Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Flashback (3)

Yume menggigit bibirnya kuat-kuat.

Ia benci dirinya sendiri.

Mengapa?

Karena perubahan sikap orangtuanya berawal dari saat-saat monster itu muncul dari sungai cantik berisi kejahatan itu.

Dan tentunya juga, berawal karena dirinya.

Yume melamun sambil menatapi langit-langit kamar. Kilasan ingatan yang melewati kepalanya itu membuatnya semakin sesak dan ingin melukai dirinya sendrii.

Ia stress mengingat kegilaannya saat rasa keinginan untuk mencelakakan kedua orangtuanya yang dalam tumbuh di dirinya saat dimasa lalu.

Ia menghela nafas patah-patah. Ia berusaha tidur. Ia masih lumayan mengantuk, karena tadi ia bangun saat pagi-pagi sekali untuk melakukan perjalan kesini.

Ia memejamkan matanya kuat-kuat.

Tetapi, dirinya tetap saja menolak untuk tidur. Padahal matanya sudah lelah.

Semakin kuat ia berusaha tidur, semakin kuat pula kilasan ingatannya meluncur ke otaknya.

Rasanya ia ingin menangis putus asa ketika akhirnya kilasan ingatan tentang apa yang ia lakukan selanjutnya (setelah monster itu keluar dari sungai), melintas di kepalanya.

Ia benci ini. Ia memang tidak bisa membuat dirinya sendiri menahan untuk tidak mengingat-ingati kejadian disaat-saat orangtuanya menjadi ... gila.

***

FLASHBACK

Yume kecil membeku ditempatnya.

Wajahnya berubah menjadi menyeramkan sangking syoknya.

Apa-apaan ini! Kok ..., gumamnya dalam hati. Bahkan ia tidak bisa melanjutkan omongannya dalam hatinya sendiri.

Tubuhnya mendadak jadi kaku. Lidahnya kelu. Wajahnya berkedut.

Ia jadi bingung ingin memasang reaksi apa.

Monster yang berleher panjang itu melihat sekelilingnya. Nampaknya ia belum menyadari kehadiran Yume.

Yume bisa mencium bau busuk ketika monster itu--dengan setengah badannya di air--mendekati tepi sungai.

Yume mengejang ketika melihat monster yang lebih mirip naga itu menunduk sedikit, dan melihat Yume.

Hening.

Keduanya sama-sama terkejut dengan kehadiran masing-masing.

"..."

"..."

Perlahan, mata monster itu menyipit.

Mereka kembali sama-sama terdiam.

1 detik ...

2 detik ...

3 detik ...

ROAAARH! HIII!

monster itu meraung. Dan itu membuat Yume berjengit kaget.

"Apaansih! Ngagetin tau!" Pekik Yume. Lalu ia berbalik secepat kilat, dan berlari kesetanan ke sembarang arah sambil menjerit-jerit.

Memang terlihat konyol kalau dia begini. Tapi, wajar saja Yume seperti itu. Semua ornag juga akan melakukan hal itu ketika melihat monster untuk pertama kalinya. Si mahluk yang tidak pernah dianggap serius itu.

Monster itu terdengar meraung dibelakang Yume. Percikan air hebat mengguyur Yume. Ia duga, pasti monster itu mengeluarkan dirinya dari sungai sepenuhnya.

Ia semakin menjerit ketakutan, lalu mempercepat lariannya. Sekarang, kakinya sampai tidak terlihat sangking cepat lariannya.

Keringatnya becucuran di keningnya. Ia panik bukan kepalang. Jantungnya berdegup dengan sangat kencang.

Suara raungan berat terdengar lagi--membuat Yume semakin ngeri. Ia berlari semakin cepat lagi dengan wajah tegang.

Heran. Kok bisa sih, orangtuanya tidak keluar untuk menyelamatkannya?

Tunggu! Jangan asal main lari saja! Masa aku ga pikirin tentang monster itu sih? Batinnya berteriak histeris.

HEI! APA LAGI YANG MAU DIBAHAS?! ITU MONSTER! MONSTER! MONSTER! Bagian dirinya yang lain balas berteriak.

Itu! KOK AKU BISA SIH GA KAGET NGELIAT MONSTER?!

Yume menjerit. Nah, ia baru ngeh kalau itu bukan monster main-main.

Suara tapak kaki berat terdengar kencang. Bersamaan itu juga, tanah bergetar hebat.

"Oi! Siapapun, tolong! Masa kalian tega sih, mendiamkanku?!" Teriak Yume ketakutan sambil berlari ke arah kanan.

Tanah bergetar lebih kencang lagi seiring suara tapak kaki hebat terdengar. Nampaknya, monster itu sedang berjalan.

Yume kelewat panik. Gila, ia bahkan benar-benar bingung melihat mahluk itu. Perasaanya benar-benar campur aduk.

Rasanya ia pengen pingsan sekarang. Tetapi membayangkan betapa menyeramkannya kalau monster itu memakannya karena ia tidak lagi kabur--membuat Yume lebih cepat lagi berlari.

Monster itu mulai mempercepat langkahnya. Dari berjalan pelan hingga menjadi larian cepat.

"Jangan curang! Kamu besar, jadi sekali jalan, sama dengan sepuluh kali aku lari!" Pekik Yume panik. Semakin kencang ia berlari.

Monster itu meraung ketika melihat Yume yang mulai sedikit lebih jauh dari dirinya--karena Yume semakin cepat sekali berlari.

Monster itu juga semakin cepat berlari. Rasanya Yume ingin menangis putus asa ketika melihat pagar berdiri kokoh didepannya--menjulang tinggi, melebihi ketinggian pohon.

Yume berbalik dengan ngeri. Tubuh monster itu langsung ditangkap matanya. Monster menjijikan yang bau.

Tubuhnya penuh benjolan-benjolan kecil aneh. Mukanya sangar dan menjijikan. Ia membawa kapak raksasa. Tubuhnya terlihat sangat kasar. Perutnya buncit. Warna kulitnya berwarna abu-abu pucat. Ia memiliki banyak keropeng. Hidungnya bengkok, matanya terlihat seperti ingin keluar jika ia melebarkan matanya sedikit saja lagi.

"EWW!" Teriak Yume kejijikan. Muka Yume membiru--karena lupa cara bernafas sangking paniknya.

"Aku masih kecil! Jangan coba-coba membunuhku! Kau tidak kasihan apa?! Aku mau sampai tua dulu, baru mati!" Pekiknya lagi.

Wajah monster itu terlihat memerah. Bola matanya melebar. Ia melototi Yume dengan penuh amarah.

Yume menahan nafasnya ketika sebuah bola kecil menggelinding pelan-- yang jatuh dari tubuh si monster.

Itu bola mata si monster.

Selama beberapa detik, ia dan monster itu sama-sama terdiam. Nampaknya sama-sama terkejut setengah mati.

Tubuh Yume melemas. Lututnya saling berketukkan. Wajahnya benar-benar seram. Bahkan kengerian wajahnya melebihi keseraman wajah monster itu.

"Mahluk tak memiliki perasaan! MENJIJIKAN! JAHAT SEKALI! MEMBERI TRAUMA KEPADA SEORANG ANAK PEREMPUAN!" Jeritnya putus asa karena termakan kejijikan yang tinggi.

Monster itu semakin marah. Warna kulitnya yang berwarna abu-abu itu menjadi terlihat aneh karena tercampur dengan warna merah karena merah.

Monter raksasa itu meraung hebat, lalu mulai jalan mendekatinya. Tanah berguncang lebih hebat lagi dari sebelumnya. Karena si monster berjalan sambil menghentakkan kakinya.

Monster bermata yang tinggal satu itu melototi Yume lagi.

Suara berdeguk terdengar. Berasal dari Yume.

Dua detik kemudian, ia mengeluarkan semua makanan sarapannya dari mulutnya, dengan penuh kejijikan. Ia benar-benar menjadi lemas.

Semua orang juga akan melakukan seperti itu jika melihat sebuah bola mata menggelinding dan jatuh dikakinya. Untuk kedua kalinya.

Rasanya ia ingin pingsan sekarang ketika melihat monster buruk rupa itu sekarang tidak bermata.

Monster itu nampak melihat kesekelilingnya (padahal ia tidak memiliki mata lagi). Ia nampak berlutut, lalu meraba-raba rerumputan disekelilingnya.

Sedangkan Yume, ia nampak membeku ditempatnya. Benar-benar beku. Seperti batu atau patung. Tubuhnya benar-benar tak melakukan pergerakan sedikitpun. Nampaknya ia juga sampai tidak bernafas. Terlihat dari perutnya yang tak ada pergerakan.

Monster itu pun menggenggam kedua bola matanya--ketika sudah mendapatkannya. Lalu ia mulai berdiri lagi, lalu memasukkan kedua bola matanya ke dua lubang di wajahnya itu dengan kencang dan kasar.

Yume menarik nafas lebih dalam lagi. Penampakan si monster memasukkan bola matanya kembali itu sangat ekstrim.

Suara pekikan tertahan terdengar dari Yume bersamaan dengan air matanya yang menetas (tentu saja ini karena kejijikan). Tubuhnya terasa ngilu semua.

"KUMOHON! KUMOHON INI HANYA MIMPI BURUK!" teriak Yume sambil memanjat pagar yang sangat tinggi itu dengan lincah dan sangat cepat, lalu mulai melompat ke sebuah pohon tinggi (tetapi tidak setinggi pagar itu). 

Ia langsung memeluk sebuah ranting tebal ketika dirinya hampir terpleset.

Ia menangis lemah dan memekik tertahan lagi. Gila, ia benar-benar trauma sekali. Bayangan bola mata yang jatuh dari si monster itu, serta saat monster itu dengan kuat memasukkan matanya kembali ketempat asalnya itu, menghantuinya.

Ia keringat dingin. Pakaiannya sampai basah semua. Tetapi ia tidak peduli.

Monster itu nampak mulai mendorong pagar kencang-kencang sampai hancur berkeping-keping. Dengan wajah sangar, ia berjalan setengah menghentak-hentakkan kakinya dengan kuat ke pohon yang diduduki Yume itu.

Yume semakin erat memeluk pohon itu, lalu menutup matanya ketika monster itu hanya tinggal lima langkah lagi dari dirinya--menunggu ajal.

***

A/N

Haai!

Btw aku kelupaan sama cerita ini tau. Makanya upnya agak telat. Dari tadi langsung ngebut banget nulisnya(;´༎ຶٹ༎ຶ')

Tunggu next chapternya ya! Maaf kalau ini cerita makin gaje aja. Babaaaay!︎♡´・ᴗ・'♡

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro