi.. tidak usah dipikirkan lihat saja besok.. Aku hanya mengikuti apa yang dia inginkan beres bukan? 🤔
Aku memikirkan itu dan kembali mengetik balasannya lagi.
Pon senang, Mae juga senang yang penting bukan? Aku anak yang berbakti bukan?
Sailub
Baiklah.. Kalau begitu besok Phi akan menjemputmu jam 10 pagi ya..
Pon
Phi tahu alamat rumahku?
Sailub
Phi tadi sudah bertanya kepada Mae Rin dan sudah di berikan alamat lengkapnya. Kalau Phi nyasar besok Phi akan meneleponmu..
Pon
Ok.. Kalau begitu sampai jumpa besok Phi.
Sailub
Hm.. Hati-hati di jalan dan kabari Phi jika kamu sudah sampai di rumahmu.
Pon
Ok.
S
ebenarnya untuk alamat rumah Keluarga Aiemkhumchai.. Aku tidak bertanya, tetapi.. Mae dan Pho yang memberitahukan kepadaku tanpa aku minta. 😅
Tetapi.. mencari rumah mereka tidak sulit karena rumah mereka juga terletak di daerah elit kota Bangkok. Jadi ya tinggal masukkan alamatnya di mobilku dan mereka akan mengarahkan aku ke rumahnya dengan selamat. Mudah bukan?
Setelah melihat jawab Pon, aku merasa sudah cukup berkirim pesan dengannya dan segera mematikan ponselku. Lalu aku menatap Mae ku yang masih terlihat tersenyum puas.
"Lalu kalian akan pergi kemana besok Luk?"
"Entahlah Mae.. Sai tidak tahu.."
"Bagaimana kalau kamu mengajak dia pergi menonton, lalu makan malam di dekat pantai.. Pasti terasa romantis dan Pon menyukainya.."
"Yeah.. Ide yang bagus.."
"Apakah kamu mau Mae pesankan restoran di dekat pantai favorite Mae dan Pho? Restoran itu merupakan milik kenalan Mae.. Kalau mau Mae pesankan sekarang?"
"Terserah Mae.. atur saja.."
Aku mengatakan itu dan melihat Mae segera mengambil ponselnya. Mae segera menelepon seseorang dan tidak berapa lama mematikannya.
"Sudah Mae atur untukmu.. Jadi besok kamu tinggal datang ke Restoran Telaga yang ada di dekat Pantai Conburi.. Bilang saja pesanan atas nama Sammy Hemmawich.."
"Krap Mae.. Apakah Mae masih ingin berbicara lagi? Sai mau mandi dan beristirahat.."
"Tidak ada.. Ya sudah beristirahatlah.. Jangan sampai kesiangan besok.. Selamat malam Luk.."
Mae lalu mencium kening dan kedua pipiku.
"Hm.. Selamat Malam Mae.. Mae juga jangan tidur malam-malam.."
Setelah itu aku segera berdiri dan berjalan ke lantai atas untuk pergi ke kamarku.
---
Kamar Sailub
Sailub Pov
Clek! Bruk!
Aku membuka dan menutup pintu kamarku, lalu berjalan ke arah meja rias untuk meletakan ponselku.
Huf.. Hari ini sungguh melelahkan..
Aku mengatakan itu di dalam hati dan meregangkan tubuhku, lalu mulai melepaskan pakaianku karena ingin segera mandi untuk meredakan tubuhku yang terasa pegal.
Bertemu dengan Keluarga Aiemkhumchai dan harus bersikap baik serta menjaga sikapku memang sangat melelahkan. 🙁
Setelah membuka seluruh pakaianku, aku berjalan untuk mengambil handuk dan segera berjalan ke arah kamar mandi untuk mandi.
Saat sampai di dalam kamar mandi, aku segera menyalakan shower dan mengatur suhunya. Setelah pas, aku membiarkan tubuhku tersiram air hangat untuk sementara waktu dari atas kepala sampai bawah. Lalu aku mulai keramas dan menyabuni tubuhku serta membilasnya.
Tidak membutuhkan waktu lama aku mandi karena saat ini juga sudah malam, setelah selesai mandi.. aku segera mengeringkan tubuhku dan memakai Bathrobe. Aku menyampirkan handuk kecil di pundakku untuk mengeringkan rambutku yang masih basah.
Aku lalu berjalan ke luar kamar mandi dan menuju ke arah ponselku. Aku duduk di atas tempat tidurku sambil menggosok rambutku dengan handuk, sambil melihat-lihat ponselku. Sepertinya.. tidak ada yang penting. Aku kembali meletakan ponselku dan berjalan ke arah lemari pakaian untuk mengambil piyama dan memakainya.
Setelah memakai piyama, aku berjalan ke arah meja rias dan mengeluarkan hairdryer untuk mengeringkan rambutku. Aku duduk di bangku yang ada di meja rias sambil mengeringkan rambutku, setelah itu.. aku memakai krim wajah untuk melembabkan wajahku. Setelah semuanya selesai, aku kembali berjalan ke arah tempat tidurku.
Aku naik ke atas tempat tidurku dan mendengar ponselku berdering.
Tring.. Tring.. Tring..
Siapa yang meneleponku malam-malam?
Aku memikirkan itu dan melihat jam sekarang sudah setengah 11 malam. Lalu mengambil ponselku.
My Sweetheart Nut calling..
Aku segera tersenyum melihat siapa yang meneleponku dan duduk bersandar di atas tempat tidurku, lalu mengangkatnya.
"Hello sayangku.. Ada apa? Apakah kamu merindukan aku?"
Aku mengatakan itu sambil tersenyum kecil.
"Hallo.. P'Sai.. mengapa Phi tidak menghubungiku sama sekali hari ini? Phi pergi kemana saja?"
"Oh.. Maafkan aku sayang.. Hari ini di rumahku sedang ada pertemuan Keluarga sehingga aku tidak sempat memegang ponselku.."
"Benarkah? Phi tidak bohong bukan?"
"Benar sayang.. Untuk apa Phi bohong kepadamu?"
Maafkan aku Nut.. Aku tidak bisa mengatakan bahwa Keluargaku sedang menjodohkan aku dengan Keluarga sahabat mereka. Aku tidak ingin kamu merasa sakit hati..
Aku memikirkan itu sambil terdiam beberapa saat, sampai mendengar suara Nut memanggil-manggil namaku.
"Phi Sai.. Hello.. P'Sai.. Apakah kamu mendengarkan aku berbicara?"
"Ah.. Iya.. Aku mendengar perkataanmu.. Ada apa?"
"Hm.. Bagaimana kalau besok kita pergi jalan-jalan? Nut bosen di rumah Phi.. Lalu setelah jalan-jalan kita..."
"Besok ya.. Maafkan aku sayang.. Aku sudah janji akan mengajak pergi jalan-jalan anak dari kolega Keluarga keluar.. Lain kali saja kita pergi bersama-sama ya.."
"Huf.. P'Sai menyebalkan!! Selalu ada saja alasan setiap Nut ajak jalan-jalan jika hari Sabtu-Minggu.."
"Iya.. Maafkan aku sayangku.. Hari Sabtu-Minggu memang hari khusus untuk Keluargaku dan tidak bisa di ganggu karena kalau tidak maka Mae akan marah. Tetapi.. Bukankah kita sudah bertemu setiap hari, Apakah kamu tidak merasa bosan?"
"Tidak.. Nut tidak pernah merasa bosan dan ingin selalu bersama-sama dengan P'Sai kalau bisa setiap saat dan setiap hari.."
"Hahah.. Kalau seperti itu.. Maukah kamu menikah denganku? Dengan kita menikah kamu bisa selalu bersama-sama denganku semau yang kamu mau sayang.."
"Aizz.. Menikah lagi.. Bukankah sudah berkali-kali Nut mengatakan bahwa Nut tidak ingin menikah.. Mengapa Phi selalu membahas hal itu.. Membuat badmood saja.."
"Maafkan aku sayang.. Sepertinya aku sudah merasa lelah.. Lebih baik aku beristirahat saja daripada jika kita terus berbicara dan akhirnya akan bertengkar.. Aku tidak suka itu.."
"Ya.. Baiklah.. Beristirahat dan maaf kalau Nut mengganggu.. Selamat malam.."
"Kamu tidak menganggu sayangku.. Hm.. Selamat malam.."
Setelah mengatakan itu, aku segera memutuskan sambungan telepon kami.
Huf..
Aku menghela napas dan kemudian meletakan kembali ponselku di samping tempat tidur. 🙁
Aku lalu membaringkan tubuhku di atas tempat tidur dan menarik selimut untuk menutupi tubuhku, serta mematikan lampu kamarku dan hanya menyisakan lampu di samping tempat tidurku. Aku menatap langit-langit kamarku dalam kegelapan.
Mengapa setiap kali aku membicarakan soal pernikahan dengan Nut, dia selalu mempunyai seribu satu alasan? Apakah yang Mae katakan benar bahwa dia bukan orang yang baik untukku? 🤔
Aku mengakui bahwa Nut bisa memenuhi kehidupan seks-ku dan dia sangat hebat dalam urusan ranjang.. Tetapi.. terkadang aku merasakan bahwa dia tidak mencintaiku dan aku juga merasa bahwa masih ada ruang kosong di hatiku yang tidak bisa diisi olehnya. 🙁
Aku memikirkan tentang hal itu sambil berusaha untuk memejamkan mataku. Saat aku memikirkan Nut, tiba-tiba.. terlintas begitu saja wajah Pon yang tersenyum manis di dalam ingatanku.
Lalu.. tanpa sadar aku tersenyum juga dan mulai mencari posisi tidur yang nyaman karena mulai merasakan mataku berat. Aku akhirnya jatuh tertidur dengan cepat. 😴
---
Ping Obathini.. Dia adalah suami dari Supanut atau Nut yang sah.. Pekerjaannya adalah pelatih Gym.
--
Rumah Nut
Nut Pov
Setelah aku selesai menelepon P’Sai, aku memandang sekeliling rumahku yang terasa kosong karena suamiku belum pulang.
Yeah.. Aku sebenarnya sudah menikah dan memiliki suami. Kami sudah menikah selama 5 tahun dan sekarang aku sedang dalam tahap bosan dengan kehidupan rumah tanggaku meskipun aku masih mencintai suamiku. Namanya juga hidup berumah tangga pasti ada tahap bosannya juga bukan? 😅
Hah.. Huf..
Aku memikirkan itu dan menghela napasku. Lalu tidak lama aku mendengar suara pintu rumah ini terbuka dan tertutup dengan perlahan. Aku melihat sekarang sudah jam setengah 12 malam.
Clek! Bruk!
"Aku pulang.."
Aku mendengar suara suamiku tercinta dan segera berdiri, lalu tersenyum untuk menyambutnya. 😊
"Selamat datang kembali di rumah P'Ping.."
Aku mengatakan itu dan segera berjalan menghampirinya, lalu memeluk tubuhnya yang kekar.
"Kamu belum tidur baby? Apakah kamu menunggu aku pulang?"
"Aku tidak bisa tidur dan merindukan P'Ping.."
Aku mengatakan itu dan meletakan kepalaku di atas bahu P'Ping sambil menatapnya dengan puppy eyes. 🥺
"Hahah.. Kamu sangat manja sekali.. Kenapa kamu menatapku seperti itu baby?"
"Huh? Aku menatap Phi seperti apa memangnya?"
Aku berpura-pura tidak tahu dan bertanya kepadanya sambil mengusap dadanya.
"Kamu menatapku seperti meminta aku memakanmu.. Hahaha.."
Puk!
Aku memukul dada P'Ping dengan lembut.
"Hahah.. P'Ping bisa saja.. Apakah Phi merasa lelah? Ingin makan dulu atau minum atau.. ingin segera mandi?"
"Aku tidak merasa lelah jika sudah memelukmu seperti ini.. Hm.. aku ingin mandi.."
"Kalau begitu biarkan Nut menyiapkan air hangat dulu untuk P'Ping na.."
Aku mengatakan itu sambil melepaskan pelukkanku, tetapi.. P'Ping menahan pinggangku dan tidak membiarkan aku pergi.
"Bagaimana kalau kita mandi bersama-sama, hmm?"
P'Ping mengatakan itu dan berbisik dengan lembut di dekat telingaku sehingga aku merasakan bulu kudukku sedikit berdiri.
"Ah.. P'Ping jangan menggoda Nut.. Nut sudah mandi tadi.."
"Tetapi.. aku ingin mandi bersama-sama denganmu Baby dan tidak menerima penolakkan.."
Setelah mengatakan itu, P'Ping segera mengangkat tubuhku dan aku hanya bisa berteriak dengan pelan.
"Kyaaaa!!"
Aku hanya bisa pasrah jika suamiku tercinta sudah dalam mood on dan sebagai istri yang baik hanya bisa melayaninya saja.
---
Kamar Mandi
Nut Pov
Clek! Bruk!
P'Ping segera membuka dan menutup pintu kamar mandi dengan cepat. Dia menurunkan aku di dalam kamar mandi dan mulai mencium bibirku.
Kiss 😘
"Uhm.. Um.. ugh.."
P'Ping mencium bibirku dengan ganas dan aku hanya bisa mengalungkan lenganku di lehernya yang kuat. Aku bahkan tidak sadar bahwa P'Ping sudah melepaskan baju kami berdua karena terlalu terbuai dengan ciuman yang dia berikan.
"Aghh.. uh.. uh.."
Aku merasakan P'Ping mulai memainkan juniorku dan mempersiapkan lubangku sehingga aku sedikit mendesah, tetapi dia masih tetap menciumku tanpa henti.
"Berbaliklah sayangku.."
P'Ping mengatakan itu dengan suara parau dan melepaskan ciuman kami untuk sesaat, aku segera membalik tubuhku dan tubuhku di dorong untuk merapat ke dinding.
"Ugh.. ah.. Phhii.. Pinggg...."
Aku mendesah sambil mengatupkan gigiku karena merasakan P'Ping mulai memasukkan juniornya yang besar ke dalam lubangku dengan sekali sentak.
Lalu kami berdua terdiam untuk beberapa saat untuk mengatur napas kami.
P'Ping mulai mengangkat tangannya untuk mencubit putting dadaku, sehingga aku kembali mulai mendesah lagi dan mulai menggerakan tubuhnya.
"Ah.. ah.. um.. um.."
Aku hanya bisa mendesah saat P'Ping semakin liar menggerakan juniornya di dalam lubangku.
"Desahkan namaku sayang.. Aku ingin.. um.. mendengar kamu mendesahkan namaku.. ah.."
"Uhm.. ah.. Pinnggg.. Pinggg... oh.. nikmat.. ah.."
"Desahanmu.. ah.. benar.. benar.. sangat.. um.. menggoda.. sayang.."
P'Ping mengatakan itu dan tiba-tiba dia mengeluarkan juniornya dari lubangku, lalu membalik tubuhku dan mengangkat kedua kakiku.
Aku hanya bisa mengalungkan kedua tanganku di lehernya karena aku takut terjatuh. Lalu.. P'Ping kembali memasukkan juniornya lagi ke dalam lubangku dan menggerakan tubuhku.
“Ah.. Um.. ah.. ouh.. P’Ping kamu.. um.. masuk terlalu ahh.. dalam..”
"Uhm. ah.. apakah kamu menyukainya.. sayang.. ah.."
"Yeah.. Nut..ah.. suka.. lebih.. oh.. cepat.. ah.."
"As.. your wish.. ugh.."
“Ah.. Ah.. Phi.. Piiingg..”
“Teruslah mendesah sayangku..”
P'Ping terus bergerak dengan cepat sambil menghisap putting dadaku sehingga lama-lama aku merasa akan segera sampai.
“Ah.. Phi.. Ping.. Nut tidak kuat lagi.. ah..aha..”
“Tahan sayangku.. sedikit lagi..uh.. ah..”
"Ah.. Tidak.. tidak.. Nut.. ah.. mau.. keluar.."
Aku mengatakan itu sambil menggelengkan kepalaku dan mulai merasakan tubuhku terasa ringan.
"Bersama-sama sayang.. ah.. ah.."
P'Ping semakin cepat dan kemudian kami berdua melakukan pelepasan bersama-sama.
“Ahhhgghhh… Hosh.. hosh.. hosh..”
Kami terdiam beberapa saat dalam posisi saling berpelukkan sampai napas kami mulai teratur.
Lalu P'Ping mulai menggendongku ke arah shower dan memandikan aku karena aku benar-benar merasa sangat lemas setelah melakukan pelepasan berkali-kali. Aku hanya pasrah di mandikan oleh P'Ping.
Kami mandi selama 1,5 jam lamanya.. dan entahlah kami melakukan berapa ronde tadi.. 😅
Setelah selesai mandi, P'Ping lalu kembali menggendongku ke kamar tidur dan membaringkan tubuhku, lalu dia juga membaringkan tubuhnya di sebelahku.
Kami saat ini tidak mengenakan sehelai benangpun. Aku juga tidak mempermasalahkan hal itu, aku hanya ingin segera terbang ke alam mimpiku.
"Tadi benar-benar sangat hebat sayangku.."
"Hm.. Phi benar-benar tidak ada belas kasihan kepada Nut.."
"Hahah.. Siapa suruh kamu mendesah dengan sangat seksi.."
"Siapa yang suruh kamu cepat horny.."
"Hahah.. Tolong jangan bergerak-gerak sayang atau kita tidak akan bisa tidur malam ini.."
"Aizz.. Dasar mesum!!"
"Aku mesum hanya kepadamu.. Bukankah kamu merasa lelah? Tidurlah.."
"Hm.. Aku juga sudah mengantuk.."
"Selamat malam sayangku.. Mimpi indah.."
P'Ping mengatakan itu dan mencium bibirku sekilas.
Kiss 😘
"Met malam Phi.. Mimpi indah juga.."
Aku mengatakan itu dan mulai menyamankan tubuhku di pelukkan P'Ping karena merasakan mataku mulai terasa berat dan tidak membutuhkan waktu lama aku tertidur. 😴
Yeah.. P’Ping tidak tahu aku berselingkuh dengan P’Sai selama 2 tahun belakangan ini dan P’Sai juga tidak tahu bahwa aku sudah mempunyai suami bernama P’Ping. Bukankah menjadi diriku saat ini sangat beruntung? Mempunyai dua orang pria yang sangat mencintaiku dan siap melakukan apapun untukku. 😏
Tetapi.. jangan salah.. Aku hanya ingin mempunyai satu suami yang sah di mata hukum dan agama makanya setiap P’Sai mengajak aku menikah.. Aku mengatakan selalu belum siap karena aku sudah mempunyai suami yang sah.
---
Rumah Aiemkhumchai
Pon Pov
Akhirnya kami sekeluarga sampai juga di rumah, rasanya sangat lelah..
“Mae.. Pho.. Pon naik dulu ke atas ya.. Mau tidur cepat..”
Aku mengatakan itu dan berpamitan kepada Mae dan Pho.
“Iya.. Tidurlah Luk dan jangan lupa besok bangun pagi untuk kencan dengan Sailub ya..”
“Iya Mae..”
Setelah mengatakan itu, aku segera naik ke lantai atas dan menuju kamarku. Sambil berjalan ke arah kamar, aku mengirimkan pesan kepada Benz dan P’Sai bahwa aku sudah sampai di rumah.
---
Kamar Pon
Pon Pov
Clek! Bruk!
Aku membuka dan menutup kamarku, lalu segera menyalakan lampu serta AC.
Tring.. Tring.. Tring..
Benz calling..
Aku melihat ponselku berbunyi dan melihat Benz yang meneleponku. Aku lalu segera menyalakan speaker ponselku.
“Hallo Benz ada apa?”
“Apakah kamu sudah ada di dalam kamarmu? Aku ingin segera mendengar ceritamu tentang Keluarga Hemmawich dan Sailub.. Ayo cepat ceritakan padaku..”
“Aizz.. sebentar.. Aku sedang melepaskan pakaianku..”
Aku mengatakan itu sambil melepaskan pakaianku satu persatu karena aku ingin mandi.
“Ouih!! Untuk apa kamu melepaskan pakaianmu? Jangan bilang kamu lagi...”
“Lagi apa?! Jaga pikiranmu!! Aku ingin mandi karena merasa berkeringat.. Aizzz..”
“Oh.. Kamu mau mandi.. Aku pikir heheh..”
“Kamu pikir apa? Aku sedang sange dan ingin melakukan masturbasi sambil teleponan denganmu?! Maaf aku bukan orang sepertimu yang sedang melakukan NC masih bisa mengangkat teleponku!!”
“Hahaha… Bukankah aku sudah minta maaf waktu itu padamu, kenapa kamu masih mengungkitnya? Hahaha..”
---
Kamar Mandi
Pon Pov
Clek! Bruk!
Aku mendengar Benz berbicara sambil membuka lalu menutup pintu kamar mandi, tidak lupa membawa ponselku. Aku meletakan ponselku di atas wastafel dan mulai menyalakan air untuk mengisi bath up.
Aku ingin berendam dan meredakan rasa pegal tubuhku, tidak lupa aku menuangkan sabun aroma Stroberi kesukaanku. Setelah aku merasa airnya cukup hangat, aku segera masuk ke dalam bath up.
“Apakah kamu akan terus tertawa Benz.. Kalau iya maka aku akan mematikan telepon ini..”
“Tidak.. Tidak.. Jangan matikan.. Aku sudah menunggu lama dan ingin mendengar kamu bercerita tentang hari ini..”
“Apa yang ingin kamu ketahui?”
“Semuanya.. Seperti bagaimana Keluarga Hemmawich saat melihatmu.. Lalu bagaimana tanggapanmu tentang anak mereka yang bernama Sailub.. Apakah kamu merasa tertarik kepadanya?”
“Stop.. Satu-satu kalau mau bertanya..”
Aku segera menghentikan Benz yang masih ingin mengeluarkan berbagi pertanyaan.
“Hahah.. Baiklah.. Silakan mulai kalau begitu dan aku siap mendengarkan..”
“Hm.. Bagaimana tanggapan Keluarga Hemmawich saat melihatku ya? Mom Sammy dan Dad Yacht terlihat sangat menyukaiku dan mereka juga sangat baik serta memanjakan aku seperti aku anaknya sendiri, bahkan Mom Sammy tidak ingin melepaskan lenganku dan menyebut aku calon menantu sampai saat pertama aku mendengarnya merasa shock.. Hahah..”
“Tunggu.. Tunggu.. Kamu baru datang sekali ke rumah Keluarga Hemmawich dan sudah memangil mereka dengan sebutan Mom dan Dad? Bahkan sudah dianggap calon menantu.. Wowow.. Hebat..”
“Iya.. Mereka yang meminta aku memangil dengan sebutan Mom dan Dad. Hal ini karena ternyata Mom dan Dad adalah sahabat Mae dan Pho sejak mereka masih duduk di bangku sekolah..”
“Jangan katakan bahwa mereka dulu berjanji akan menjodohkan anak mereka jika mereka sudah memiliki anak!! Hahah..”
“Hei!! Bagaimana kamu bisa tahu hal itu Benz?!”
Aku merasa sedikit terkejut karena Benz tahu akan hal itu. 😲
“Jadi benar seperti itu? Wowo.. Aku hanya menebaknya saja dan kisahmu seperti drama yang ada di TV.. ahahaha..”
“Iya.. Benar katamu makanya sekarang mereka mengatur agar aku dan P’Sai bisa saling bertemu. Kalau bisa kami segera menikah..”
“Weew!! Menikah?! Baru sekali bertemu dasyat.. Lalu bagaimana dengan tanggapan P’Sai dan bagaimana sikapnya padamu?”
“Sikap P’Sai kepadaku.. tadi sangat baik, kami bahkan sempat berbicara berdua untuk saling mengenal satu sama lain di halaman belakang rumahnya tadi. Dia mengatakan bahwa kami harus mencoba untuk menjalani ini selama 3 bulan dulu..”
“Hah?! 3 Bulan? Pacaran gitu maksudnya?!”
“Iya.. 3 bulan.. bisa dianggap seperti itu lah..”
“Apakah P’Sai serius kepadamu atau dia sudah mempunyai orang yang dia suka dan karena dia tidak ingin terus di jodohkan makanya dia memintamu untuk melakukan hal ini?”
“Hm.. P’Sai mengatakan kepadaku bahwa dia sudah mempunyai orang yang dia suka. Untuk, dia serius atau tidak, aku juga tidak tahu karena aku bukan dia..”
“OMO!! Lalu.. kenapa kamu masih mau dengannya? Jangan sampai dia hanya memanfaatkan dirimu saja. Apakah dia tahu bahwa kamu adalah Male pregnant?"
"Iya dia tahu karena aku sudah memberitahukan kepadanya.. Entahlah.. aku juga tidak tahu mengapa aku mau saja menyetujui ajakkannya ini.."
"Berhati-hatilah, Pon!! Aku tidak ingin kamu merasa sakit karena ulahnya meskipun aku selalu akan berada disisimu apapun keputusanmu itu.."
"Iya.. Aku tahu dan terima kasih kamu mau selalu berada disisiku di setiap kehidupanku selama ini Benz.."
"Hm.. Iya, sama-sama Pon.. Kamu sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri ingat itu. Kamu bisa bercerita apa saja kepadaku dan aku siap mendengarkankan.."
"Hm.. Iya aku tahu.. Aku juga sudah menganggapmu Nong kesayanganku.. Heheh.."
"Baiklah.. Lalu bagaimana setelah 3 bulan? Jika kalian merasa cocok, apakah kalian akan menikah dan jika tidak maka akan berpisah seperti itu?"
“Aku juga tidak tahu.. Mungkin akan seperti itu.. Aku merasa kami pasti akan melakukan pertemuan Keluarga lagi setelah 3 bulan karena kedua orang tua kami tahu akan hal ini.."
"Ow.. Kedua orang tua kalian tahu?"
"Iya.. Mereka awalnya meminta kami segera menikah.. Tetapi kami tidak mau makanya kami meminta waktu 3 bulan ini.. Jika kami tidak meminta waktu, pasti kedua orang tua kami akan kembali mencarikan kami calon yang lain.. Aku lelah harus seperti ini terus Benz.."
"Iya.. Aku tahu akan perasaanmu Pon.. Kamu harus sabar ya.. Kalau begitu.. Katakan dengan jujur kepadaku.. Apakah kamu merasa tertarik kepada P’Sai? Apakah jantungmu terasa berdebar-debar saat dekat dengannya?”
“Hm.. Aku merasakan sedikit gugup dan jantungku terasa sedikit berdetak lebih cepat saat bersama-sama dengannya. Apakah itu artinya aku mulai menyukainya Benz?”
“Ya.. Kamu sudah mulai menyukainya, makanya kamu tidak menolak saat dia meminta kalian menjalani masa percobaan selama 3 bulan ini..”
“Benarkah aku sudah mulai menyukainya Benz?! Aku tidak percaya.. Aku merasa belum menyukainya..”
“Jangan menyangkal dan.. apakah dia tidak mengajakmu jalan-jalan besok?!”
“Hm.. Iya.. Dia mengajakku untuk jalan-jalan besok.. Apakah dia juga merasa tertarik kepadaku?"
"Iya mungkin saja.."
"Tetapi.. saat aku tanya mau pergi kemana dia mengatakan terserah aku.. Aku sempat merasa bingung saat dia mengatakan itu. Bukankah dia mengajak aku jalan-jalan lalu kenapa dia tidak tahu mau jalan kemana? Apakah dia disuruh oleh Mom Sammy mengajak aku jalan-jalan?"
"Yeah.. Itu bisa jadi.."
"Hm.. Lalu menurutmu aku harus pergi jalan-jalan kemana dengan dia, Benz? Ayo berikan masukkan untukku..”
“Hm.. Kalau aku dulu pertama kali mengajak Garfield jalan-jalan.. Pergi ke bioskop, makan dan pergi ke pantai untuk melihat matahari terbenam kemudian pulang.."
"Oh.. Kamu benar-benar romantis.. Apakah aku ikuti caramu saja?"
"Iya.. Itu terserah padamu. Lalu besok kamu janjian jam berapa?"
“P’Sai mengatakan akan menjemputku jam 10 pagi..”
“Oh.. Apakah kamu ingin bergabung denganku? Aku dan Garfield berencana ingin menonton film di Siam Pargon besok jam 12 siang..”
“Hm.. Ide bagus, aku takut jika hanya berdua dengan P’Sai maka kami akan diam saja dan terasa canggung karena ini pertama kalinya kami jalan-jalan bersama-sama..”
“Kalau begitu besok kita bertemu di Siam Paragon jam stengah 12 ya.. Aku yang akan mentraktir tiket biskopnya. Aku juga sangat ingin bertemu dengan P’Sai..”
“Ok.. Sampai ketemu besok..”
“Hm.. Sampai ketemu besok dan.. Pon..”
“Iya..”
“Jangan berendam terlalu lama atau kamu akan masuk angin.. Lekaslah membilas tubuhmu dan pergi tidur..”
“Hm.. Sebentar lagi aku akan membilas tubuhku..”
“Ok.. Met malam Pon.. Mimpi indah ya.. Bye..”
“Hm.. You too Benz.. Bye..”
Setelah itu Benz mematikan sambungan telepon kami. Aku masih berendam untuk beberapa saat sambil memijat tubuhku dan tidak lama aku segera berdiri dan keluar dari bath up. Lalu aku berjalan ke arah shower untuk keramas sekalian membilas tubuhku.
Tidak berapa lama aku sudah selesai mandi dan merasa tubuhku lebih segar. Aku lalu melilitkan handuk di pinggangku dan handuk kecil aku sampirkan di leherku untuk mengeringkan rambutku. Aku juga segera mengambil ponselku yang ada di atas wastafel dan berjalan keluar kamar mandi.
---
Kamar Pon
Pon Pov
Aku berjalan ke arah tempat tidurku dan meletakan ponselku di samping tempat tidur untuk mengecharge nya. Lalu aku berjalan ke lemari baju untuk mengambil satu stel piyama dan segera memakainya.
Setelah selesai berpakaian, aku berjalan ke arah meja rias dan duduk. Aku mengambil hairdryer untuk mengeringkan rambutku. Setelah rambutku kering, aku mematikan hairdryer dan memasukkannya kembali ke dalam laci. Aku lalu memakai pelembap wajah dan juga lip balm agar wajahku serta bibirku tidak terasa kering.
Setelah semua ritual malamku selesai, aku kemudian mematikan lampu dan hanya menyisakan lampu di samping tempat tidurku lalu naik ke atas tempat tidur, menarik selimut untuk bersiap-siap untuk tidur.
Tidak membutuhkan waktu lama aku jatuh tertidur karena aku memang sudah merasa lelah seharian ini. 😴
TBC
Vote and comment 😊🙏
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro