Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

The Tragedy

Yume dan si hitam dan si lebar mulai berjalan menembus dinginnya pagi-pagi buta. Mereka menuju ke sungai Grymc.

Sungai Grymc lumayan jauh dari rumah Kakek dan Nenek Yume. Tetapi Yume ngotot jalan kaki, katanya agar sehat (dan tentu saja ini cuma alibi. Sebenarnya Yume ingin
langsing, bukan sehat).

Mereka butuh berjalan delapan kilo lagi.

Belum apa-apa saja, si hitam sudah berpura-pura mengatakan bahwa kakinya patah karena terlalu capek. Padahal, si hitam tidak membawa apa-apa. Yume yang membawa perahu seeta benda-benda yang lain. Si lebar sudah menawarkan bantuan, tapi Yume tetap bersikukuh kepada pikirannya.

Mereka terus berjalan.

"Capeek!" Cicit si hitam.

"Ck, capekan aku! Udah diem aja!" Timpal Yume.

"Kan kamu yang minta jalan kaki!" Pekik si hitam.

"Iya." Balas Yume. "Terus, emang kenapa?"

"Ya, salah kamu sendiri!"

"Aku ngga nyalahin diri sendiri, kok." Kata Yume datar.

"Shtt, kalau nyari lawan adu mulut, tuh, yang gampang dulu. Dia itu udah pro." Celetuk si lebar ke si hitam, sambil mengarahkan dagunya ke Yume.

Si hitam mencak-mencak tidak jelas.

Ini sudah tujuh kilo. Satu kilo lagi mereka sampai.

Beberapa saat kemudian, akhirnya mereka sampai. Yume langsung melempar perahu dengan asal ke sungai. Setelah itu, ia langsung menjatuhkan diri di rerumputan, lalu mengatur nafas.

Sedangkan itu, si hitam sudah terkapar dengan mulut terbuka lebar di rumput. Tiba-tiba saja ada lalat yang masuk ke mulut si hitam. Si hitam langsung memekik, lalu menyemburkan si lalat keluar. Hanya si lebar yang anteng duduk di rumput tanpa ngos-ngosan.

Selama beberapa saat, mereka hanya tetap pada posisi itu, sampai akhirnya Yume menarik diri, lalu meloncat ke perahu. Seketika itu juga, air menyiprat hebat kemana-mana. Perahu juga terombang-ambing. Si hitam yang paling kena air. Karena dia yang paling dekat dengan danau.

Yume tertawa senang melihat si hitam basah kuyup dengan wajah masamnya. Kemudian si hitam ikut menaiki perahu. Perahu langsung menaik setengah, karena berat si hitam yang berbanding jauh dengan Yume.

Si lebar yang ternyata bisa iseng juga menduduki tempat di samping si hitam. Yume langsung memekik ketakutan ketika dirinya benar-benar tinggi dan perahu ini sedikit gerakan saja akan jatuh.

Benar saja, akhirnya perahu terbalik. Yume langsung melompat kuat-kuat, lalu memdarat ke rerumputan. Si hitam dan si lebar terjatuh ke air yang dinginya terasa sangat menusuk.

Yume terbahak melihat mereka yang basah kuyup--berusaha menyelamatkan diri. Setelah akhirnya mereka berhasil mengangkat diri ke rerumputan, si hitam langsung memasang wajah masam, sedangkan si lebar tidak terlihat marah sedikitpun.

"Belum apa-apa harus mengganti jaket!" Keluh si hitam. Mereka memang hanya membawa jaket lebih saja. Mereka tidak membawa baju ganti.

"Untung waterproof." Cengir si lebar.

Setelah si hitam mengganti jaket, mereka pun mulai menaiki perahu lagi. Kali ini si lebar (yang paling gendut) duduk di ujung kiri, dan si hitam dan Yume berdua di ujung kanan--agar menjaga keseimbangan.

Ini masih gelap. Yume mengambil lentera yang di bawanya, lalu memeganginya.

Selama beberapa saat, tidak ada yang berbicara.

Si hitam dan si lebar perlahan mulai mendayung.

Mereka terus mendayung. Dan lama-lama kesunyian ini terasa mencekam. Hawa dingin serta langit gelap ini menambah aura keseraman di sekeliling mereka. Yang bisa Yume lakukan hanyalah memeluk pistol-pistol yang di bawanya.

Ia tegang sekarang. Si lebar sampai menyuruh mereka membawa senjata berbahaya. Berarti hewan itu sangat berbahaya, bukan?

Dan kalau begini juga, tandanya ia harus membunuh.

Membunuh.

Meskipun ia hanya membunuh mahluk, tetap saja namanya ia membunuh.

Dan pasti akan menyeramkan jika ia memakai senjata-senjata.

Yume menggenggam erat semua senjata itu. Si hitam dan si lebar juga sedang memeluki kotak P3K serta pelampung dengan satu tangan yang lain--karena yang satunya lagi dipakai untuk mendayung.

Mereka sangat lama larut dalam kesunyian. Tak disangka, sudah satu jam mereka mendayung.

Kesunyian itu semakin lama semakin mencekam.

Yume sedikit menunduk, lalu menatapi sungai itu. Seiring perahu berjalan, air-air bergerak-gerak dan menyiprat-nyiprat kecil.

Yume memeluk pistol lebih erat lagi ketika melihat air di sungai itu perlahan mulai bergerak tidak karuan. Ia menjadi bingung sekarang.

Ia makin mempererat pelukannya sambil merinding ketika merasakan hembusan angin yang sangat sangat dingin dan menusuk di tengkuknya.

Hembusan itu semakin terasa menjadi-jadi di tengkuknya. Air-air juga mulai terlihat seperti ombak di pantai.

Yume semakin merinding ketika hembusan di tengkuknya semakin terasa menusuk. Ia akui, ia mulai ketakutan.

Tiba-tiba, suara benturan terdengar. Yume dan si hitam sama-sama menoleh ke arah si lebar. Si lebar rupanya menjatuhi kayaknya. Wajahnya melongo hebat.

"..."

Si lebar tetap pada ekspresi itu. Yume pun memindahkan pistol itu ke tangannya, lalu mencengkremnya erat-erat. Tangannya yang satu lagi juga mulai mencengkram pedang di sampingnya.

"A-apasih?" Tanya Yume panik ketika melihat si lebar yang tatapannya kosong begitu.

Sebagai jawaban, si lebar memekik.

Ia langsung berdiri dengan terburu-buru--membuat perahu terguncang hebat--lalu menyambar panah.

Kemudian, ia melontarkan panah sekuat-kuatnya. Dan kejadian itu terjadi hanya dalam sekelejap mata.

Yume memekik hebat ketika merasakan panas yang membara-bara di punggung dan tengkuknya. Si hitam pun begitu. Yume cepat-cepat mendongak ketakutan ke atas.

Api.

Dan Yume langsung mengerti apa yang terjadi.

Ia langsung berbalik dengan cepat.

Ada ular raksasa yang sangat besar--dengan sirip di sepanjang tubuhnya. Ia berwarna biru. Kepalanya adalah kepala kuda. Ia juga memiliki ekor seperti dinosaurus.

Itu bukan naga. Dan Yume tidak akan pernah tahu binatang apa itu.

Ia lalu menjulurkan tangannya sambil mencengkram hebat pistol itu, lalu menarik pelatuk dengan cepat.

DOR! DOR!

Asap hitam mulai mengepul. Yume menahan nafasnya.

Si hitam dan si lebar mulai melontarkan paku runcing dengan membabi buta.

GROAARHH!!

Suara kencang langsung terdengar bersamaan dengan api panas yang menyembur keluar dari kepala kuda itu. Api itu menuju ke arah mereka. Yume menjerit. Si hitam langsung berkomat-kamit mengucapkan kata-kata yang tidak pernah didengarnya.

Gelembung besar langsung mengelilingi mereka setengah detik sebelum api itu menyembur ke arah mereka. Gelembung itu tetap bertahan ketika api menyentuhnya.

Yume terbelalak. Ia tidak mengerti apa yang terjadi. Selama beberapa saat, ia hanya menatap bingung kepada si lebar dan si hitam yang sedang berbicara dengan bahasa tubuh dengan ekspresi tegang. Wajah mereka seperti baru saja terpergok.

Tiba-tiba saja gelembung itu meletus ketika mahluk itu menubruk kencang sirip tajamnya ke gelembung itu.

Yume memekik lagi ketika melihat kepala kuda mulai terlihat di tengah-tengah abu. Mata mahluk itu berwarna merah. Dan sekarang, mata itu sedang menatapnya tajam.

Yume langsung menghunuskan pedang ke kulit keras mahluk itu. Ia tidak tahu apa yang ia tusuk karena tertutupi abu. Tetapi, sedetik kemudian terdengar geraman marah yang sangat hebat.

Si lebar langsung berlari kencang, lalu menusuk pisau ke leher binatang itu kuat-kuat. Setelah itu, suara dengungan hebat mulai terdengar. Sepertinya itu adalah suara si binatang.

Abu perlahan mulai menghilang. Binatang itu perlahan mulai terlihat lagi.

Yume terpaku. Binatang itu tidak mati meskipun pisau si lebar sudah menembus di leher cekingnya, serta peluru--yang Yume yakin adalah peluru bekas tembakannya--yang berada di perutnya.

"Oh, tidak." Si hitam menggeleng panik ketika melihat binatang itu.

Si hitam membabi buta menembaki binatang itu.

"JANGAN BOROS PELURU!" Teriak si lebar, kalang kabut.

Binatang itu yang terkena peluru-peluru si hitam, menggeram marah. Tiba-tiba, semua sirip yang menempel di tubuhnya terlepas, lalu berubah menjadi pisau. Semuanya mengarah ke si lebar, si hitam, dan Yume.

Mereka semua langsung menunduk atau sekali-kali bergerak zig-zag dengan cepat.

Sialnya, pisau itu menancap di pundak Yume, dan juga menggores pipi si hitam. Tetapi, si hitam yang fisiknya kuat, sama sekali tidak merasa kesakitan.

Yume langsung menjerit kesakitan.

Si lebar langsung menghampiri Yume. Si hitam pun mengambil alih. Ia berusaha kuat menangkis serangan-serangan.

"Bertahanlah." Bisik si lebar. "Tahan kesakitan yang akan datang."

Yume hanya terengah-engah dengan keringat yang membasahi wajahnya. Ia bingung mendengar perkataan si lebar.

Yume langsung menjerit sangat kencang dan kesetanan ketika si lebar menarik pisau yang menancap itu, dari tubuh Yume. Si lebar langsung mengambil kain, lalu melilitkannya di pundak Yume, agar menghambat darah yang ingin merembes keluar.

Yume mengerang kesakitan dengan air mata yang perlahan mulai menitik. Sakit sekali.

Setelah si lebar memakaikan Yume perban, mereka mulai bertarung lagi.

Yume sangat kesal dan marah pada binatang itu.

Nafasnya memburu. Yume mulai bangkit dari duduknya, lalu mencengkeram pedang kuat-kuat, sampai jarinya memutih.

Ia mulai menjulurkan pedang kebelakang, lalu segera melemparkannya kuat--kuat ke satu titik.

Beruntung. Pedang itu menancap pada titik di mana ia tujui.

Yume dan si hitam dan si lebar sama-sama terpaku beberapa saat. Sunyi.

Beberapa saat kemudian, binatang itu pun tumbang.

***

A/N

HELLOOO MY AWESOME READERS!

Muehehe, jumpa lagi:>

Oh ya tentang chapter hari ini, sori banget ya kalau itu actionnya ga jelas banget_-

Aku ga bisa bikin cerita aksi, sumpah. Tapi akunya suka banget baca cerita begituan.-.

Nah, nah, nah. Sori juga kalo banyak typo. Mager ngecek😆.

See you in next part:3!❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro