BAB 10 :: Move On or Stay On
"Jadi itu beneran lo ya? Tadinya gue pikir itu Alsha."
"Bentar," Athaly terlihat berpikir sejenak dan..
"Jadi, anak kecil itu.. ELO?!" Athaly berteriak histeris.
Kenzo mengangguk-anggukan kepalanya.
"Tapi kok.. Beda?"
Athaly meneliti penampilan Kenzo from head to toe. Hasilnya? Sama sekali tidak mirip dengan anak kecil itu. Anak kecil itu dulu bertubuh bulat gemuk dan sungguh berbeda 180 derajat dengan orang yang sedang berdiri dihadapannya. Kenzo yang sekarang bertubuh atletis dan ideal. Otot sixpack nya tercetak jelas dibalik kaos putih polos yang ia kenakan.
Sadar sedang diperhatikan dengan tatapan yang 'tidak biasa', Kenzo segera membuka suara.
"Ini namanya puberty, Thal."
Athaly membulatkan bibirnya membentuk huruf O. Puberty nya bener-bener berhasil kayaknya. I mean, take a look at him now. He looks pretty awesome. Batin Athaly.
"Terus kita jadi kerja kelompok gak, nih?"
"Iyalah jadi. Mau digantung sama Bu Winda emang?"
*****
"Keenan, kita mau beli apa?" tanya Alsha.
"Beli ubi ungu--- nah itu dia!" Keenan berjalan cepat menuju lapak pedagang umbi-umbian dan mengabaikan Alsha yang berada dibelakangnya. Mereka tengah berbelanja bahan-bahan disebuah pasar tradisional untuk tugas Kimia Terapan, yaitu membuat makanan berbahan dasar dari ubi ungu yang dimodifikasi. Mereka akan membuat es krim ubi ungu.
"Beli ubi ungu tiga kilo ya, Pak."
"Iya, mas. Sebentar biar saya timbang dulu."
Keenan menoleh ke bawah karena merasa ada sesuatu yang tiba-tiba menarik ujung bajunya.
"Ngapain lu narik-narik baju gue? Gue pikir setan tau ga,"
"Itu.. Daun nya kenapa diiket-iket? Kan kasian, dia engga salah apa-apa." Ucap Alsha dengan sedikit berbisik kala melihat berikat-ikat daun singkong.
Tawa Keenan menyembur seketika begitu mendengar pertanyaan konyol Alsha.
Jujur saja, ini memang kali pertama Alsha pergi ke pasar tradisional. Jadi, tingkahnya memang sangat norak. Biasanya yang dilihat Alsha adalah sayur-mayur yang terbungkus dan tertata rapi dalam rak pendingin di semua supermarket yang pernah ia kunjungi. Sementara yang kali ini Alsha lihat adalah jejeran sayuran segar yang diikat dan ditata diatas meja biasa.
"Haduh, Alsha! Kalo dipasar tradisional itu tuh sayurannya emang diiket begitu. Bukannya diiket karna sayuran itu bikin suatu kesalahan."
Alsha hanya ber-oh ria sambil cengengesan.
"Nih ubinya, mas. Semuanya jadi dua puluh tujuh ribu," pedagang itu memberikan dua kantong plastik berisi ubi ungu.
"Iya. Ini uangnya, Pak. Makasih ya. Kembaliannya ambil aja." Keenan menyerahkan satu lembar uang dua puluh ribuan dan selembar uang sepuluh ribuan.
"Abis ini mau beli apa lagi?"Alsha kembali bertanya.
"Beli susu kental manis, gula pasir, vanili, sama stroberi buat topping nya."
Jangan heran jika Keenan lebih tau tentang resep masakan karena ayahnya adalah seorang juru masak yang kemampuannya sudah tidak diragukan lagi. Sedangkan Alsha benar-benar tidak bisa memasak. Menggoreng telur pun tidak bisa, mungkin lebih tepatnya belum bisa. Telur hasil masakan Alsha pasti bentuknya tidak karuan. Belum lagi rasanya yang.. ahh sudahlah, jangan ditanya.
"Topping nya boleh ditambahin lagi engga?" rupanya hari ini Alsha menjadi lebih aktif bertanya.
"Iya, boleh. Lo mau tambah apaan emang?"
"Tambah mangga yayayayaya?"
"Iya boleh-boleh. Yaudah yok lanjut belanja."
*****
Sementara Anaya dan Regan kebagian tugas membuat power point untuk presentasi, mereka mengerjakannya dirumah Alsha.
"Kayaknya bagian itu gausah deh. Gak penting banget soalnya,"
"Ya gak bisa lah, ini tuh harus dimasukin juga."
"Kalo cuma 'selamat menikmati' kan kita bisa lisan aja. Gausah segala dimasukin ke power point nya!" ucap Anaya dengan nada yang cukup tinggi.
"Ah iyaiya. Bawel banget sih lo jadi orang!" Ucap Regan tak kalah sengit.
Jika kalian berpikir bahwa Regan diuntungkan karena lokasi kerja kelompok berada dirumah Alsha, maka kalian salah. Regan bahkan tak punya waktu untuk sekedar menyapa pacarnya, Athaly. Mereka terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing. Ditambah lagi dengan mereka yang berada diruangan yang berbeda. Athaly diruang keluarga dan Regan ditaman belakang. Athaly sibuk dengan tugas kelompoknya bersama Kenzo sementara Regan sibuk berdebat dengan Anaya hanya mengenai masalah sepele. Dan tanpa mereka sadari mereka mulai menggali jarak didalam hubungan mereka.
*****
Kenzo dan Athaly tengah mengerjakan tugas Akuntansi, mulai dari membuat jurnal umum hingga buku besar utama dan buku besar pembantu. Belum lagi ditambah membuat neraca saldo dan harga pokok penjualan.
"Aduh, gue gak bisa, Thal. Gak kuat, sumpah!" ucap Kenzo pasrah.
"Idih lebay banget lo!" cibir Athaly.
"Gue gak ngerti sama sekali, Thal."
"Ya makanya sini gue ajarin,"
"Lo aja deh yang kerjain semuanya. Gue give up, Thal."
"Ih gak asik banget sih lo! Dasar KENDUT!"
"Apaan kendut?"
"KENZO GENDUT AHAHAHAHAHA!" Athaly tertawa geli
Refleks Kenzo pun menjitak kepala Athaly. Dan entah kenapa Kenzo merasa senang melihat Athaly yang tertawa lepas karena dirinya.
"Ih sakit tau, kendut!" Athaly mengaduh sakit karena jitakan Kenzo.
"Jangan berisik, Thal. Itu jadi rahasia kita aja. Malu gua kalo sampe yang lain tau,"
"Bodo ah! Bakal gue sebar ke tiga angkatan sekalian biar pada tau kalo Kenzo Skarsgard si cogan baru SMA Wijaya ternyata dulunya---"
Cup.
Sebuah kecupan ringan berlabuh dipipi Athaly.
"IH KENZO! KURANG AJAR! GUE BILANGIN PACAR GUE LHO NANTI!" Athaly langsung berdiri berkacak pinggang.
Kenzo tersenyum penuh arti "Lagian lo berisik banget. Masih untung gue cuma cium pipi. Ah lo minta gue cium lagi yaaa?" Kenzo menggoda Athaly.
"Dih ogah banget gue dicium sama makhluk gendut macam lo!"
Untung Regan gak ada disini. Coba kalo ada? Bisa langsung balik ke jomblo lagi nih gue. Emang dasar Kenzo sialan. Athaly memaki didalam hati.
*****
"Sini. Biar gue aja yang bikin es krimnya. Kalian tunggu jadi aja. Lagian bikin beginian mah bentaran doang kok." usul Keenan.
"Oke deh!" jawab Regan, Alsha, dan Anaya secara serempak.
Kemudian Keenan pergi ke dapur dan mulai mengeluarkan bakat terpendamnya, membuat es krim ubi ungu.
"Alsha, sini deh." Panggil Anaya.
"Apa?"
"Gue mau numpang ke toilet ya. Perut gue mules nih dari tadi. Hehe, if you know what I mean. Sekalian abis itu mau liat Keenan masak." Anaya berbisik ditelinga Alsha.
"Yaudah. Kamu tau letak kamar mandinya kan?"
"Hmm." Dan Anaya pun langsung berlari menuju kamar mandi. Mungkin sudah tidak bisa ditahan lagi.
Kini hanya ada Regan dan Alsha. Mereka tidak tau apa yang harus dilakukan maupun dibicarakan. Sungguh canggung.
"Alsha?" Regan berinisiatif membuka pembicaraan.
"Eh? Iya? Apa?"
"Lo apa kabar? Udah lama ya kita gak ngobrol berdua gini,"
"Baik. Kamu sendiri apa kabar?"
"Gak tau,"
"Kok gak tau sih? Kamu lagi ada masalah? Atau lagi sakit ya?"
"Ah udahlah lupain aja. Ohiya denger-denger belakangan ini lo deket sama Fathan ya?"
Deg.
Jantung Alsha berdebar hebat hanya karena mendengar nama Fathan. Sepertinya Alsha sudah berhasil move on dari Regan.
Kemudian Alsha teringat bagaimana sikap Fathan yang terus mengabaikannya selama satu minggu ini. Ia tersenyum miris.
"Engga kok. Aku gak deket sama Fathan."
Senyum dibibir Regan kembali mengembang. "Ah senengnya!"
Regan mengacak rambut Alsha. Dan jantung Alsha kembali berdegup kencang. Ralat, sepertinya Alsha belum benar-benar move on dari Regan.
"Seneng kenapa?"
"Gak kenapa-kenapa. Pokoknya gue seneng aja ternyata lo gak lagi deket sama cowok lain."
Maksudnya apa coba? Regan kebiasaan deh, kata-katanya ambigu. Bikin aku nya jadi mengharap lebih. Eh? Berarti aku belum move on dong? Tapi kok kalo denger nama Fathan hatiku berdebar juga sih? Apa cinta emang serumit ini ya? Batin Alsha dalam hati.
Saat Alsha masih berperang dengan batinnya tiba-tiba Regan kembali bersuara.
"Kayaknya gue kangen sama lo, Alsha." Ucap Regan dalam satu tarikan nafas.
Barusan Regan ngomong apa?
*****
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro