Bab 1
Ruang Makan Rumah Pon
Pon Pov
“Pon.. Besok Sabtu kamu harus ikut Mae untuk bertemu dengan Keluarga Hemmawich dan Mae tidak menerima alasan apapun darimu atau Mae akan menyita mobilmu. Kamu mengerti?!”
Saat aku sedang sarapan di atas meja makan, aku mendengar Mae mengatakan itu kepadaku dan bila Mae sudah mengatakan dengan nada mengancam artinya aku tidak bisa membantah.
“Iya Mae.. Aku sudah selesai sarapan.. Pon pergi dulu..”
"Setiap Mae berbicara kamu selalu saja segera pergi.. Kamu mau pergi kemana? Bukankah hari ini kamu tidak ada jadwal apapun?"
"Pergi menemui Benz.. Mungkin akan jalan-jalan sampai malam.."
Sebenarnya aku tidak memiliki janji dengan Benz dan aku juga tidak tahu apakah dia libur hari ini atau tidak.. Tetapi hanya nama Benz saja yang bisa aku gunakan untuk menghindari ocehan Mae.. Maaf kan aku Benz.. 🙏
Aku mengatakan itu di dalam hatiku dan segera berdiri dari kursi yang aku duduki, lalu segera mengambil tasku serta kunci mobilku untuk segera keluar dari rumah karena bila aku terus berada di rumah maka Mae tidak akan berhenti meminta aku untuk menikah. 😑
“Hati-hati di jalan Pon.. Jangan ngebut-ngebut dan ingat perkataan Mae..”
“Khrap Mae..”
Bruk!
Aku segera menutup pintu rumah dan berjalan ke garasi mobil.
---
Mobil Pon
Pon Pov
Bruk!
Huf.. Kenapa Mae selalu saja merusak hari liburanku dengan mengatakan ingin menjodohkanku dengan para koleganya. Aku benar-benar sudah bosan dan muak dengan semua ini. 😑
Semoga saja ini adalah yang terakhir kali dan sesuai dengan kriteriaku.
Brumm..
Aku menyalakan mobilku dan memanaskannya sebentar sebelum mengarahkan mobilku ke luar garasi rumahku dan pergi restoran langganku karena aku masih merasa lapar.
Saat aku sedang mengendarai mobilku, aku mendengar suara ponselku berbunyi.
Aizz.. siapa lagi yang ingin mengganguku? Apakah Mae lagi?
Aku melihat ponselku dan ternyata itu adalah Benz. Aku segera mengangkatnya dengan menggunakan speaker yang tersambung di mobilku.
“Hallo my besti Ponnie ah.. Kamu ada dimana sekarang?”
“Aizz.. Sudah ku katakan berhentilah memanggilku dengan sebutan yang menjijikan itu Benz.. Kenapa kamu menanyakan aku dimana? Ada urusan apa? Aku sedang menyetir saat ini..”
“Ouih.. Galak sekali.. Kamu mau pergi kemana? Bukankah hari ini kamu libur? Apa ada yang membuatmu marah?"
Yeah.. Benz sudah hafal dengan sikapku dan dia juga tahu jadwalku karena kami bekerja di agensi yang sama.
"Aku mau makan di restoran Wabi Sabi.. Iya sedang libur sekarang.. Biasalah siapa lagi selain Mae yang ingin menjodohkanku lagi.. Apakah kamu libur? Mau menemaniku?"
"Iya.. Aku sedang libur.. Ok.. kita bertemu di restoran ya.."
"Iya.. Oh ya.. Jangan ajak pacarmu karena aku sedang merasa muak.."
"Hahah.. Tenang saja, Garfield sedang tugas ke luar kota selama dua hari makanya aku meneleponmu dan ingin menganggumu.."
"Dasar kampret!! Kamu kira aku ban serep mobil apa? Jika tidak ada Garfield maka kamu ingat padaku dan jika ada Garfield kamu bahkan tidak ingat padaku sama sekali.."
"Hahaha.. Makanya cepatlah mencari kekasih supaya kamu tidak merasa kesepian.."
"Aizz.. Sudahlah.. Aku mau fokus menyetir dulu.. Sampai ketemu.."
"Ok.. Hati-hati menyetirnya.."
Setelah itu Benz memutuskan sambungan telepon kami.
Yeah.. Aku dan Benz adalah sahabat sejak sebelum kami sama-sama bekerja sebagai aktor di agensi Change 2561.
Ah.. Sepertinya aku lupa memperkenalkan diriku.. 😅
Aku adalah Thanapon Aiemkhumchai dan kalian bisa memangilku Pon. Aku baru berusia 25 tahun dan entah mengapa kedua orang tuaku sudah mendesak aku untuk segera menikah, bahkan berkali-kali mereka berusaha menjodohkan aku dengan kolega mereka. Baik itu pria atau wanita.. Hal ini karena di Thailand sudah melegalkan pernikahan sesama jenis jadi orang tuaku tidak peduli siapa jodohku asalkan aku menikah cepat. 🙁
Padalah aku masih belum ingin menikah dan masih ingin mengejar impianku. Tetapi.. karena aku anak satu-satunya di dalam Keluarga Aiemkhumchai makanya aku tidak bisa menentang keinginan orang tuaku meskipun aku tidak menyukainya.
Tidak membutuhkan waktu lama aku sudah sampai di restoran Wabi Sabi. Aku segera memarkirkan mobilku dan turun dari lalu berjalan masuk ke dalam restoran itu.
---
Restoran Wabi Sabi
Pon Pov
Cling!
Aku membuka pintu restoran itu dan melihat restoran ini masih cukup sepi karena ini masih jam 8 pagi.
“Selamat datang di restoran Wabi Sabi.. Apakah Khun ingin makan disini atau ingin dibawa pulang?”
Aku mendengar suara pelayan yang menyambutku dari depan kasir.
“Aku ingin makan disini.. Aku pesan spaghetti BBQ dan ice cappuccino. Lalu untuk dessert cake coklat serta ice cream stoberi, mint dan choco di mix ya di taruh di atas waffle.. Oh ya.. untuk dessert tolong siapkan jika aku memintanya jangan langsung di buat..”
“Baiklah Khun.. Apakah ada yang lain?”
“Tidak untuk sementara itu saja dan jika aku ingin menambah akan aku beri tahu..”
“Baiklah.. Total makanan Khun semuanya 50 bath.. Cash atau..”
“Aku gesek saja..”
“Silakan sebelah sini Khun..”
Aku segera membayar makananku dengan menggunakan kartuku.
“Silakan menunggu pesanan anda dan ini no anda..”
“Iya terima kasih..”
Aku mengambil no itu dan segera berjalan untuk mencari tempat duduk. Aku duduk di sofa yang menghadap ke arah luar jendela.
Sambil menunggu pesananku dan Benz datang, aku memperhatikan sekelilingku yang ada di luar jendela dan sesekali bermain ponselku. Sekitar 10 menit kemudian..
Cling!
Aku mendengar pintu restoran ini berbunyi lagi dan mendengar suara langkah kaki mendekatiku. Aku segera mendongakkan kepalaku.
“Hei Pon.. Apakah kamu sudah memesan makanan?”
“Hm.. Sudah.. Kamu pesanlah apa yang kamu mau..”
“Baiklah.. Tunggu sebentar ya..”
“Hm..”
Aku hanya bergumam dan melihat Benz kembali berjalan ke arah kasir untuk memesan makanannya.
Iya.. orang yang menyapaku adalah Benz yang merupakan sahabatku dan usia dia berbeda 2 tahun dariku. Benz sudah memiliki pacar yang bernama Garfield mereka sudah berpacaran selama 1 tahun. Terkadang.. melihat mereka bermesaraan di depanku membuatku merasa iri. 😅
Tidak lama.. Benz kembali menghampiriku dan duduk di depanku.
"Ayo ceritakan kepadaku apa yang Mae-mu katakan sampai kamu merasa bad mood seperti ini.."
Benz duduk dan segera bertanya kepadaku.
"Hm.. Mae meminta aku menemaninya Sabtu besok menemui Keluarga Hemmawich dan jika aku tidak mau maka mobilku akan disita.."
"Hahha.. Kamu seperti anak kecil saja masih diancam oleh Mae-mu.."
"Iya makanya itu, aku sebel dan harus menuruti perkataannya untuk mungkin ini yang ke 100 x.. Mae sangat suka menjodohkanku kepada para koleganya.. Bayangkan saja Benz.. Aku masih berusia 25 tahun dan Mae ingin aku segera menikah!! Aku masih ingin menikmati masa mudaku.."
Aku mengatakan itu kepada Benz sambil menggusak rambutku hingga berantakkan.
"Hm.. Mungkin Mae-mu mempunyai alasan sendiri untuk itu. Tadi siapa yang ingin di jodohkan olehmu? Kok sepertinya aku sering mendengar nama itu.."
"Hemmawich.. Memang nama itu terkenal? Kenapa aku tidak tahu?"
"Kamu tidak akan tahu karena kamu hanya tahu boyband korea dan tergila-gila dengan Joong Kook dan tidak perduli dengan keadaan sekitarmu.."
"Hahah.. kamu tahu saja.."
“Keluarga Hemmawich.. Sepertinya nama Keluarga itu tidak asing di telingaku..”
“Benarkah? Kalau begitu carikan aku informasi tentang hal itu.. Heheh.."
"Selalu saja aku yang harus mencari infromasinya kebiasaan.."
Aku hanya bisa tersenyum dan memperhatikan Benz yang segera mengeluarkan ponselnya. Aku melihat dia mengetikkan sesuatu di ponselnya itu.
Sambil menunggu Benz mencari infromasi tentang Keluarga Hemmawich, aku kembali memandang sekelilingku dan melihat ke arah luar jendela.
"Permisi Khun.. Ini pesanan anda.. Silakan menikmati, kalau ingin tambahan silakan memanggil kami.."
Pelayan restoran ini meletakan makanan yang aku dan Benz pesan dengan hati-hati di depan kami. Aku hanya bisa tersenyum. 😊
"Iya Terima kasih.."
Setelah semua makanan ada di atas meja, pelayan itu segera meninggalkan kami.
Aku melihat Benz masih sibuk dengan ponselnya. Bahkan dia mengabaikan makanan yang dia pesan. Aku tidak tahu apakah dia sedang mencari infromasi tentang Keluarga Hemmawich atau berbicara dengan pacarnya. 🙄
"Benz.. Ayo letakkan dulu ponselmu.. Makanan kita sudah datang kalau kamu terus bermain ponsel, makanan ini keburu tidak enak.."
Aku mengatakan itu sambil menepuk tangan Benz ringan.
"Ah.. iya.. Mari kita makan.."
Benz segera meletakan ponselnya dan mulai mengambil sendok serta garpu bersiap-siap untuk makan.
"Apakah kamu sudah mendapatkan informasinya?"
Aku bertanya sambil makan dengan perlahan.
"Hm.. Baru sedikit, nanti setelah makan aku akan mencari lagi informasinya.."
"Ow.. Lalu sehabis makan kamu ingin pergi kemana?"
"Entahlah.. Bagaimana denganmu?"
"Hm.. Bagaimana kalau kita ke apartmentmu saja? Aku sebenarnya saat libur seperti ini hanya ingin tidur hehe.."
"Ok.."
“Apakah hari ini Garfield ada pekerjaan dan sangat sibuk?”
“Hm.. Iya.. Hari ini dia harus pergi bekerja di luar kota selama dua hari karena ada seminar makanya aku merasa kesepian dan datang untuk menganggumu hehe..”
“Aizz.. kamu ini kebiasaan.. Bagaimana kalau Garfield cemburu kepadaku?”
“Tidak.. Dia tidak cemburu kepadamu karena dia tahu kamu hanya sahabat yang aku cintai dan tidak bisa lebih dari itu..”
“Ouh.. Aku tersentuh di sebut sahabat yang kamu cintai.. Hahaha..”
“Kamu mau aku cium untuk membuktikannya?”
“Tidak.. Tidak.. Ayo cepat makan..”
Aku dan Benz kembali melanjutkan makan kami dengan sesekali bercanda. Kami jarang-jarang bisa mendapatkan hari libur yang sama meskipun kami berada di satu agensi. Jadi hari ini kami nikmati benar-benar. 😊
“Ah.. Kenyangnya..”
Aku mengatakan itu dan menepuk-nepuk perutku.
"Bagaimana kamu tidak keyang!! Kamu menghabiskan semua makanan yang kita pesan belum lagi dengan dessert yang super besar dan manis itu. Pasti kamu sebentar lagi akan tidur.."
"Heheh.. Kamu tahu saja.. Kalau moodku tidak bagus memang bagus makan banyak dan manis.."
"Iya.. Iya.. Ayo kita pergi dari sini dan ke apartmentku.. Aku tidak ingin menggedongmu karena kamu tertidur disini.."
“Yeah.. Ayo kita pergi sekarang..”
Aku dan Benz segera keluar dari restoran Wabi Sabi.
---
Di Luar Restoran Wabi Sabi
Pon Pov
Saat kami berada di luar restoran, aku lalu melihat sekelilingku karena di lapangan parkir ini hanya ada mobilku dan aku tidak melihat mobil Benz.
“Huh?! Dimana mobilmu Benz? Apakah kamu tidak membawa mobil hari ini?”
“Tidak.. Mobilku sedang ada di bengkel dan tadi aku naik Grab.. Jadi serahkan kunci mobilmu biarkan aku yang menyetir karena aku masih ingin tetap hidup..”
“Aizz.. kamu kira aku akan tertidur saat sedang menyetir?”
“Yeah.. Terlihat seperti itu dari matamu haha..”
“Baiklah.. Ini.. Kamu saja yang menyetir dan aku akan tidur selama perjalan ke apartmentmu..”
“Baiklah my Prince..”
Lalu kami segera naik ke dalam mobilku dengan Benz yang menyetir mobilku.
Saat kami meninggalkan restoran aku melihat sudah jam 10-an.
---
Apartment Benz
Benz Pov
Saat ini aku dan Pon sudah sampai di parkiran apartmentku. Selama perjalan kami ke apartmentku, benar saja Pon tertidur dengan pulasnya meninggalkan aku menyetir sendirian. 😅
“Pon.. Hei Pon.. Ayo bangun.. Kita sudah sampai atau kamu ingin tidur disini dan aku tinggal sendirian..”
Aku menggoyangkan tubuh Pon dengan keras agar dia terbangun.
“Ugh.. Hoam.. Apakah kita sudah sampai?”
“Hm.. Sudah sampai, kamu mau bangun dan ikut aku naik ke apartmentku atau tidur di mobil?”
“Ikut ke apartmentmu..”
“Makanya.. Ayo bangun dan keluar dari mobil.. Cepat..”
“Iya..”
Aku melihat Pon menggeliatkan badannya sedikit sebelum dia membuka pintu mobil dan kemudian mengikutiku.
“Ini kunci mobilmu..”
Aku menyerahkan kunci mobil Pon saat kami berjalan ke arah lift apartmentku. Pon segera mengambil kunci mobilnya dan memasukkannya ke dalam tasnya.
---
Kamar Apartment Benz
Pon Pov
Tring!
Aku melihat Benz memasukkan kata sandi dan tidak berapa lama pintu apartmentnya terbuka.
“Silakan masuk my Price.. Maaf kalau apartmentku sedikit berantakkan karena istriku sedang pergi tugas keluar kota..”
“Hahah.. Kenapa kamu seperti ini? Santai saja..”
Aku lalu masuk ke dalam apartmentnya mengikuti Benz. Aku segera duduk di atas sofa dan segera menyalakan TV.
“Kamu ingin minum apa?”
“Hm.. Air dingin saja sudah cukup..”
Aku mengatakan itu dan kembali fokus ke TV.
“Ini air mu..”
“Terima kasih..”
“Oh.. Tentang Keluarga Hemmawich aku sudah mendapatkan informasinya tadi..”
“Informasi apa yang kamu dapat?”
Aku bertanya dengan sikap acuh tak acuh sambil terus menatap acara musik di TV.
“Mereka mempunyai seorang anak laki-laki dan sangat tampan. Keluarga Hemmawich sangat kaya dan memiliki banyak bisnis di Thailand. Anak mereka berumur 30 tahun dan aku mendengar bahwa anak mereka selalu bersikap dingin dan pendiam..”
“Oh.. Siapa namanya dan apakah dia sudah mempunyai pacar? Jika sudah mempunyai pacar maka aku bisa langsung menolaknya..”
“Namanya Sailub Hemmawich dan soal pacar.. entahlah aku tidak tahu karena informasi tentang dia benar-benar sangat sedikit..”
“Oh..”
Aku hanya bisa mengatakan itu dan kembali menatap TV. 🙁
Puk!
“Jangan terlalu cemas.. Apakah kamu ingin melihat photonya?”
“Tidak.. Lebih baik nanti saja..”
“Hahah.. Kenapa?”
“Entahalah.. Aku hanya tidak ingin menilai seseorang sebelum aku bertemu langsung dengan orang itu..”
“Iya.. aku tahu.. Jadi santai saja, siapa tahu dia benar-benar jodohmu..”
Aku hanya menganggukkan kepalaku dan tidak bisa berkata apapun lagi.
TBC
Vote and comment 🙏😊
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro