Waiting
Gadis itu membuka kedua kelopak matanya, menampilkan iris matanya yang berwarna biru yang sangat indah.
Yume mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menatap sekeliling-nya dengan tatapan datar, meskipun dalam hatinya sangat bingung.
Mengapa aku bisa ada disini? Batinnya.
Ketika mata gadis itu menangkap tangannya yang sedang memegang sebuah--tongkat(?), lantas gadis itu terbelalak dan akhirnya berujung memekik kencang sampai suaranya bergema disemua sudut rumah itu. Ia baru kembali mengingat kejadian tadi.
Gadis itu mengambil--ah ralat, menyambar kotak yang ada didekatnya itu dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya masih memegang tongkat itu. Dia lantas berdiri dan berlari. Sekilas, dia dapat melihat pantulan dirinya dikaca--menampilkan seorang gadis--yang yaitu dirinya, sedang memakai gaun cantik dan mahkota indah yang berkelap-kerlip, membuat dirinya mendelik sambil berlari dengan bulu kuduk yang berdiri.
Dia meneguk salivanya sambil menggigit bibir bawahnya. Jantungnya berdegup kencang--sangat kencang, sehingga rasanya jantungnya ingin copot. Sekarang, gadis itu tidak bisa lagi menganggap kejadian kemarin hanya suatu kebetulan, atau dirinya yang salah melihat atau mendengar. Kejadian tadi benar-benar...terjadi..
Perlahan, Sambil menenangkan hatinya yang berdegup kencang, dia memelankan larinya. Dalam hatinya terus bertanya-tanya. Apa tadi? Siapa yang bernyanyi tadi? Cahaya macam apa pula yang bisa seperti 'berlari' mengerubuninya dan mengangkatnya?
Yume bergidik ngeri. Percayalah, Yume sama sekali tidak takut ketika mengalami kejadian-kejadian aneh itu, tetapi dia terkejut saja.
Yume meringis pelan sambil menaiki tangga. Gadis itu mengusap-usap dadanya pelan. Sambil berjalan dengan gontai, dia memasuki kamarnya, dan segera meloncat ke kasurnya dan menekan dadanya kuat-kuat dengan bantal. Sekarang rasanya kepanikannya lebih mengurang sedikit.
Yume menghirup nafas berkali-kali. Yang membuatnya makin tegang adalah karena baru pertama kali juga dia pingsan.
Yume memelotot ketika mendapati jarum pendek pada jam menunjukan angka enam, dan jarum panjang ke angka 8--alias 30 menit. Pantas saja sedari tadi rumahnya sudah gelap. Lama juga dia pingsan, dan ...
Di supermarket mana nenek dan kakeknya pergi?! Lama sekali mereka!
Yume duduk dikasur dengan gelisah. Tadi, mereka berangkat jam dua kurang. Lama sekali mereka!
Yume menghela nafas kembali.
Harus Positive Thiking!, Katanya dalam hati, berusaha menenangkan diri sendiri.
Mungkin saja kan mereka mengunjungi rumah seseorang(?). Mungkin mereka pergi kerumah teman mereka mungkin(?)
Tiba-tiba perutnya berbunyi, membuatnya meringis pelan. Sushi yang dia buat untuk makan siang tadi sudah dia habiskan sampai tidak bersisa sedikitpun. Lantas, makan apa dia sekarang?
Yume membaringkan tubuhnya di atas kasur kembali. Dia hanya bengong di atas kasur sambil matanya menerawang ke langit-langit kamar. Memikirkan semua keajaiban yang sudah dialaminya ini, membuat jangtungnya kembali memompa.
Yume pelan-pelan menolehkan kepalanya kearah tangan kirinya. Matanya menangkap tongkat super cantik itu. Tapi ...
Apa maksud dari simbol (?) Ini?
Yume menatap tongkat itu lamat-lamat. Lebih tepatnya kepada simbol itu. simbol gunung dengan asap-asap berwarna emas cantik mengelilingi gunung ...
Nah, maskud dan arti simbol itu apa coba?!
Yume kembali teringat dan menyadari bahwa dia masih mengenakan pakaian baru ini, dan mahkota cantik serta rambutnya yang ditata rapi.
Yume memejamkan matanya sambil meringis pelan.
Kenapa pula pakaiannya bisa berubah?!
Lagi-lagi dia teringat suara nyanyian merdu itu. Hih!! Siapa juga yang sedang bernyanyi?! Nah, suara itu juga datang dari mana?!
Rumah kakek-neneknya ini sangat terpencil! Tidak ada satupun orang yang tau tempat ini! Dan tidak ada juga orang yang tinggal di sekitaran sini!
Nasib sekali! Sudah di tinggal! Kelaparan! Dan mati penasaran! Kenapa sih belakangan ini dia mengalami hari sial terus?!!!
Yume menjambak rambutnya sendiri dengan kasar dan kesal--tidak memedulikan rambutnya yang tadi tiba-tiba tertata rapi itu berantakan sambil mendengus. Dia menghentak-hentakan kakinya.
Niatnya, dia ingin berjalan kebawah dan memasak apa yang ada dikulkas. Tetapi, mengingat dia masih memakai gaun biru, tidak mungkinkan dia memakai gaun ketika memasak? Apalagi kalau memakai mahkota. Sudah kayak apa saja dirinya ini!
Gaun secantik ini sayang sekali kan kalau terkena makanan?
Yume pun memutuskan untuk mengganti baju. Dia menaruh mahkota yang tadi ada dikepalanya di atas meja belajarnya, lantas mengambil baju ganti. Ketika ia melepas gaun itu, tiba-tiba gaun itu menjadi tembus pandang.
Yume melongo menatap gaunnya. Nah, ada apa lagi nih?!
Gaun itu perlahan tidak bisa disentuh. Saat Yume ingin meremas gaun itu, memastikan kalau gaun ini tidak mengapa-ngapa, dia semakin melongo mendapati tangannya malah menembus gaun biru ini. Perlahan, gaun itu terlihat makin memudar, sampai akhirnya menghilang dan meninggalkan cahaya kebiruan.
Yume semakin melongo lagi. Gadis itu memekik kembali.
KENAPA. GAUN. SECANTIK. ITU. HARUS. MENGHILANG?!, batin Yume histeris
Mungkin orang lain akan terkejut ketika mendapati sebuah gaun menghilang, tetapi, lain hal dengan Yume. Yang ada, dia malah sangat kesal.
Karena sedari tadi dia memperhatikan gaun itu yang tadi perlahan memudar, dia sampai tidak sadar ketika dia melepas gaun itu, pakaiannya yang semula muncul kembali di tubuhnya.
Sambil menghentak-hentakan kakinya dengan sangat kencang karena geram, gadis itu menuruni anak tangga, sampai dia melupakan bahwa tangga itu sudah sangat tua.
Tiba-tiba, salah satu anak tangga jeblos ketika dia nenghentakan kakinya lagi--membuat dirinya terjatuh seketika itu juga dengan kaki yang menyangkut.
Gadis itu terkejut setengah mati. Mengapa juga tangga ini harus tua?! Kalau dia dimarahi neneknya, bagaimana tuh?!
Setelah marah-marah dalam hati, dia malah tertawa setelahnya. Seru juga tadi, saat kakinya menjeblos dan jatuh kebawah itu.
Setelah tawa-nya mereda, dia menjadi orang yang paling menyesal setelah beberapa menit. Kakinya menyangkut. Dan dia sedang sudah sangat kelaparan. Kenapa juga sih dia harus tertawa?!
Rasanya ia ingin kembali ke masa lalu, lalu mencekik dirinya sendiri saat beberapa menit yang lalu karena tertawa.
Yume menarik kakinya paksa tanpa memedulikan darah yang mulai merembes keluar dari kakinya. Kakinya tetap menyangkut sempurna. Yume berusaha mencari barang padat apapun di sekitarnya, agar dia bisa menghantam tangga yang menyangkutkan kakinya ini dengan benda itu, sehingga anak tangga itu menampilkan lubang yang lebih besar lagi, sehingga dia bisa bebas. Tetapi, ketika memandang sekitar, tidak ada satu pun benda disekelilingnya.
Nah, lalu bagaimana dia selanjutnya? Menunggu nenek pulang dulu? Uh! Mustahil! Kalaupun nenek dan kakeknya pulang, Nenek pasti malah akan membiarkan kakinya menyangkut seperti itu karena sudah menjebloskan tangga. Palingan, Nenek baru akan membantunya jika sudah 3 hari dia dibiarkan seperti itu. Kalau kakek? Meskipun tidak memiliki hati sekejam nenek, tetapi dia orang yang juga paling takut kepada nenek.
Percayalah, kalau Yume nanti meminta bantuan ke kakek, dan kakek ingin menolongnya, tidak akan pernah terwujud juga, karena pasti nenek akan memarahi kakek dan membuatnya hanya terdiam dan menatap Yume dengan iba.
Yume kembali meringis membayangkan hal itu. Masak sih, dia harus menunggu mereka pulang, lalu menunggu selama tiga hari juga, baru dibebaskan dari tangga ini?
Yume perlahan duduk di satu anak tangga yang berada tepat di atas anak tangga yang jebol itu, dan menyenderkan kepalanya di dinding. Yume menatap celana jeans nya yang sudah sedikit kemerah-merahan dibagian bahwahnya akibat darahnya. Mengingat, luka itu bisa infeksi jika tidak diobati, membuatnya memejamkan mata dengan putus asa.
Yume menghela nafas pelan. Sekarang, dia akan meminta bantuan kepada siapa? Toh, seperti yang tadi dia katakan, tempatnya sangat terpencil, tidak ada seorangpun yang tinggal disekitarnya.
Yume menatap pintu rumahnya, sambil berharap ada seseorang yang masuk dan menolongnya.
Dia hanya bisa menunggu. Menunggu sampai 1 jam lebih. Menahan keperihan dikakinya. Dia hanya merenungkan semua kejadian-kejadian aneh yang sudah dialaminya. Sekarang, dia hanya di temani kegelapan. Dia tadi memang belum sempat menyalakan lampu rumah.
Perutnya lagi-lagi berbunyi kencang. Dalam hati, dia benar-benar merutuki tingkah lakunya yang membuatnya terjatuh seperti ini.
Lagi-lagi hatinya sangat tidak tenang, kenapa Kakek dan Neneknya belum datang juga?
Hal-hal negatif mulai memasuki kepalanya, membuatnya keringat dingin. Jantungnya lagi-lagi berdegup lagi.
Kemana sih mereka?!
Lagi-lagi dia dilanda kepanikan. Dia berusaha menarik kakinya dengan sangat kencang. Jika kakinya bisa bebas, dia pasti akan berlari keluar rumah dan mencari keberadaan Kakek-Neneknya.
Dan, kakinya semakin perih. Yume tidak kuat lagi menahan rasa sakitnya. Dia kembali terduduk lemas. Memejamkan matanya kuat-kuat ketika merasakan kakinya seperti distusuk beribu pedang.
Dipuncak keputus asaanya, Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Yume membelalakan matanya dan menatap pintu dengan mata berbinar-binar. Nenek dan kakeknya pasti sudah kembali! Kalau seperti ini, dengan kaki yang berdarah-darah, pasti Nenek tidak akan tega membiarkan kakinya tersangkut selama 3 hari.
"Ada orang didalam?" Tanya sebuah suara takut-takut. Harapannya langsung jatuh ketika menyadari bahwa itu bukan suara kakek maupun neneknya.
Dengan putus asa dan kesal, Yume menjawab, "Ya."
"Ekhm, boleh aku menumpang semalam saja?" Tanya sebuah suara itu dengan suara parau.
Yume perlahan dilanda ketakutan. Bagaimana kalau itu adalah penculik atau penjahat?
Yume tidak menjawab. Tiba-tiba, seseorang masuk kedalam rumahnya. Dia menyender lemas di tembok, tanpa menyadari bahwa tanpa sengaja tindakannya membuat lampu menyala. Yume yang ketakutan awalnya, terkejut melihat seseorang yang dikenalinya ada didalam rumahnya. Orang itu juga melongo menatap Yume, orang yang dia kenali jugs.
Orang itu adalah, Mitsuko.
"Mitsuko?!"
"Yume?!"
Mereka memekik bersamaan. Mereka juga terkejut dengan kondisi sesama mereka. Yume dapat melihat, Mitsuko dengan tubuh basah kuyup, mata bengkak, serta pakaian lusuh yang sudah dirobek-robek. Mitsuko juga terkejut melihat Yume yang kakinya sudha berdarah-darah.
"Kamu kenapa?!" Teriak mereka lagi-lagi bersama. Mereka kembali terkejut karena sama-sama bersuara, sampai akhirnya Yume terkekeh pelan. Yume menghela nafasnya pelan.
"Ugh, tangga ini jeblos ketika aku menuruninya, aku memaksa kakiku untuk keluar, eh jadi begini deh" cerita Yume sambil mendengus kesal sambil melirik kakinya.
Mitsuko melototi Yume dan segera menaiki beberapa anak tangga sambil membawa sapu yang tadi ada didekat pintu. Dia meremukan anak tangga yang menjebloskan kaki Yume itu, sehingga hancur. Sekarang Yume dapat bebas. Yume menghela nafas lega, sampai akhirnya dia meringis menahan sakit dikaki satunya. Mitsuko cepat-cepat memapah Yume keatas, dan memasuki sembarangan ruang, yang ternyata adalah kamar Yume sendiri.
Mitsuko mengobrak-ngabrik lemari dan laci belajarnya, sampai akhirnya dia menemukan kotak P3K. Dia cepat-cepat mengobati Yume.
"Uhm, kamu kenapa bisa ada disini?" Tanya Yume. "M-maksudku, tempat ini kan terpencil!"
Mitsuko menghela nafas panjang. Dia menatap Yume, sampai akhirnya membuka mulutnya. "Aku bertemu musuhku saat sd. Dia berpura-pura baik kepadaku dan meminta maaf atas perlakuannya dulu. Aku memaafinya, ketika dia mengatakan bahwa dia akan menginap di villa bersama dengan teman-teman sdku dulu, dia mengajakku dan aku menurutinya. Saat aku mengikuti peta yang dia berikan kepadaku, ternyata aku ditarik dengan mereka dan dibully. Bajuku dirobek-robek dan disiram air dingin sampai akhirnya, yang terakhir, dia menyiramku dengan pasir. sampai akhirnya aku dikuncikan disuatu tempat. Aku menemukan jendela dan diam-diam kabur tanpa arah yang menentu." Ceritanya sambil melilit perban dikaki Yume.
Yume hanya memelotot. Kejam sekali!
"Kau sendiri?" Tanya Mitsuko balik.
"Eh, tadi kakek dan nenekku pergi ke supermarket dari siang, dan tidak kembali lagi sampai sekarang" Kata Yume. Wajahnya kembali berkspresi cemas. Dia menghela nafas gusar. Mitsuko hanya mangut-mangut.
"Kau menginap saja ya? Tidak mungkin kau kembali! Aku akan meminjamkanmu baju. Kau bisa mandi di kamar mandi!" Ucap Yume.
"Emm, baiklah. Tapi kau tidak perlu meminjamkan baju, seperti yang aku bilang, mereka mengajakku ke villa, sehingga akusudah menge-pack pakaian." Katanya sambil melirik kopernya. Yume baru menyadari bahwa sedari tadi Mitsuko membawa koper. Yume akhirnya mengangguk dan membawa Mitsuko ke kamar mandi. Setelah mandi, Yume mempersilahkan Mitsuko tidur dikasurnya berdua dengannya. Mitsuko hanya menuruti semua perkataann Yume karena dirinya sangat kelelahan.
Saat Mitsuko sudah menaiki kasur Yume dan memejamkan mata, tiba-tiba dia bertanya, "kau tidak tidur?"
Yume mendongak dan menatap Mitsuko, lalu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Kau duluan saja dulu, aku ingin menunggu kakek dan nenekku."
Wajah Yume menunjukan ekspresi cemas yang sangat dalam, yang membuat Mitsuko sedikit ragu, dan akhirnya menurut. Akhirnya, Mitsuko terlelap.
Sedangkan Yume, dia terus menunggu.
Sampai tengah malam, hujan datang tiba-tiba. Yume tetap setia menunggu. Terduduk dikasurnya dan menatap Jendela yang sedikit buram karena hujan. Berharap menemukan sosok Kakek dan Neneknya.
Yume terus menunggu, berjuang melawan kantuk yang sangat dalam. Dirinya sangat cemas.
Menunggu ...
Menunggu ...
Akhirnya dia terlelap karena sangat mengantuk.
Sampai kapanpun dia menunggu, Kakek dan Neneknya juga tidak akan pernah kembali lagi setelah ini.
***
A/N
Helo! Yaa, sebenarnya aku masih ujian sih, besok hari terakhir ujian, tapi entah kenapa aku lagi mood buat nulis banget:)
Dan, setelah aku baca ulang part-part sebelumnya, ternyata feelnya ga dapet semua ya?:'(
Uh! Susah juga nulis cerita:v
Btw, kalian jangan jadi Silent Reader dong! Comment sebanyak-banyaknya kalau bisa:)
Uh, aku ngomong sama siapa coba? Kalau pada jadi Silent Reader, aku berasa ngomong sendiri
Pokoknya, semoga kalian bisa setia sama cerita aku sampai habis ya!💞
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro