Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Flashback (5)

Yume termenung.

Heran, kenapa dirinya saat kecil tidak kaget dan malah biasa saja ketika melihat suatu keajaiban?

Dan yang juga membingungkan, mengapa selama ini kenangan pada masa-masa itu tidak pernah terlintas di kepalanya? Dan mengapa di ingatannya yang tercetak jelas hanya saat orangtuanya berubah--dan bukan penyebabnya? Dan mengapa ia baru mengingat hal ini semua pada saat ia kembali kesini.

Yume mendadak mengangkat dirinya dengan sigap, lalu menoleh ke arah jendela dengan ngeri. Matanya langsung saja menangkap sungai itu.

Apakah monster itu masih ada? Batin Yume. Yang bisa ia lakukan sekarang adalah, berharap bahwa jawabannya 'tidak'.

Bayang-bayangan monster yang hampir membunuhnya saat ia kecil itu langsung menghantuinya. Traumanya mulai muncul lagi.

Padahal, ia malah sama sekali tidak merasa takut saat berhadapan dengan monster-monster yang ia temui di perjalanannya tadi. Tetapi ia malah takut sekali dengan monster yang ia jumpai saat waktu kecil.

Yume bergerak gelisah. Nafasnya mulai memburu--seiring bayangan monster yang membawa kapak itu semakin menggila-gila mengisi pikirannya, berusaha membuat dirinya tidak memikirkan apapun selain bayangan monster itu.

Yume melirik pintu dengan ketakutan--seiring memori tentang bagaimana orangtuanya berubah mulai mengganggunya.

Sambil berusaha menahan pekikan ketakutan, Yume terburu-buru kembali merebahkan dirinya, lalu menyelimuti seluruh tubuhnya sampai tidak terlihat sedikitpun, sambil memejamkan matanya erat-erat dan menggigit bibirnya--bersamaan dengan ingatan disaat orangtuanya menjadi gila mulai muncul terus-menerus di benaknya, menyiksanya.

***

FLASHBACK

Yume menengok tegang, lalu sekuat tenaga berlari ke arah asal suara itu.

Sekelebat bayangan meluncur cepat ketika Yume sampai di tempat tujuannya. Yume menganga, tetapi berusaha melupakannya. Ia pun langsung menoleh.

Waktu terasa terhenti ketika Yume melihat apa yang terjadi di depan rumahnya.

Tidak ada monster. Monster yang tadi sudah menghilang entah kemana.

Tetapi, ada orang tuanya yang sedang menjerit parau dengan tubuh serta baju sobek-sobek.

Tertulis di tubuh keduanya dengan darah mereka sendiri, 'Donlc'

Lalu, seketika itu juga, semuanya terlewat dengan begitu buruk

***

Yume terkesiap, dan tanpa sadar refleks mengangkat tubuhnya lagi.

Jelas sekali. Seseorang waktu itu ingin menulis tulisan 'Donlox' dengan darah orang tuanya. Tetapi tidak berhasil karena keburu dirinya datang.

Jadi ia hanya sempat menulis 'Donc'. 'c'-nya tentu saja adalah separuh dari huruf 'o'.

Dan pastinya

Amarah Yume seketika itu juga langsung mengumpul. Wajahnya memerah.

Andai saja dulu ia tahu, bahwa sekelebat bayangan itu (pasti) adalah orang yang di masa depannya akan membunuh Kakek dan Neneknya yang sekarang sudah tenang itu. Andai saja.

Air mata langsung memenuhi mata Yume. Dengan gemetaran, ia mencengkram selimutnya erat-erat--menahan amarah sekuat tenaga.

Dalam situasi sekarang, rasanya tidak ada hal yang bisa ia bahagiakan lagi.

***

FLASHBACK

Tepat setelah kejadian itu terjadi, Yume segera menjerit histeris lalu menghampiri kedua orangtuanya yang sudah berlumuran darah itu.

"Ma! Pa! Kenapa?!" Serunya kalang kabut.

Ia mengguncang keduanya. Tetapi, tidak ada tanggapan. Kedua mata mereka terpejam erat, dengan wajah pucat pasi.

"Tolong! SESEORANG TOLONG!" teriaknya ketakutan.

Tidak ada jawaban.

Karena semakin ketakutan, ia akhirnya hanya mengguncang-guncang tubuh keduanya.

tiba-tiba tangannya langsung ditangkap seseorang, Yume menoleh ngeri, dan mendapati kedua orangtuanya sedang menarik tangannya kasar, dengan wajah pucat pasi dan mata merah.

Keduanya mencengkramnya dengan kuku mereka. Membuat Yume memekik kecil.

"Apaansih! Jijik, jangan pegang-pegang!" Teriak Mamanya.

Yume menatapnya bingung. "Hah?"

"Anak lemot." Perkataan Papanya menohok Yume.

"Kalian kenapa?" Tanya Yume bingung.

Mereka tidak menjawab, tetapi melemparkan tatapan dingin ke arah Yume.

Dan setelahnya, keduanya memasuki rumah dengan wajah datar, seperti tidak ada sesuatu yang terjadi. Dan mereka nampak tidak kesakitan sedikitpun.

Yume dibuat makin heran dan pusing.

Tetapi, ia berusaha melupakannya.

Mungkin saja mereka sedang error, katanya dalam hati. Dan ia sendiripun juga tak terlalu mempermasalahkan tentang kejadian disaat ia hampir dibunuh monster aneh.

Ia memang pikir ke-erroran orangtuanya akan berhenti sebentar lagi, dan sejuanya akan kembali seperti semula.

Nyatanya tidak.

Orangtuanya menjadi kasar kepadanya. Selalu meluncurkan makian dari mulut, melukainya.

Dan juga, bertengkar kepada sesama tanpa sebab dengan kata-kata (atau mungkin bahasa) yang Yume tidak pernah tau sebelumnya.

Kemudian mereka akan saling melempari sesama dengan pisau.

***

Yume termenung lagi.

Setelah kejadian itu,  Kakek dan Neneknya yang ingin berkunjung ke rumahnya datang tepat saat orangtuanya sedang bertengkar dan saling hampir membunuh sesama.

Kemudian, Kakek dan Neneknya dengan panik langsung membawanya ke rumah Kakek dan Neneknya, dan menyuruhnya dengan tegas untuk tinggal disitu.

Omong-omong, Mama sama Papa sekarang masih bertengkar tidak, sih? Gumamnya penasaran.

Ia melirik sekilas ke arah pintu.

Huh, tentu saja orang tuanya tidak ada di aitu.

Karena rasa penasaran yang semakin menghebat, ia pun akhirnya memutuskan untuk mengintipi aktifitas kedua orang tuanya.

Ia berlari kecil, lalu bersembunyi di balik pintu. Ketika menengok lagi--memastikan orang tuanya tidak ada--akhirnya ia pun kembali mengendap-endap.

Ia pun berjalan ke ruang tamu dengan hati-hati.

Ia memutar kepalanya ke sekeliling. Tak ada orang.

Ia pun berjalan ke seluruh penjuru rumah. Tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa orangtuanya ada.

Dengan cuek, ia mengangkat bahu, lalu berjalan ke kamarnya. Kembali bermalas-malasan di atas kasur itu.

Jujur, ia sebenarnya masih sangat penasaran. Tetapi ia terlalu malas untuk menyelidiki lebih lanjut.

Ia pun hanya berdiam lama. Sangat lama. Sampai akhirnya ia hampir tertidur.

Tepat ketika suara teriakan pertengkaran mulai terdengar bersamaan dengan suara kepingan pecah.

***

A/N

hai ...

Semakin lama, chap yg saya publish semakin pendek:"

Hoho, aku bener-bener mentok. Tapi, aku tetep berusaha nulis, sih.

Sebenarnya, aku udah ngeriset cerita ini. Cuma, gara-gara dari awal aku nulisnya udah gaje, jadi lama-lama aku semakin bingung nulisnya gimana.

Jadi, aku dapet pelajaran dari sini. Kalau kita memulai awalan menulis dengan bagus, maka kedepannya, ceritanya akan menjadi bagus juga.

Aku bener-bener pengen namatin ini cerita. Cuma, kalau aku tamatin hanya dengan ... mungkin, kisaran 5-10 chap lagi (atau mungkin kurang😆), endingnya ga bakal memuaskan.

Tapi ...

Serius, aku keganggu bgt sama cerita ini ಠ_ಠ.

Kayanya aku tamatinnya cepet aja deh.

Aku juga sebenarnya ... rada patah semangat sih. Aku rada kaget sedikit pas liat chap sebelumnya yang baca baru tiga (;´༎ຶٹ༎ຶ')

Jangan marah ya. Aku masih ada banyak kumpulan cerita yang masih di draft kok. Jadi, kalau aku udah namatin cerita ini, masih banyak cerita lain yang menunggu di publish di akunku. Siapa tau kalian lebih suka sama cerita yang lain.

Eh iya! Karena ini hari kemerdekaan, aku publish cerita yang chap lalu aku bilang, judulnya 'fantasìa'. Kujamin, kali ini ceritanya lebih bagus kok dari cerita ini:D

Btw ..

Kayaknya aku bakal namatin cerita ini dengan cepat._.

Bye!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro