Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 20 :: Hangat



*****

"Sha, lo jadinya pulang sama siapa?" tanya Keeyara.

"Aku nggak tau. Tapi mungkin sama Fathan. Kalo sama Athaly kan nggak mungkin karena hari ini Athaly ada rapat OSIS."

"Tapi tumben pacar lo ga nyamper duluan."

Alsha terlihat berpikir sejenak. "Iya, bener juga. Kali ini aku aja kali ya yang nyamperin dia."

"Kelas IPS kayaknya udah sepi deh, Sha. Tadi pas gue ke toilet aja gue liat kelas IPS udah sepi banget."

"Terus aku gimana dong?"

"Bareng gue aja, gue bawa motor kok. Ada di parkiran."

"Yaudah ayo. Makasih ya, Key."

"Sip, sama-sama."

Alsha dan Keeyara berjalan menuju lapangan parkir SMA Wijaya. Suatu kebetulan ternyata disana juga ada Fathan. Fathan bersama Regan, mereka terlihat sedang membicarakan hal yang serius.

"Sha, tuh Fathan!" ucap Keeyara sambil menunjuk ke arah Fathan dan Regan.

"Mereka ngapain ya?" gumam Alsha.

"Samperin yuk."

Dan mereka berdua pun mendekat ke arah Fathan dan Regan. Alsha dan Keeyara diam-diam menguping pembicaraan Regan dan Fathan dari balik mobil yang terparkir di dekat mereka.

"Berarti emang bener kalo Anaya itu adik tiri lo. Tapi kenapa kalian kompak buat nyembunyiin hal ini?" ucap Regan pada Fathan.

"Bukan urusan lo." jawab Fathan.

Terdapat jeda beberapa lama.

"Alsha udah tau?" tanya Regan.

"Sekali lagi. Bukan urusan lo."


Fathan dan Anaya saudara tiri? Kenapa selama ini aku nggak tau? Kenapa selama ini Fathan dan Anaya nggak pernah cerita? Kenapa mereka nyembunyiin hal itu dari semua orang, termasuk aku? Padahal aku kan pacarnya Fathan dan aku juga sahabatnya Anaya. Apa mereka nggak bisa percaya sama aku? Begitu banyak pertanyaan di benak Alsha.

"Udah yuk ngupingnya. Aku mau pulang. Eh aku jalan kaki aja, biasanya juga jalan kaki kok." Ucap Alsha lirih.

"Se-serius? Lo gapapa kan, Sha?" ada nada khawatir di ucapan Keeyara.

"Iya aku gapapa kok. Ohiya, tolong rahasiain yang kita denger barusan ya, Key."

Keeyara menjawab hanya dengan anggukan kepala. Kemudian Alsha pergi begitu saja.

*****

Sepertinya udah cukup lama Alsha berjalan namun belum juga sampai di rumahnya.

Biiiip.

Alsha menoleh dan mendapati mobil Fathan dibelakangnya. Si empunya mobil keluar dan menghampiri Alsha.

"Ayo masuk, biar aku anter pulang. Maaf ya tadi aku nggak ngabarin kamu kalo aku ada urusan."

Alsha hanya diam dan langsung masuk ke dalam mobil Fathan. Kemudian Fathan melajukan mobilnya menuju rumah Alsha.

"Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Fathan yang khawatir karena sedari tadi Alsha hanya diam.

"Harusnya aku yang tanya. Kamu ada masalah apa sama Regan dan Anaya? Kenapa kamu nggak pernah cerita ke aku kalo kamu dan Anaya itu saudara tiri? Kenapa juga Anaya nggak pernah cerita? Sebenernya ada apa diantara kalian? Apa cuma aku yang nggak tau apa-apa?" Tanya Alsha bertubi-tubi.

Berarti tadi Alsha denger percakapan gue dan Regan? Ah, sial. Batin Fathan.

"Sha, aku bisa jelasin semuanya."

Mata Alsha mulai digenangi air mata yang siap meluncur kapanpun.

"Yang di lapangan tadi kayaknya udah jelas. Banget."

"Sha, denger dulu dong."

Fathan menghentikan mobilnya dan menepi.

"Denger apa lagi sih?"

"Maafin aku. Maaf selama ini aku nggak pernah cerita sama kamu. Maaf...."

"Aku tau aku konyol, aneh, bodoh, tapi aku bisa janjiin satu hal sama kamu, kamu bisa percaya sama aku. Tapi kenapa...."

"Aku percaya sama kamu. Tapi untuk masalah aku dan Anaya... itu beda lagi."

"Yaudah terserah."

"Oke aku jelasin semuanya."

Fathan menarik napas panjang kemudian menghembuskannya.

"Anaya itu udah suka sama aku sejak SMP. Jadi, dulu kita deket, sahabatan mungkin. Tapi aku nggak pernah punya perasaan sayang yang lebih dari sahabat. Karena saat itu, jujur, udah ada orang yang aku suka. Sampe suatu saat Anaya nyatain perasaannya ke aku dan tentu aja aku tolak. Hari-hari berikutnya Anaya ngejauhin aku, like bener-bener jauh. Pas SMA, papaku ngenalin calon istri barunya."

Alsha menghapus air matanya. "Ya terus-terus?"

"Dan kamu tau apa? Calon istri papaku ternyata seorang janda beranak satu dan anaknya bernama Anaya Gunawan."

"Terus?"

"Sampai akhirnya papa nikah sama mama Tammy, ibunya Anaya. Mereka pindah kerumah papa. Nah sejak kita jadi saudara, sikap Anaya mulai aneh. Anaya mulai overprotective sama aku. Apapun yang aku lakuin pasti dilaporin ke papa. Bahkan aku pernah cuma ngobrol sama beberapa adik kelas dan langsung dibilang playboy sama Anaya. Anaya bilang ke papa kalo aku punya banyak pacar di sekolah."

"Dan papa kamu percaya?"

"Yap. Papa bahkan nyita hp aku. Sejak aku tau kalo Anaya suka bikin cerita fiksi aku memutuskan buat jauhin perempuan. Untuk sekedar ngobrol sama perempuan pun aku hindari. Lama-kelamaan aku terbiasa cuek dan jutek ke perempuan."

"And that's why they call you 'cowok terdingin se-SMA Wijaya'?"

"Entah. Tapi yang jelas sejak pertama kali ketemu kamu, pertama kali liat tingkah konyol kamu semua benteng pertahanan yang pernah aku bangun hancur gitu aja. Aku jatuh cinta sama kamu sejak pandangan pertama. Tingkah konyol kamu berhasil ngebuat aku jadi pengen ketemu kamu terus. Sejak ngeliat kamu rasanya aku jadi pengen balik kayak dulu, pengen deket lagi sama perempuan. Tapi kali ini yang aku mau cuma satu perempuan, kamu, Alshary Radinka. Dan aku nggak berharap bisa deket sama cewek lain seperti aku deket sama kamu."

"Huaaaaa!"

Tangis Alsha malah semakin menjadi-jadi.

"Stt. Udah dong nangisnya. Nanti aku malah disangka jahatin kamu. Cup-cup...." Fathan merengkuh Alsha kedalam pelukannya.

"Kamu kok sweet banget sih. Huaaaaaa!" ucap Alsha di sela-sela tangisnya.

Fathan melepaskan pelukannya dan malah tertawa berbahak.

"Kamu kok malah ketawa sih?!"

"Ya abisnya kamu lucu. Masa lagi nangis tapi sempet-sempetnya muji aku. HAHAHAHAHA." Ucap Fathan masih dengan diiringi dengan tawa kencang.

"Ih!"

"Berarti kamu udah nggak ngambek ya?"

"MASIH!" teriak Alsha

"Ah yaudah terserah. Hahaha." Jawab Fathan.

"Ngomong-ngomong, siapa cewek yang pernah kamu suka pas SMP?"

"Kepo ah kamu." Fathan menjulurkan lidahnya.

Lagi-lagi Fathan tersenyum. Tingkah super konyol Alsha malah membuat Fathan senang dan terhibur. Ia sangat bersyukur bisa memiliki Alsha di sampingnya. Memang benar bahwa nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan.

*****

Hujan dan hari mulai gelap. Athaly berdiri menyender pada dinding koridor lantai dasar, ia bingung harus pulang bagaimana. Seandainya Athaly tau bahwa hujan lebat akan mengguyur Jakarta mungkin ia akan memilih untuk absen dalam rapat OSIS kali ini. Seperti halnya yang dilakukan oleh Regan, ia memilih untuk absen rapat OSIS karena suatu alasan.

Hujan terus mengguyur dan sekolah pun sudah terlampau sepi ditinggal para penghuninya. Athaly ingin menghubungi orang tuanya namun apa daya ponselnya sedang tak bersahabat. Salah Athaly yang lupa mengisi baterai ponselnya semalam.

"Wah ujan deres ya...." gumam Keenan pada dirinya sendiri.

Pemandangan seluruh sisi lapangan yang dibasahi air hujan menyambut Keenan begitu sampai di lantai dasar gedung SMA Wijaya.

Tak berhenti sampai situ, mata Keenan kemudian menyusuri sekeliling dan ia mendapati Athaly yang berdiri tak jauh darinya. Keenan pun menghampiri gadis itu.

"Kok lo belom pulang?" tanya Keenan.

Athaly yang sedari tadi menunduk—entah sedang memikirkan apa, kemudian menoleh dan mendapati Keenan sudah berdiri tepat di sampingnya.

"Eh? Lo kan yang sering tabrakan sama gue. Nama lo Keenan kan ya?" ucap Athaly yang langsung mengenali rupa Keenan.

"Hehe, iya. Lo Athaly kan? Kenapa belom pulang?" tanya Keenan.

"Iya nih. Gue abis rapat OSIS. Tadi juga gue dapet tugas buat bersihin ruang OSIS, makanya jam segini baru bisa pulang. Lo sendiri kenapa jam segini masih di sekolah?"

"Gue abis bersihin lab fisika,"

"Wah rajin banget."

"Itu juga terpaksa, hukuman dari Pak Rasyid."

Memang benar hari ini nasib Keenan sedang apes. Salahnya sendiri lupa mengerjakan pr Fisika yang diberikan oleh Pak Rasyid dan Keenan harus membersihkan lab fisika sebagai hukumannya.

Keenan melirik arloji di tangannya. Jarum jam menunjukkan tepat pukul setengah enam sore.

Huft. Rupanya Keenan sudah melewatkan bel pulang terlalu lama. Terbukti di sini hanya tersisa dirinya dan Athaly yang masih berada di sekolah. Ah, setidaknya ia tidak sendirian.

"Lo lagi nunggu jemputan atau gimana?" tanya Keenan.

"Enggak, gue lagi nunggu ujan mereda. Lo sendiri?"

"Gue nungguin lo lah." Ceplos Keenan.

"Hah?"

"Enggak-enggak."

Athaly tersenyum dan Keenan dapat melihat pemandangan indah itu, Keenan pun ikut tersenyum.

Ternyata dia denger.

"Lo bawa payung?" tanya Athaly yang sontak memecah lamunan Keenan.

Bawa, bawanya payung cinta tapi. Sayangnya payung cinta gue ga bisa melindungi kita dari derasnya hujan bahkan teriknya matahari. Tapi payung cinta gue bisa melindungi kehangatan hati kita. Alah apaan sih. Kok gue basi banget. Keenan berucap dalam hati.

Keenan dapat merasakan sebuah tepukan ringan mendarat di bahu kirinya. Siapa lagi yang melakukan itu jika bukan Athaly.

"Ngelamun mulu sih." Ucap Athaly.

"Hehe, maaf."

"Jadi, lo bawa payung atau enggak?"

"Enggak. Tapi ada jaket nih di tas gue, lo boleh pake kalo lo mau."

"Kalo gue pake jaket terus lo nanti pake apa?"

"Ya nggak pake apa-apa lah."

Sedetik kemudian Keenan mendapat tatapan tajam dari Athaly.

"Maksud gue ya gue pake seragam ini lah." Jelas Keenan.

Lagi-lagi Athaly tersenyum. Namun kali ini ia juga menggelengkan kepala. Mungkin ini pertama kalinya Athaly bertemu dengan pemuda dengan tingkah cukup konyol macam Keenan.

"Gimana kalo kita order grab car? Mana sini hp lo." Usul Keenan.

"Lowbat. Hp lo aja sini."

"Yah gue nggak bawa hp."

Kemudian hening.Hanya terdengar suara gemericik air hujan yang berjatuhan ke tanah.

"Kalo pake plastik aja gimana?" Akhirnya Athaly angkat suara setelah beberapa menit hening.

"Mana plastik?"

"Tuh...." ucap Athaly seraya menunjuk ke satu arah.

"Wah ide bagus! Tapi emang muat?"

"Muat kok. Itu kan plastiknya gede."

"Yaudah, gue ambil ya."

Keenan berjalan menuju tempat plastik itu. Ia mengambilnya dan menyerahkannya pada Athaly.

"Nih plastiknya."

"Sobek dulu, nanti dibikin kayak terpal biar lebar."

Keenan mengangguk mengerti dan ia segera mengikuti perintah Athaly.

"Nih, udah."

"Yaudah yuk pulang."

"Yok!"

"Eh bentar! Emang rumah kita searah?"

"Iya searah, gue kan sering pulang bareng sama Alsha."

"Oh oke,"

Dan mereka berdua berjalan beriringan dengan berpayungkan sebuah plastik besar. Memang tidak dapat menjamin tubuh mereka tetap kering, namun ini sudah cukup. Mereka harus saling berdekatan agar salah satu dari mereka tidak kebasahan. Bahkan bahu mereka pun besentuhan.

Keenan tersenyum dalam diam. Bukankah sangat menyenangkan bisa satu 'payung' dengan orang yang sudah lama kita suka?

Meskipun angin terus berhembus dan udara semakin dingin, namun setidaknya hati Keenan tetap hangat. Ah, hati Athaly juga perlahan mulai menghangat.

*****

Maaf baru sempet update. Buat siapapun yang masih nungguin dan baca cerita ini, aku bener-bener berterima kasih banyak hehe xoxo

Sekalian aku mau tanya, cerita ini enaknya happy ending atau sad ending ya?


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro