Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 2


Ini adalah Mae Thangerin dan Pho Jay. Mereka adalah orang tua dari Pon. 😊

---

Rumah Pon

Sabtu Siang

Pon Pov

Tok.. Tok.. Tok..

“Pon.. Pon.. Apakah kamu sudah bangun Luk? Ayo siap-siap kita akan pergi makan siang di rumah Keluarga Hemmawich..”

Aku mendengar suara Mae mengetuk pintu dan berkata dengan suara yang keras, sehingga.. aku segera terbangun.

“Ugh.. Hoam.. Pon sudah bangun Mae.. Iya..”

“Jangan tidur lagi!! Ayo siap-siap dan segera mandi sekarang sudah jam 10..”

“Iya Mae..”

Aku menggeliatkan tubuhku di atas tempat tidur dan mengerjap-ngerjapkan mataku beberapa saat untuk menyesuaikan sinar matahari yang masuk ke mataku. 🥱

Biasanya hari Sabtu seperti ini aku akan bangun jam 12 siang karena tidak ada kegiatan penting yang akan aku lakukan dan aku sangat senang tidur. 😅

Aku lalu perlahan-lahan mulai bangun dari tempat tidurku dan melakukan sit up sebentar sebelum berjalan ke arah kamar mandi untuk mandi. Kalau aku tidak cepat-cepat mandi, Mae pasti akan marah padaku.

Tidak membutuhkan waktu lama, aku selesai mandi dan segera memakai pakaianku. Aku melihat saat ini sudah jam setengah 11 siang.

Setelah aku siap dan memakai parfum favoriteku, aku segera turun ke lantai bawah.

---

Lantai Bawah

Pon Pov

Saat aku turun di lantai bawah, aku melihat Mae dan Pho sudah duduk di ruang tengah.

“Mae.. Kita akan pergi jam berapa?”

“Kita akan pergi jam 11 karena kita tidak tahu apakah jalanaan hari ini akan macet atau tidak. Kenapa?”

“Aku lapar heheh..”

“Kamu bisa makan sandwich yang sudah Mae siapkan di atas meja makan dan ada segelas susu stroberi kesukaanmu juga..”

“Ah.. Mae mang yang terbaik..”

“Mae terbaik tapi kamu tidak pernah mendengar perkataan Mae selama ini.. Dasar anak nakal..”

“Heheh..”

Aku hanya bisa tertawa dan segera berjalan ke arah ruang makan untuk mengisi perutku dan minum susu favoriteku. 😊

Setelah beberapa saat..

“Apakah kalian sudah siap? Ayo kita berangkat sekarang..”

“Aku sudah siap Pho..”

Aku mengatakan itu dan segera berjalan ke ruang tengah menghampiri Mae dan Pho, tetapi.. saat aku berjalan ke arah Mae.

“Tunggu Pho.. Mae harus mendadani anak kita ini supaya terlihat semakin manis..”

Mae segera menarik tanganku untuk duduk di sofa dan dengan sigap Mae mengeluarkan alat make up nya.

“Mae.. Pon bukan perempuan tidak perlu dandan..”

Aku segera memprotes ketika tangan Mae sudah mengeluarkan tissu basah dan bedak serta entahlah apa itu.. 😣

“Sudah diam dan jadi anak baik.. Mae bingung kamu adalah model, harusnya kamu tahu caranya berdandan dengan baik.. Tidak seperti ini..”

Mae mulai berbicara lagi dan aku kembali membalasnya.

“Model kan hanya pekerjaanku dan Pon sama sekali tidak suka berdandan karena aku seorang pria bukan wanita seperti Mae..”

“Beraninya kamu membantah!! Diam dan duduk dengan benar!! Jangan membantah lagi..”

“Krap Mae..”

“Kamu tahu, Mae hanya ingin kamu terlihat manis saat bertemu dengan Keluarga Hemmawich dan ingin mereka suka kepadamu..”

Setelah mengatakan itu, Mae mulai mengusap wajahku dengan tissu basah. Lalu mengoleskan lotion wajah di wajahku, memakaikan conciler, bedak, eye shadow, maskara tipis-tipis dan tidak lupa membubuhkan lip balm, lipstik serta lip gloss di bibirku.

“Nah.. Sekarang sudah sempurna.. Kamu terlihat manis Pon dengan make up tipis-tipis seperti ini. Coba lihatlah kamu cantik kan? Pho.. anakmu cantikkan?”

“Hm.. Iya Pon semakin manis dan cantik..”

Pho mengatakan itu sambil tersenyum dan aku hanya bisa memanyunkan bibirku. 🙁

“Jangan cemberut dan Awas kalau kamu menghapusnya!! Mae sudah cape-cape mendandanimu..”

“Iya Mae..”

“Bagus.. Ayo Pho kita pergi sekarang..”

Aku hanya bisa pasrah dan mengikuti Mae serta Pho masuk ke dalam mobil untuk pergi ke rumah Keluarga Hemmawich. 🙁

---

Di Dalam Mobil

Pon Pov

Saat ini kami sekeluarga sedang berada di dalam mobil untuk pergi ke Keluarga Hemmawich. Mae kembali berbicara lagi kepadaku.

“Pon.. Kamu harus bersikap baik dan sopan kepada Keluarga Hemmawich agar mereka ingin menjadikan kamu menantu mereka. Jangan sampai membuat ulah yang menyebabkan Mae dan Pho merasa malu seperti yang selalu biasa kamu lakukan.. Kamu mengerti?!”

“Aku selalu bersikap baik selama ini saat aku mengikuti Mae dan Pho serta tidak pernah membuat malu.. Aku selalu menjaga nama baik Keluarga kita. Apa yang Mae maksud aku tidak berperilaku dengan baik?”

“Iya.. Kamu memang selalu bersikap baik, tetapi kamu selalu menolak dengan seribu alasan saat mereka ingin mendekatimu dan mengenalmu lebih jauh. Kenapa kamu selalu melakukan itu?”

“Itu karena Pon tidak suka dengan mereka. Untuk apa memberikan mereka kesempatan untuk mengenal lebih jauh jika aku tidak suka dengan mereka dan mereka juga hanya terpaksa melakukannya? Bukankah itu membuang-buang waktu saja? Lebih baik langsung berkata dengan jujur.. Benarkan Pho?”

Aku bertanya kepada Pho dan melihat Pho segera menganggukkan kepalanya.

“Iya.. Sikapmu sudah benar Pon..”

Pho mengatakan itu dan segera mendapatkan balasan lagi dari Mae.

“Pho!! Kamu selalu membela anak kesayangan mu!! Setidaknya Pon harusnya memberikan mereka kesempatan untuk jalan denganmu sekali bukan langsung menolak mereka begitu saja. Benar-benar membuat malu saja, padahal Mae sudah mencarikan yang terbaik untukmu..”

“Pon tidak meminta Mae mencarikan jodoh untukku.. Pon masih muda Mae, masih mau bebas bukan menikah muda..”

“Aizz.. Apakah kamu lupa kamu siapa? Kamu adalah pria spesial Pon!! Male pregnant.. Ingat itu!! Kamu sudah dewasa dan bisa saja kamu hamil bila kamu melakukan seks bebas di luar sana dan Mae tidak mau kamu hamil tanpa suami yang tidak jelas asal usulnya!!”

“Iya.. Pon tahu dan ingat itu.. Selama ini Pon juga selalu menjaga diri dengan baik..”

Yeah.. Aku adalah pria spesial yang bisa melahirkan karena itu Mae sangat ingin segera aku menikah. Setelah aku akhil balik, Mae selalu menyediakan kondom dan pelumas di dalam tasku karena Mae khawatir aku akan melakukan seks dengan seseorang dan hamil. 😅

Tetapi.. aku adalah anak yang berbakti dan tidak ingin mempermalukan Keluargaku. Aku selama ini selalu menjaga kesucianku dan hanya akan aku serahkan kepada suamiku. Selama 25 tahun ini aku juga tidak mempunyai pacar bukan karena aku tidak laku, tetapi aku terlalu pemilih. 😁

“Mae tidak mau tahu.. Pokoknya hari ini kamu harus memberikan kesempatan kepada anak dari Keluarga Hemmawich untuk mengenalmu lebih jauh dan tidak boleh menolaknya!”

“Memang apa spesialnya Keluarga Hemmawich ini?”

“Mereka adalah sahabat Mae dan Pho saat masih sekolah dan Mae sudah berjanji kepada Mae Sammy untuk menjodohkan anak kita kalau sudah besar dan menurut Mae ini adalah saatnya..”

“Yak!! Mae!! Ini sudah zaman modern kenapa masih harus ada perjanjian seperti itu!! Mae benar-benar menyebalkan!!”

Aku mengatakan itu dan sedikit mengacak-acak rambutku.

“Pon!! Jangan membuat penampilanmu berantakkan!!”

Mae kembali memperingatkan aku dan akhirnya aku hanya bisa memanyunkan bibirku lalu menatap ke luar jendela mobil.

“Sudah.. Sudah.. Kalian Mae dan anak sama saja tidak ada yang mau mengalah. Jika anak kita tidak suka ya jangan di paksa.. Ini kan juga demi masa depan dia sendiri bukan Mae.. Nanti dia yang menjalankan pernikahan ini bukan kita Mae.. Biarkan dia memilih sendiri..”

Pho mengatakan itu untuk menenangkan aku dan Mae.

“Tetapi Pho..”

“Sudah.. Sudah.. Jangan berdebat lagi. Kita sudah mau sampai.. Ingat tersenyum dan bersikap baik..”

Pho mengatakan itu dan tidak ingin mendengar aku dan Mae berdebat lagi sehingga sisa perjalanan ini mobil kami kembali hening hanya terdengar suara lagu yang di putar dari radio.

---


Ini adalah Mom Sammy dan Daddy Yacht kedua orang tua Sailub Hemmawich. 😊

---

Rumah Keluarga Hemmawich

Kamar Sailub

Sailub Pov

Tok.. Tok..Tok..

“Sai.. apakah kamu sudah bangun Luk?”

Aku mendengar suara Mae mengetuk pintu kamarku dan bertanya dari luar.

“Iya Mae.. Sai sudah bangun, masuklah..”

Clek! Kreet..

“Kenapa belum bersiap-siap Luk? Hari ini kita akan kedatangan tamu Keluarga Aiemkhumchai sahabat Mae dan Pho untuk makan siang..”

“Hm.. Sai sebentar lagi akan bersiap-siap Mae.. Biarkan aku menghabiskan sarapanku ini dulu..”

Aku mengatakan itu lalu mulai memakan sandwichku pelan-pelan sambil menatap ke arah jendela.

Mae segera berjalan menghampiriku dan duduk di sebelahku.

“Kenapa Sai? Apakah kamu tidak suka dengan apa yang Mae lakukan ini?”

“Hm.. Tidak apa-apa Mae. Sai biasa saja, bukankah Mae dan Pho sudah biasa melakukan ini..”

“Kamu tidak bisa berbohong kepada Mae yang melahirkanmu. Mae tahu kamu sebenarnya tidak suka, bukan?”

Saat mendengar perkataan Mae, aku segera meletakan sandwich yang aku makan dan meminum kopiku sebelum berbicara sambil menatap Mae.

Yeah.. Aku memang paling tidak bisa berbohong kepada Mae karena Mae selalu tahu apa yang aku pikirkan dan rasakan selama ini.

“Mae.. Bukankah Mae tahu bahwa Sai sudah memiliki Nut yang Sai suka dan cintai.. Untuk apa kita melakukan hal seperti ini lagi?”

“Nut?! Apakah dia adalah sekertarismu yang selalu bersikap tidak tahu diri itu?!”

“Mae jangan mengatakan seperti itu tentang Nut..”

“Memang Mae harus mengatakan apa? Sekali melihatnya Mae tidak suka kepadanya dan merasa dia bukan orang yang cocok untukmu..”

“Mengapa Mae bisa mengatakan seperti itu? Mae bahkan jarang bertemu dengan Nut..”

“Naluri seorang ibu mengatakan itu Sai.. Lalu apakah kamu yakin sudah benar-benar mengenal Nut dengan baik? Sudah berapa lama kalian mengenal? Bukankah baru 2-3 tahun belakangan ini?! Jangan katakan kepada Mae bahwa kamu sudah mengenalnya luar dalam!!”

“Mae!!”

“Mae selalu tahu apa yang kamu lakukan di apartmentmu itu dengannya Sai.. Jangan berpikir Mae tidak tahu dan jangan sampai Mae mengatakan hal ini kepada Pho-mu!! Kamu akan tahu akibatnya bukan?”

“Hm.. Iya Mae..”

“Jadi sekarang turuti saja perkataan Mae dan Pho, lagi pula Keluarga Aiemkhumchai sudah Mae dan Pho kenal sejak lama dan Mae merasa yakin bahwa anak mereka adalah anak yang baik dan mungkin saja dia adalah pasangan yang tepat untukmu..”

“Iya Mae..”

“Ya sudah.. Bersiap-siaplah dan berpakaianlah dengan tampan. Mae akan turun ke bawah dulu karena mungkin mereka sebentar lagi akan sampai. Cepat habiskan sarapanmu..”

Mae mengatakan itu dan segera berdiri, lalu menepuk bahuku dengan ringan sebelum berjalan keluar kamarku.
Huf.. Lagi-lagi aku harus mengalah dan mengikuti pertemuan kedua Keluarga ini. 😑

Mengapa hari ini Mae merasa yakin bahwa anak dari Keluarga Aiemkhumchai adalah jodohku? Aku benar-benar sudah lelah dengan semua ini..

Jika kali ini aku melihat Mae dan Pho suka dengan anak dari Aiemkhumchai.. Maka mari kita berbicara dengannya..

Aku memikirkan itu dan kembali minum kopi yang ada dimeja sambil menunggu kedatangan Keluarga Aiemkhumchai.

---

Pon Pov

Saat ini mobil yang kami tumpangi memasuki perumahan elite di kota Bangkok. Rumah-rumah disini sangat besar dan memiliki halaman yang luas.

Yeah.. meskipun rumah Keluargaku juga cukup besar, tetapi tidak sebesar rumah di dalam perumahan ini.

“Pho.. Apakah rumah Keluarga Hemmawich berada di perumahan ini? Rumah disini sangat besar dan terlihat mewah..”

Aku bertanya kepada Pho sambil memperhatikan rumah-rumah yang kami lewati.

“Iya.. Rumah mereka ada disini dan rumahnya yang paling besar dan megah disini.. Nah, itu dia rumah mereka..”

Pho berkata dan menujuk ke salah satu rumah yang seperti istana sangat luas dan megah diantara rumah-rumah yang lain. 😲

---

Rumah Keluarga Hemmawich

Sammy Pov

Sekarang aku dan suamiku Yacht sedang menunggu sahabat kami Jay dan Thangerin yang akan membawa anak mereka mengunjungi kami. Sudah lama kami membuat janji bila anak kami sudah besar maka kami akan menjodohkannya tidak peduli apakah mereka pria atau wanita. 😊

Jadi sekarang aku sedang menunggu mereka dan tidak sabar bertemu dengan calon menantuku. Aku juga sangat kengen dengan Rin dan Jay karena kami sempat terpisah beberapa tahun. Hal ini karena aku harus mengikuti Yacht ke Amerika.

Tidak lama aku melihat sebuah mobil mewah mulai masuk pekarangan halaman rumah kami yang luas.

“Pho.. Mereka sudah datang.. Aku tidak sabar bertemu dengan calon menantuku..”

Aku mengatakan itu sambil menggandeng lengan suamiku.

“Hahah.. Kamu terlihat sangat antusias sekali Mea berbeda dengan Sai..”

“Huf.. Anak itu memang sangat susah untuk di atur dan semaunya sendiri karena Pho terlalu memanjakannya..”

Aku mengatakan itu kepada suamiku dan memanyunkan bibirku.

“Hahah.. Sudah.. Sudah berhenti cemberut, tidak enak dilihat oleh Jay dan Rin nanti..”

Setelah Yacht mengatakan itu, mobil Keluarga Aiemkhumchai terlihat mulai mendekat ke arah pintu masuk rumah ini. Mobil itu lalu berhenti di depan kami.

Grek! Clek!

Pintu mobil itu terbuka perlahan-lahan dan memperlihatkan kedua sahabat kami. Aku melihat Jay dan Rin segera turun dari dalam mobil.

“Rin.. Apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu.. Aku kangen padamu..”

Aku segera menghampiri Rin yang berdiri di depanku dan memeluknya.

Yeah.. aku sangat merindukan sahabat terbaikku. 😊

“Aku juga merindukanmu Sammy.. Kabarku baik dan bagaimana denganmu?”

“Yeah.. Beginilah keadaanku, baik-baik saja bukan heheh..”

Sementara aku dan Rin saling berbicara, aku mendengar Yacht dan Jay saling menyapa dan berpelukkan sebentar.

“Oh ya.. Mana anakmu Rin? Aku tidak sabar melihat calon menantuku.. Dia pasti imut-imut dan manis sepertimu..”

“Hahah.. Kamu bisa saja Sammy.. Sebentar, aku panggilkan dulu..”

Setelah mengatakan itu, aku melihat Rin segera menghampiri mobilnya lagi dan memangil anaknya.

Tidak lama keluarlah seorang pria yang terlihat putih dan sungguh imut berdiri di depan kami.

“Ayo beri salam kepada Paman Yacht dan Bibi Sammy..”

Aku mendengar Rin menyuruh anaknya memberi salam kepada kami.

“Hm.. Selamat siang Bibi Sammy dan Paman Yacht, perkenalkan namaku Thanapon Aiemkhumchai dan biasanya di panggil Pon..”

Pon mengatakan itu lalu segera mengatupkan kedua tangannya di depan dada sebagai tanda hormat kepada kami berdua.

“Ya ampun Rin!! Anakmu sungguh manis dan imut-imut.. Aku suka mempunyai calon menantu seperti ini..”

Aku mengatakan itu dan segera memeluk Pon.

“Hahah.. Kamu bisa saja Sammy..”

“Dia sangat manis dan imut kan Yacht..”

Aku bertanya kepada suamiku dan Yacht menganggukkan kepalanya lalu berkata.

“Iya.. Dia sangat manis dan imut.. Terlihat sangat cocok dengan Sailub hahahah..”

“Hello Pon.. Kamu mulai sekarang bisa memangilku Mommy dan Daddy jangan Paman dan Bibi.. Karena kami akan menjadi calon mertuamu nanti..”

“Hm.. Krup Mom..”

Aku melihat Pon tersenyum dan segera aku mengusap rambutnya yang lembut. Aku bisa merasakan bahwa anak ini sangat baik dan bukan hanya imut serta manis saja. 😊

“Ayo semua.. Kita masuk ke dalam rumah dan berbicara di dalam..”

Aku mendengar Yacht mengatakan itu dan kemudian, Dia dan Jay segera berjalan masuk ke dalam rumah.

“Ayo Pon.. Kita masuk ke dalam rumah dan berkenalan dengan calon suamimu Sailub anak Mom dan Dad..”

“Khrap Mom..”

Aku mengatakan itu dan segera mengalungkan lenganku yang satu di lengan Pon dan satu lagi di lengan Rin. Kami lalu masuk ke dalam rumah bersama-sama. 😊

---

Rumah Keluarga Hemmawich

Pon Pov

Saat kami sudah sampai di depan rumah Keluarga Hemmawich, aku membiarkan Mae dan Pho turun duluan karena sepertinya suami istri Hemmawich sangat rindu dengan Mae dan Pho.

Setelah mereka melepas rindu, Mae lalu terlihat berjalan kembali ke dalam mobil memangilku untuk turun dari mobil untuk memberikan salam kepada Keluarga Hemmawich.

“Pon.. Ayo turun dari mobil dan jangan membuat Mae dan Pho malu..”

“Krap Mae..”

Aku segera merapihkan pakaianku dan rambutku sedikit lalu segera turun dari mobil. Setelah aku turun dari mobil, Mae kembali berbicara kepadaku lagi.

“Ayo beri salam kepada Paman Yacht dan Bibi Sammy..”

Aku sebenarnya merasa sedikit grogi, tetapi mencoba bersikap tenang.

“Hm.. Selamat siang Bibi Sammy dan Paman Yacht, perkenalkan namaku Thanapon Aiemkhumchai dan biasanya di panggil Pon. Senang bertemu dengan kalian..”

Aku mengatakan itu lalu segera mengatupkan kedua tanganku di depan dada sebagai tanda hormat kepada mereka berdua.

“Ya ampun Rin!! Anakmu sungguh manis dan imut-imut.. Aku suka mempunyai calon menantu seperti ini..”

Aku mendengar suara Bibi Sammy mengatakan itu kepada Mae dan segera memeluk tubuhku. Aku sedikit merasa terkejut dan perlahan-lahan hanya bisa memeluk tubuh Bibi Sammy.

“Dia sangat manis dan imut kan Yacht..”

Bibi Sammy terlihat bertanya kepada suaminya dan Paman Yacht terlihat menganggukkan kepalanya lalu berkata.

“Iya.. Dia sangat manis dan imut.. Terlihat sangat cocok dengan Sailub hahahah..”

“😅”

“Hello Pon.. Senang bertemu denganmu juga. Mulai sekarang bisa memangilku Mommy dan Daddy jangan Paman dan Bibi.. Karena kami akan menjadi calon mertuamu nanti..”

Bibi Sammy mengatakan itu kepadaku sambil mengelus rambutku dan mencubit pipiku pelan.

“Hm.. Krup Mom..”

Aku terpaksa tersenyum hambar dan mengikuti perkataannya. 🙂

Calon menantu apa? Aku bahkan belum pernah bertemu dengan anak kalian dan tidak tahu apakah anak kalian cocok atau tidak denganku.. Sudah main sebut calon menantu saja.

Aku mengatakan itu di dalam hatiku dan menatap Mom Sammy serta Daddy Yacht yang seperti terlihat sangat hangat dan baik. 🙄

Hm.. Tetapi kalau punya calon mertua seperti ini rasanya sangat menyenangkan juga, mereka terlihat baik dan juga ramah tidak seperti mertua yang biasa aku suka tonton di drama.. hehehe..

Aku kembali memikirkan itu sambil tetap tersenyum meskipun sekarang lengan Mom Sammy ada di lenganku. Sepertinya Mom Sammy suka kepadaku karena dia tidak mau melepaskan lengannya dariku. 😅

Saat masih mendengar Mom Sammy dan Mae berbincang-bincang, aku mendengar suara Daddy Yacht.

“Ayo semua.. Kita masuk ke dalam rumah dan berbicara di dalam..”

Daddy Yacht mengatakan itu dan kemudian segera berjalan bersama-sama dengan Pho untuk masuk ke dalam rumah.

“Ayo Pon.. Kita masuk ke dalam rumah dan berkenalan dengan calon suamimu Sailub anak Mom dan Dad..”

“Khrap Mom..”

Mom Sammy mengatakan itu dan segera menarik lenganku. Aku hanya bisa mengikutinya saja.

Sebentar lagi kamu akan bertemu calon suamimu Pon.. Bersiaplah.. 😊

---

Ruang Tengah

Sammy Pov

Aku membawa Pon dan Keluarganya untuk duduk di ruang tengah terlebih dulu karena kami masih ingin melepas rindu.

“Tunggu sebentar ya.. Aku ingin mengambil minuman dan makanan ringan untuk kalian..”

“Ah.. Tidak usah repot-repot Sammy..”

“Tidak repot Rin.. Kamu adalah tamu makanya aku harus menjamu mu dengan baik..”

Aku mengatakan itu dan segera meninggalkan mereka semua di ruang tengah dan berjalan ke arah dapur.

Hm.. Kenapa Sailub masih belum turun dan menemui Keluarga Aiemkhumchai ini? Sungguh memalukan.

Aku memikirkan hal itu dan segera memangil salah seorang pelayanku.

“Bibi Na.. Bibi Na..”

“Iya Khun Sammy..”

Bibi Na adalah seorang pelayan kepercayaanku dan dia orang yang mengurus Sailub sejak kecil.

“Tolong panggilkan Sailub dan katakan untuk segera turun menemui Keluarga Aiemkhumchai..”

“Baiklah Khun Sammy..”

Setelah itu, Bibi Na segera naik ke lantai dua untuk memangil Sailub. Aku menyiapkan minuman dan makanan ringan untuk para tamuku, lalu membawanya ke ruang tengah. 

“Silakan dinikmati dan jangan merasa malu-malu. Anggap saja rumah sendiri..”

“Hahah.. Baiklah..”

---

Kamar Sailub

Sailub Pov

Tok.. Tok.. Tok..

“Khun Sailub.. Khun Mae mengatakan bahwa Khun Sailub harus segera turun untuk menemui Keluarga Aiemkhumchai..”

Aku mendengar suara Bibi Na di depan pintu kamarku.

“Iya Bi.. Tolong katakan kepada Mae sebentar lagi aku akan turun..”

“Baiklah Khun Sailub..”

Lalu setelah itu, aku mendengar suara langkah kaki Bibi Na menjauh. Aku kembali menatap pantulan diriku di depan cermin dan merasa bahwa aku sudah cukup tampan.

Sebelum keluar kamar, aku menyemprotkan sedikit parfum ke tubuhku.

Mari kita melihat calon menantu pilihan Mae kali ini seperti apa anak Keluarga Aiemkhumchai?

Aku memikirkan itu dan berjalan turun ke lantai bawah untuk memberikan salam kepada Keluarga Aiemkhumchai.

---

Lantai Bawah

Sailub Pov

Aku menuruni tangga dan mendengar ada suara canda tawa di bagian ruang tengah rumahku. Aku lalu berjalan ke arah ruang tengah.

Aku melihat ada sepasang suami istri yang terlihat umurnya tidak jauh dari Pho dan Mae serta seorang pria yang terlihat manis sedang tertawa bersama-sama dengan Mae.

Apakah dia adalah anak Keluarga Aiemkhumchai? Kenapa terlihat manis dan seperti masih sekolah? Tidak mungkin bukan Mae dan Pho memintaku untuk menikah dengan seseorang yang belum lulus kuliah.. 😑

Aku memikirkan itu dan masih berdiri di depan tangga yang menghadap ke arah ruang tengah tanpa ada yang menyadari selama beberapa saat, sampai aku mendengar suara Mae.

“Sai.. Akhirnya kamu turun juga.. Ayo beri salam kepada Bibi Rin dan Paman Jay yang akan menjadi calon mertuamu nanti..”

“Hahah.. Kamu bisa saja Sammy.. Mereka baru bertemu bagaimana bisa kita disebut calon mertua..”

Aku mendengar suara Bibi Rin membalas perkataan Mae. Aku lalu berjalan mendekati mereka dan segera memberikan salam.

“Hm.. Hello semua.. Perkenalkan aku adalah Sailub Hemmawich. Kalian bisa memangilku Sailub atau Sai saja..”

Aku mengatakan itu dan mengatupkan kedua tanganku sebagai tanda hormat.

“Anakmu sangat tampan, Sammy..”

“Hahah.. Tetapi dia susah diatur dan sangat keras kepala..”

Mae mengatakan itu kepada Bibi Rin dan mereka tertawa bersama-sama.

“Sai.. Ayo duduk di sebelah Pon sini.. Dia adalah anak dari Keluarga Aiemkhumchai dan lebih muda 5 tahun darimu..”

Mae mengatakan itu dan menujuk sofa yang ada di sebelah Pon. Aku hanya menganggukkan kepalaku dan berjalan duduk disana.

Hah? Anak ini sudah berusia 25 tahun? Kenapa terlihat seperti anak 15 tahun?

Aku memikirkan itu sambil memperhatikan Pon. Lalu saat aku sudah duduk, aku mendengar suara anak itu menyapaku dengan lembut.

“Hallo Phi Sailub.. Aku Thanapon Aiemkhumchai atau bisa di panggil Pon..”

“Hello Pon.. Kamu bisa memangilku Phi Sai..”

Aku mengatakan itu dan tersenyum kepadanya. 😊

“Baiklah Phi..”

Lalu kami duduk bersama-sama untuk beberapa saat untuk mendengarkan kedua orang tua kami bercerita.

“Baiklah.. Sekarang sudah jam makan siang.. Ayo kita pindah ke ruang makan untuk makan bersama-sama..”

Mae mengatakan itu dan segera berdiri. Lalu Mae menggandeng lengan Pon untuk mengikutinya. Aku melihat Pon hanya pasrah mengikuti Mae.

Hm.. Mae sepertinya sangat menyukai Pon.. Haruskah aku mengajaknya berbicara sehabis makan siang?

Aku memikirkan itu sambil mengikuti mereka ke ruang makan.

Kami semua duduk mengelilingi meja makan dan Mae meminta aku duduk di sebelah Pon tentunya karena mereka ingin menjodohkan kami.

Kami makan bersama-sama dan aku maupun Pon hanya berbicara sesekali untuk meminta bantuan mengambilkan makanan. Kami juga hanya berbicara saat di tanya saja dan jika tidak kami memilih hanya diam saja.

Kenapa rasanya sangat canggung seperti ini? Rasanya aku harus mencarikan kekakuan ini..

Aku memikirkan itu dan saat kami kembali duduk di ruang tengah untuk berbincang-bincang lagi, aku meminta izin kepada kedua ornag tua kami untuk mengajak Pon berjalan-jalan ke halaman belakang rumah.

“Pho..Mae.. Bolehkah Sai mengajak Pon berjalan-jalan melihat-lihat halaman belakang rumah kita?”

“Iya.. Boleh.. Kalian tentu harus berbicara bersama-sama agar bisa lebih mengenal satu sama lain..”

Mae mengatakan itu dan tersenyum kepada Pon. 😊

“Ayo Pon.. Ikut Phi.. Kita akan berbicara dan melihat-lihat halaman belakang..”

“Baiklah Phi..”

Kami berdua lalu segera berjalan bersama-sama ke halaman belakang yang ada tempat duduk untuk saling berbicara.

---

Ruang Tengah

Sammy Pov

Saat mendengar Sailub mengatakan akan berbicara dengan Pon di halaman belakang, aku merasa senang karena itu artinya Sailub merasa tertarik dengan Pon, bukan?

Apakah rencana kami akan berhasil menjodohkan mereka berdua? Aku sangat ingin mempunyai menantu seperti Pon.. Apalagi dia adalah pria spesial yang bisa melahirkan.. Oh.. Aku benar-benar tidak sabar menimang cucu.. 😊

Aku memikirkan itu sambil tersenyum.

“Sammy apa yang kamu pikirkan?”

Aku mendengar suara Rin yang duduk di sebelahku memecah lamunanku.

“Ah.. Rin kamu mengagetkanku saja.. Aku sedang berpikir bahwa kita akan menjadi besan dan aku sangat senang sekali. Hal ini seperti janji kita 35 tahun yang lalu akan terwujud..”

“Hahah.. Kamu benar Sammy.. Tidak terasa ya, waktu cepat berlalu dan anak-anak kita sudah semakin besar. Kita juga semakin tua..”

“Huss.. siapa yang bilang kita sudah tua? Kita baru 45 tahun belum tua dan masih muda..”

Aku mengatakan itu dan melihat Rin tertawa. 😄

“Tetapi Mae.. Ingat kita tidak bisa memaksakan kehendak kita jika Sailub tidak menyukainya..”

Aku mendengar suara Yacht dan senyuman di wajahku segera menghilang. 😑

“Kata siapa Sailub tidak menyukai Pon? Buktinya dia ingin berbicara dengan Pon di halaman belakang rumah kita.. Bukankah Pho tahu kalau Sailub tidak suka maka dia akan segera pergi ke kamarnya lagi tanpa mau membuang-buang waktunya untuk berbicara dengan yang kita undang seperti sebelumnya..”

“Iya.. Mae benar.. Semoga saja kita benar-benar bisa menjadi besan ya Jay..”

“Iya Semoga..”

Setelah itu, kami lalu membicarakan masalah kesehatan, kehidupan kami sehari-hari dan masih banyak lagi.

---

Ini tampilan Pon dan Sailub saat pertama kali bertemu.

---

Halaman Belakang

Sailub Pov

Aku membawa Pon ke halaman belakang rumahku dan kemudian kami duduk di kursi yang ada di taman ini.

“Ayo.. duduklah Pon..”

“Iya Phi..”

Saat kami sudah duduk, aku tidak ingin berbasa basi lagi dan langsung berbicara kepadanya.

“Sebelum kita berbicara lebih jauh, bukankah lebih baik kita memperkenalkan diri secara lengkap dulu? Namaku Sailub Hemmawich, sekarang berusia 30 tahun dan merupakan CEO dari perusahaan Hemmawich.. Bagaimana denganmu?”

“Namaku Thanapon Aiemkhumchai dan bisanya di panggil Pon, aku sekarang berusia 25 tahun dan pekerjaanku adalah seorang artis di bawah naungan agensi Change 2561..”

“Baiklah.. Phi merasa sudah cukup perkenalannya. Lalu, Pon.. apakah kamu tahu maksud kedatangan Keluargamu ke rumahku?”

“Aku tahu.. Mereka ingin menjodohkan kita berdua.. benarkan Phi?”

“Iya kamu benar. Lalu kenapa mereka ingin menjodohkan kita berdua? Apakah kamu tidak merasa keberatan akan hal ini?”

“Hm.. Itu karena aku adalah male pregnant Phi..”

“Hah?! Apa?!”

Aku merasa sedikit terkejut dengan pengakuan Pon. 😨

“Iya.. Male pregnant.. Pria yang spesial dan mempunyai rahim untuk melahirkan seorang anak.. Makanya Mae dan Pho ingin segera menikahkan aku dengan salah satu kenalan mereka agar jika aku hamil, aku memiliki suami yang jelas. Phi pasti merasa terkejut dan juga jijik kepadaku bukan?”

“Hah?! Tidak.. Aku tidak merasa jijik kepadamu hanya merasa terkejut saja karena kondisimu benar-benar sangat jarang terjadi..”

“Oh.. Baguslah kalau seperti itu. Untuk pertanyaan Phi yang apakah aku merasa keberatan harus segera menikah di usiaku yang masih 25 tahun ini…”

Aku mendengar Pon sedikit menjeda kalimatnya dan sedikit menghela napas sambil menatap lurus ke depan kemudian melanjutkannya lagi.

“Kalau boleh jujur ya Phi.. Sebenarnya Pon tidak setuju dengan adanya perjodohan ini, tetapi.. kita sebagai anak satu-satunya di dalam Keluarga ini dan dengan kondisiku yang seperti ini, maka mau tidak mau.. suka atau tidak suka aku harus menuruti perkataan orang tuaku bukan? Mereka juga pasti sudah memikirkan yang terbaik untuk kita.. Meskipun aku tidak pernah merasa cocok dengan pilihan mereka dan merasa lelah seperti ini terus. Phi adalah orang pertama yang mengajak aku berbicara seperti ini..”

Aku melihat Pon mengatakan itu dan tersenyum kecut di bibirnya saat melihatku. 🙂

Oh.. Kenapa hatiku terasa sakit saat melihat tatapan matanya yang seakan-akan dia akan menangis. 🙁

“Benarkah aku adalah orang pertama yang mengajak kamu berbicara seperti ini? Sebelumnya tidak ada yang pernah mengajak kamu berbicara?”

“Sebenarnya ada Phi.. Tetapi aku selalu menolaknya..”

“Lalu kenapa sekarang kamu ingin datang kesini dan berbicara denganku?”

“Entahlah.. Mungkin aku melihat Keluarga Phi sangat baik dan sangat dekat juga dengan Keluargaku, makanya aku ingin mencobanya. Aku lelah dengan semua ini.. Siapa tahu Phi adalah orang yang tepat seperti perkataan kedua orang tuaku. Lalu Bagaimana dengan Phi?”

“Hm.. Aku?”

“Iya.. Bagaimana pendapat Phi tentang semua ini? Apakah Phi merasa keberatan? Apakah kita harus meneruskan semua ini atau langsung menyudahinya saja?”

“Hm.. Aku juga merasakan hal yang sama denganmu, aku merasa bosan juga selalu di jodohkan oleh kedua orang tuaku. Aku merasa keberatan karena aku sudah memiliki orang yang aku cintai..”

“Oh.. Lalu kenapa Phi tidak menikah saja dengan orang itu?”

Aku bisa merasakan nada kesedihan dari suara Pon.

“Mae tidak menyetujui hubungan kami dan Mae mengatakan bahwa orang itu bukan yang terbaik untukku. Apakah kamu sudah mempunyai pacar atau orang yang kamu sukai Pon?”

“Oh.. Tidak ada, aku tidak mempunyai pacar atau orang yang aku sukai. Aku belum menemukan orang yang bisa menggetarkan hatiku sampai saat ini meskipun banyak orang yang menginginkan aku.. Lalu apakah kita akan meneruskan ini semua? Bagaimana dengan orang yang Phi sukai?”

“Entahlah.. Phi juga merasa bingung. Tetapi jika Phi menolak maka Phi akan di jodohkan dengan orang lain lagi.. Phi juga merasa lelah..”

“Jadi sekarang apa yang harus kita lakukan Phi?”

Setelah mendengar pertanyaan Pon, kami lalu terdiam selama beberapa saat sebelum aku kembali memecah keheningan.

“Bagaimana kalau kita coba menjalani ini selama selama 3 bulan dulu untuk melihat apakah kita cocok atau tidak.. Lalu baru memutuskan apakah kita akan menikah atau tidak. Bagaimana menurutmu?”

“Aku tidak masalah karena aku tidak memiliki orang yang aku cintai.. Lalu bagaimana denganmu? Bukankah Phi mengatakan sudah mempunyai orang yang Phi cintai?”

“Untuk urusan itu.. kamu tidak perlu memikirkannya. Biarkan Phi yang urus, bagaimana?”

“Okelah kalau begitu. Tidak ada salahnya juga mencoba berkencan..”

“Kalau begitu bolehkan Phi meminta nomor ponselmu agar kita lebih mudah berhubungan..”

“Iya boleh Phi..”

Kami lalu segera bertukar nomor ponsel dan meng-add sosial media masing-masing.

“Kalau begitu ayo kita kembali ke ruang tengah. Phi rasa yang harus kita omongin sudah cukup untuk saat ini..”

“Ok..”

Aku dan Pon segera berdiri, lalu kembali berjalan ke ruang tengah untuk menemui kedua orang tua kami.

---

Ruang Tengah

Pon Pov

Setelah berbicara beberapa saat dengan P’Sai, aku dan dia kembali ke ruang tengah. Saat kami kembali Mom Sammy langsung bertanya kepada kami berdua.

“Sai.. Pon.. Bagaimana pembicaraan kalian? Apa yang kalian bicarakan?”

Saat mendengar Mom Sammy bertanya, aku segera menatap P’Sai. 🙄

“Pembicaraan yang kami bicarakan biasa saja. Pon sangat enak untuk di ajak berbicara dan berdiskusi. Sai suka berbicara dengan Pon..”

P’Sai mengatakan itu dan kemudian Mae bertanya kepadaku.

“Bagaimana denganmu Luk? Apa pendapatmu tentang Sailub?”

“Hm.. Menurut Pon, P’Sai juga enak diajak berbicara dan kami bisa berbicara apa saja..”

Aku mengatakan itu sambil tersenyum. 😊

“Baguslah kalau kalian sudah saling terbuka satu sama lain. Bagaimana kalau kalian segera menikah saja?”

Aku mendengar Mom Sammy mengatakan itu dengan suara gembira dan menatap kami berdua.

“Hah?!”

Aku merasa terkejut saat mendengar perkataan kedua orang tua kami, tetapi aku merasakan lengan P’Sai di pundakku.

“Hm.. Aku merasa bahwa aku dan Pon masih harus saling mengenal dulu.. Kami tidak bisa langsung menikah dalam sekali bertemu saja, benarkan Pon?”

“Iya.. P’Sai benar.. Kami membutuhkan waktu untuk saling mengenal dulu baru bisa menikah.. Pon juga tidak mau langsung menikah dengan orang yang baru Pon kenal selama beberapa jam saja..”

“Hm.. Lalu kalian ingin seperti apa? Bertunangan dulu bagaimana?”

Mom Sammy berkata lagi sambil menatap kami berdua.

“Mae.. tolong berikan kami waktu 3 bulan untuk saling memahami satu sama lain dulu. Nanti kita akan membicarakan hal ini lagi..”

“Iya benar Mom.. Tolong beri waktu P’Sai dan Pon waktu untuk saling mengenal dulu..”

Aku menatap mata ke dua orang tua kami dengan mata Puppy eyes. 🥺

“Baiklah.. Kami akan memberikan waktu kalian 3 bulan dan manfaatkan waktu itu sebaik-baiknya untuk saling mengenal..”

Mom Sammy mengatakan itu dan melihat kedua orang tua kami menganggukan kepala mereka tanda mereka setuju dengan perkataan kami.

Setelah itu kami lanjut saling mengenal satu sama lain sampai tiba saatnya kedua orang tuaku berpamitan kepada Mom dan Dad dan mengatakan akan sering datang berkunjung ke rumah ini.

TBC

Vote and comment 😊🙏

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro