Bab 7 :: Not (A) Hypomania
Mulmed : Keenan Rafardhan
*****
"Jadi, gimana perasaan lo ke gue? Apa lo mau jadi pacar gue?"
Athaly terlihat menimbang sesaat. Mungkin dengan gue nerima Regan dan pacaran sama dia, gue bakal bisa ngelupain Fathan. Toh Fathan juga udah jelas-jelas suka sama Alsha dan sampe kapan pun Fathan gak akan pernah melirik gue.
Mungkin ini saat yang tepat buat mencoba move dari Fathan. Lagian buat apa gue ngelanjutin penantian gue yang sepertinya tak berujung gini? Udah tiga tahun gue suka sama Fathan dan gue malah kayak orang lari ditempat, ga ada kemajuan sama sekali. Huft, semoga ini jadi keputusan yang tepat.
"Iya, gue mau." Athaly menjawab dengan mantap.
"CIEEEEEEEE~" dan sorakan penonton kembali terdengar.
It hurts so much. Not to have you by my side. Not to be around you. Not to be with you. You're the pain that I won't give up. Gumam seorang siswa yang tengah menatap intens kearah lapangan dari koridor lantai empat.
*****
Alsha berlari menuju kelas XII MIA 3 setelah mendengar jawaban yang diberikan saudara kembarnya pada Regan.
"ALSHA IIIIH! Kok main lari ajaaaa?! Gue nya malah ditinggal. Ckck." cerocos Anaya sambil mencoba mendekati Alsha yang kini sedang duduk dengan kepala yang terbenam diantara lipatan tangannya.
"Sha?"
Alsha masih tak bergeming.
"Sha? Jangan bilang lo pingsan lagi?!" Terdengar nada panik diucapan Anaya.
"Sha, pleasee? Lo jangan bikin gue panik gini dooong!"
Alsha tak ingin membuat Anaya panik karena bisa gawat nanti, semua barang yang berada disekitarnya bisa berubah menjadi serpihan partikel-partikel jika Anaya sudah panik. Berlebihan memang. Tapi kepanikan Anaya bisa membuat dirinya betingkah bodoh dan kemudian merusak segala sesutau yang berada didekatnya. Maka daripada itu, Alsha mendongakkan kepalanya. Matanya sembab dan hidungnya memerah.
"Alsha, lo nangis?Ada apa sih? Cerita sama gue."
"Aku hiks aku sedih ... Huaaaaaa." Tangisnya pecah saat itu juga.
Anaya memeluk sahabatnya dan menepuk-nepuk punggung Alsha untuk meredakan tangisnya. Alsha jarang menangis bahkan mungkin Anaya tidak pernah melihat Alsha menangis sebelumnya. Entah karena Alsha yang memang tak pernah bersedih atau Alsha yang terlalu hebat dalam menyembunyikan kesedihannya selama ini.
"Udah-udah. jangan nangis lagi ya nanti cantiknya ilang lhooo," bujuk Anaya.
Kriiiiiet.
Tiba-tiba pintu kelas MIA 3 terbuka dan masuklah sesosok Keenan Rafardhan dengan tampang yang super kusut. Ia bisa diibaratkan seperti rumah yang habis terkena bencana alam yang maha dahsyat, begitu berantakan. Keenan kemudian duduk didepan bangku yang ditempati Alsha dan Anaya.
"Dia kenapa?" tanya Keenan yang bingung melihat punggung Alsha yang bergetar dipelukan Anaya.
Anaya hanya mengangkat bahu.
Mendengar suara Keenan, Alsha melepas pelukannya. Ia melihat ke arah Keenan, masih dengan mata sembab nya.
Refleks, Keenan merogoh saku celananya dan mengambil ponsel pintar miliknya. Ia mengarahkan kamera ponselnya untuk memfoto Alsha. Anggap saja Keenan memang sedang aneh.
"IH KEENAN NGAPAIN SIH?! GATAU ORANG LAGI SEDIH APA?!" hardik Alsha yang kini berkacak pinggang dihadapan Keenan.
Tawa Keenan menyembur. "AHAHAHAHAHA abisnya muka lo aib banget ahahaha! Liat tuh mata lo! Bibir lo juga jadi bengkak gitu ahahahahah!"
"Idung lo juga merah banget udah kayak apaan tau ahahahahah! Jelek banget lo BHAHAHAHA," Keenan terpingkal-pingkal.
Anaya menghadiahi Keenan tatapan apaan-banget-sih-lo-dasar-freak. Tawa Keenan malah semakin menjadi-jadi.
"Keenan ih! NYEBELIN MAKSIMAL!" cecar Alsha. Tangisnya sudah berhenti dan malah bertransformasi menjadi amukan.
"Tapi Sha, sumpah tadi muka lo jelek banget. Ga boong deh ahahaha." Keenan kembali bersuara.
"Iya emang aku jelek. Kalo aku cantik pasti Regan udah nembak aku dan bukannya malah nembak Thaly," Ups, Alsha baru saja terpancing.
Anaya dan Keenan saling bertukar pandang dan ... "LO SUKA SAMA REGAN?!" ucap mereka berdua secara bersamaan.
Sontak Alsha melototkan matanya dan mencoba menutupi mulutnya dengan kedua tangannya. Aduh aku keceplosan. Selama ini kan gak ada yang tau kalo aku suka sama Regan, bahkan Anaya sekalipun. Stupid me. Alsha menghujat dirinya sendiri didalam hati.
Anaya memicingkan matanya ke Alsha seolah mengatakan gue-yakin-banget-kalo-gue-ga-salah-denger-dan-lo-suka-sama-Regan. Keenan menyeringai seraya menaik turunkan alisnya seolah berkata ciee-keceplosan-ya.
Alsha harus melarikan diri dari situasi ini. Ia bangkit dari tempatnya duduk dan berlari meninggalkan Keenan dan Anaya. Disusul dengan teriakan "AKU MAU KE TOILET DULU! DADAAAAH!"
Selamat untuk Keenan karena sudah berhasil membuat Alsha berhenti menangis. Bonus, mengetahui fakta baru yang selama ini disimpan rapat oleh Alsha.
*****
Athaly Radinka : Alshaaaa, hari ini gue gabisa pulang bareng. Gue mau jalan
Sedetik kemudian Alsha me-read Line dari saudara kembarnya. Entah karena ikatan batin anak kembar atau apa, Alsha sangat yakin bahwa Athaly pasti akan jalan (read : kencan) bersama Regan. Mengingat mereka kini adalah sepasang kekasih. Mungkin ini adalah kencan pertama mereka setelah mereka berganti status.
Alshary Radinka : iya gapapa kok, Thal. Kamu pasti mau jalan sama Regan ya? Ohiya congratsnya buat pacar barunya. Akhirnya kamu melepas masa kejombloan kamu yaa XD
Athaly Radinka : Kok lo tau sih? Ah makasih ya Alsha *kisskiss* gue jadi malu nih hehe
Ada sesuatu yang bergemuruh didalam hati Alsha. Sungguh sesak rasanya. Pada akhirnya orang yang ia sukai tidak berakhir dengan dirinya. Because some people come into your life just to teach you how to let go.
Tapi Alsha sudah membulatkan keputusan, ia akan berhenti menyukai Regan dan merelakan Regan sepenuhnya untuk saudara kembarnya. Meskipun mungkin ia akan membutuhkan waktu yang lama dan perlu perjuangan ekstra mengingat Regan selalu muncul dihadapannya, diperparah pula dengan fakta bahwa Regan adalah teman sekelasnya. Menyakitkan memang, tapi Alsha yakin perlahan usahanya akan sukses.
Mulai detik ini mungkin hidup Alsha akan terasa lebih berat. Tapi tenang, Tuhan pasti akan mengulurkan tangan-Nya untuk membantu Alsha melewati ini. Tuhan pasti akan mengirim bala bantuan.
*****
Derap langkah kaki Fathan bergerak mengikuti langkah orang didepannya. Sesekali mereka bercakap, mereka sedang dalam perjalanan menuju kelas seberang.
"Lo yakin?"
"Gue yakin banget."
"Kalo ternyata bukan Alsha gimana?"
"Yaudah berarti gue harus berpetualang lagi," jawab Kenzo sekenanya.
Sesampainya dikoridor kelas IPA, ia melihat Alsha yang sedang duduk termangu disebuah bangku panjang didepan kelas XII MIA 3. Kenzo bergerak mendekati Alsha, diikuti Fathan dibelakangnya.
"Alsha?"
Si empunya nama menoleh namun perhatiannya malah jatuh pada orang yang berada dibelakang Kenzo. Saat mata Alsha dan Fathan bertemu entah mengapa raut wajah Fathan berubah masam seketika.
"Guys, back to earth." Ucap Kenzo yang merasa risih dengan atmosfer canggung yang bertebaran diantara mereka bertiga.
"Eh? Apa?" Alsha mengerjap beberapa kali.
Kenzo berdehem, "Gue mau ngomong. Serius."
"Apa?"
"Lo, umm ... Apa pas lo kecil lo pernah berusaha menghibur bocah laki-laki yang duduk dibawah pohon Akasia sambil nangis karena orang tua nya meninggal?"
"Menghibur? Bocah laki-laki? Akasia? Aku gak ngerti sama omongan kamu,"
"Jadi, ternyata bukan lo ya. Padahal gue udah yakin banget kalo anak kecil yang menghibur gue itu adalah lo."
Alsha kembali menaikkan sebelah alisnya. Tak paham dengan yang baru saja diucapkan oleh orang dihadapannya. Tapi sepersekian detik setelah berhasil mencerna ucapan Kenzo, ada sekelebat memori yang melintas di kepala Alsha. Ia teringat akan sesuatu.
Kenzo sudah berdiri dan hendak pergi namun pergerakannya terhenti karena ada tangan yang tiba-tiba menarik ujung seragamnya. Kenzo menoleh ke belakang.
"Aku inget sesuatu. Aku tau sekarang,"
"Apa?"
"Aku tau maksud ucapan kamu tadi. Aku tau siapa orang yang kamu maksud,"
"Siapa?"
"Orang itu.. Orang yang kamu maksud itu.."
*****
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro