Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Before Go

Setelah si lebar mengatakan fakta sebenarnya tentang sungai Grymc itu, si hitam menjerit-jerit tidak jelas, sambil pontang-panting menyiapkan barang yang si lebar suruh bawa.

Sedangkan Yume, dia hanya mengerutkan keningnya bingung.

Yaampun, hidup aku lama-lama kenapa jadi gini? Batinnya.

Ia menghela nafas lelah sambil sesenggukan karena sedari kemarin ia menangis terus, lalu ia memutuskan membantu si hitam menyiapkan barang-barang. Ia merampas koper yang berada di bawah kasurnya. Ia memang sengaja menaruh koper disitu, karena, waktu itu gudang sangat penuh sehingga tidak ada tempat untuk menaruh kopernya. Tetapi, saat gudang itu sudah hanya meninggalkan beberapa barang, ia terlalu malas untuk menaruhnya di gudang.

Setelah itu, Yume dan si hitam mengobrak-abrik gudang. Si lebar yang sedang duduk-duduk santai di sofa Yume sambil meminum kopi, mengernyit heran ketika mendengar suara gaduh yang berasal dari gudang.

Memang mereka ini lama-lama seperti babunya si lebar. Sedari tadi, boro-boro ia membantu. Beranjak dari sofanya saja ogah-ogahan, apalagi membantu?

Keluar-keluar dari gudang, Yume dan si hitam sudah diselimuti dengan debu. Entah apa yang mereka lakukan sehingga tiba-tiba pakaian mereka sudah lusuh. Wajah mereka juga kotor.

Yume sedang memunggungi kain yang berisi penuh dengan alat-alat pengaman. Ada pelampung, tabung oksigen dan pakaian renang dan alat-alatnya. Ia juga kotak P3K punya Neneknya dulu. Di pundaknya yang sebelahnya, terdapat juga kantong besar berisi semua senjata yang ia punya. Dulu Kakeknya adalah polisi, jadi, diam-diam Kakek mengoleksi banyak senjata yang diumpati di balik sebuah papan besar. Ada belati, pisau dan pisau lipat, tembakan dari paling kecil hingga yang paling besar, serpihan-serpihan kaca yang tajam, serta paku-paku yang berujung runcing.

Di sampingnya, terdapat si hitam sedang memeluk perahu yang lumayan besar dan berat. Perahu itu dibuat oleh Kakeknya juga. Terbuat dari kayu. Di lengannya yang satu lagi, si hitam juga sedang memeluk alat pendayung yang ada 4.

Setelah itu, entah apa yang dipikirkan si hitam, ia malah melempar asal perahu besar nan berat itu ke lantai. Si lebar menahan nafas dan Yume menutup telingan kencang-kencang.

BRUUK!!

Bunyi super kencang terdengar. Si hitam berjengit kaget. Lantai pun retak besar. Si lebar menatapnya dengan emosi. Mukanya merah padam. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat sehingga memutih.

"APASIH YANG KAU PIKIRKAN HITAM?! INI RUMAH ORANG!" Desis si lebar murka. Di samping si hitam, Yume juga sedang menarik nafas kencang-kencang. Ia juga emosi. Si hitam ini dalam beberapa hari dapat menghancurkan rumahnya.

2 hari yang lalu, si hitam melempar dirinya kuat-kuat ke sofa yang sudah rada jebol. Sofa itu langsung patah. Untung saja Yume masih menahan diri. Keesokannya, ia memakani snack-snack persediaan Yume. Ia membuka kemasan dengan asal sehingga snack itu langsung berhamburan. Seketika itu juga, terjadi hujan snack. Yume juga berusaha sabar.

Sebagai jawaban, si hitam hanya cengengesan kepada si lebar. Si lebar menggertakan giginya. Sumpah, ia kesal sekali.

Mereka pun akhirnya berdebat. Yume kabur ke kamarnya. Ia mulai memasuki pakaian-pakaiannya ke dalam koper. Mulai dari seragam, kaos, sweater, jaket, kemeja, celana pendek, celana panjang, piyama, kaus kaki, dasi, gesper,dan lain-lain.

Setelah selesai berkemas, ia melempar dirinya ke kasurnya. Tak sengaja ia menangkap foto dirinya serta Kakek dan Neneknya yang di pajang di kamarnya.

Dadanya sesak. Air matanya mulai mengumpul dan tumpah lagi. Ia menangis lagi. Saat itu, Setelah ia mengamuk di ambulance, beberapa jam kemudian, orang-orang mulai menguburi Kakek dan Neneknya. Yume tidak ingin melihat. Ia tidak rela melihat tubuh Kakek dan Neneknya yang mati dengan cara tidak layak--Tubuh remuk dan darah dimana-mana.

Ia menangis dan membenamkan wajahnya lututnya. Ia mulai duduk dalam posisi memeluk kakinya. Sesekali, ia memijat pangkal hidungnya. Kepalanya rasanya ingin pecah. Sedari kemarin, karena ia tidak berhenti menangis, kepalanya menjadi sangat pening. tetapi ia tidak terlalu mempedulikan hal itu.

"Oi! Tidur semua! Siapin tenaga buat besok!" Celoteh si lebar dari bawah. Yume hanya mengangguk pelan--meskipun ia tahu si lebar tidak akan melihat.

***

Sekarang hari ke empat setelah kematian Nenek dan Kakeknya. Pagi-pagi, Yume menuruni tangga dan sudah mendapati teman-teman baru di sekolahnya sudah menunggu di depan pintu. Yume melongo.

Ia menatap Asuka, Mitsuko, Rei, Yuuna, dan Ayumi dengan kaget bercampur bingung. Kelima temannya itu malah hanya tersenyum manis kepadanya.

Yume cepat-cepat mengajaknya masuk ke dalam rumahnya. Ia mempersilahkan mereka untuk duduk di sofa. Yume dengan gesit membuat teh hangat kepada mereka. Hawa hari ini sangat dingin. 5°. Ia terkejut sekali ketika melihat temannya menunggu di luar. Ia pikir, pasti mereka kedinginan.

Setelah membuat teh dan membawanya kepada teman-temannya, Mitsuko membuka suara.

"Um.. maaf Yume, kami datang tanpa memberitahumu. Kuharap kau tidak marah." Ragu Mitsuko. Yume menaikkan alisnya lalu menjawab.

"Tentu saja aku tidak marah."

Mereka saling melempar pandang. Hening sesaat. Tiba-tiba suasana menjadi canggung.

"Eumm, Yume, kami sekelas memberimu donasi untuk kebutuhanmu sehari-hari. Maaf, mungkin ini sedikit. Tetapi, semoga saja ini cukup untuk kebutuhanmu." Yuuna memecah keheningan, setelah berdeham.

Kelima gadis itu mengulurkan tangannya ke punggung Asuka. Yume mengernyit bingung. Tiba-tiba, mereka mengeluarkan sebuah celengan besar--yang entah sejak kapan ada berada di belakang Asuka.

Yume melongo kembali. Ditatapnya satu-satu temannya. Sedangkan mereka, kelima teman itu tersenyum lebar dan menarik tangan Yume untuk menerima pemberian mereka.

Yume tak sanggup berkata-kata. Ia ingin mengatakan terimakasih, tetapi rasanya itu lebih dari terimakasih. Jadi dirinya hanya komat-kamit karena bingung ingin mangatakan apa. Saat ingin berkata, tetapi selalu saja dirinya merasa tidak cocok untuk mengatakan itu.

Jadi yang ia bisa lakukan adalah hanya menatap kelima kawannya dengan tatapan horor.

"Beneran, nih? Oi! Beneran? Beneran? Beneran? Beneran? Beneran? Beneran? Beneran? Beneran? Ben--"

"IYA!" seru kelima temannya dengan gemas. Yume melirik mereka dengan tatapan yang semakin horor.

Iya, dia lagi konslet. Dia sering seperti itu kalau sedang shok.

"Makasih?" Katanya yang lebih mirip pertanyaan. Mukanya semakin seram. Yume yang sedang bermata panda itu menambah keseraman dalam dirinya. Ia menyeringai. Sumpah, ia sangat seram.

"Sama-sama!"

Yume kembali menatap kelima kawannya. Kali ini dengan tidak dengan horor. Ia tersenyum manis.

"Eh, btw, kalian disini sampai malam dong! Soalnya besok aku harus pindah ke rumah orangtuaku." Yume memasang wajah memelas. "ASTAGA! AKU JUGA PINDAH SEKOLAH, DONG?!!" Pekiknya dengan histeris. Dia baru sadar tentang hal ini.

Hati Yume berdetak dengan sangat kencang. Bodoh! Bodoh! Kenapa kamu bisa ngga ingat? Ia marah sekali dengan dirinya.

Teman-temannya melotot kaget. Yume mondar-mandir tidak jelas karena panik. Lama-lama, teman-temannya ikut mondar-mandir dengan panik. Yume meringis kesal karena baru menyadari hal ini. Ia putus asa.

"Oke, oke! aku akan izin ke orangtuaku!" Seru Asuka. Ia segera menyambar handphonenya.

Ayumi, Mitsuko, Rei, dan Yuuna segera ikut menyambar handphonenya dari tas masing-masing. Setelah itu, mereka segera meminta izin kepada orangtuanya.

Setelah mendapatkan izin, mereka menghela nafas lega. Tinggal Asuka yang masih berkutat dengan handphonenya.

"Maaummanrmhtmnniblhyyyyy." celotehnya dengan tatapan memelas. Mereka mengernyit kaget mendengarnya. mereka tergelak hebat mendengar perkataan Asuka.

Ya, dia berbicara dengan sangat cepat karena panik. Jadi seperti itu. Malah Yume kira awalnya ia sedang berbicara dengan bahasa alien(?).

"Ngomong apa sih!" Celetuk Rei sambik terbahak.

"Shtdem!" Pelotot Asuka, membalas perkataan Rei. Mereka kembali bertatapan dengan heran dan terbahak hebat. Asuka menatap mereka dengan kesal.

"Yaaaa!! maaa! Uhhpliidungishjhetbtswijdea!" Pekik Asuka tiba-tiba. Mereka menatap Asuka sambil menahan tawa.

"Apsih! Jt! Abjsdjfkkeckwoejfpqojdcnjriepqmdifo!" Jerit Asuka. Akhirnya mereka tertawa hebat. Kali ini hebat sekali sampai si hitam mengintip diam-diam dari atas.

Kok kita mirip ya .... Batin si hitam sambil nyengir sendiri, sampai akhirnya kembali melempar-lempar makanan ke kuburan dengan gaya seperti sedang melempar bunga saat kau sedang menjadi pengiring pengantin. Ya, dia pikir pasti orang-orang yang sudah mati itu akan kelaparan, karena mereka terjebak di tanah, jadi tidak bisa makan.

Mereka kali ini terbahak hebat karena Asuka benar-benar berbicara tidak jelas, bukan karena berbicara dengan cepat. Asuka melototi mereka dengan tatapan bengis.

"Ughm! Temnbrakhtumpndehsklejthbtmamhi!" Pekiknya lagi. Asuka melototi handphonenya dengan tatapan mautnya. Setelah mendekatkan ke kupingnya kembali, suasana menjadi tenang. Yang lain sedang menanti bahasa apa lagi yang akan dikeluarkan Asuka.

Tiba-tiba Asuka nyengir lebar. "Nahh! Gtutujdimmayngbaik!" Setelah itu, ia memasang wajah cengo.

"Aku diizinkan!" Seru Asuka riang. Senyum Yume mengembang. Ia senang sekali. Tetapi, diam-diam dia sangat gelisah karena harus berpisah dengan teman-temannya. Ia kembali sesak nafas, tetapi dia tahan kuat-kuat.

Dan hari itu, Yume kembali ceria. Mereka melewatkan satu hari penuh dengan menonton film anime sambil memakan snack-snack yang dibawakan kelima tamu itu, lalu bermain perang bantal, bernyanyi dan berjoget tidak jelas (yang kali ini si hitam ikut, karena hal-hal yang berbau tidak jelas selalu ia ikuti--sampai-sampai si lebar harus menyeretnya untuk membiarkan mereka menikmati waktu hanya berenam), lalu mereka melakukan kegiatan bakar-bakaran di luar rumah Kakek dan Nenek Yume menggunakan daging yang saat itu dibeli Yume.

Setelah daging sudah matang, mereka memutuskan untuk makan sambil memutar lagu kesukaan mereka (si lebar dan si hitam juga ikut, karena diajak Yume). Yume merekam kejadian ini untuk kenang-kenangan, ditambah lagi saat itu sedang sunset. Suasana menjadi semakin damai, apalagi lagu yang diputar adalah lagu yang merdu dan lembut.

Setelah itu, mereka mengobrol sambil duduk di hamparan rumput dan menikmati pemandangan bulan saat sudah malam. Dan beruntung sekali, hari ini ada bulan lagi.

Tak terasa, mereka harus pulang. Dan sekarang, Yume sedang berdiri di ambang pintu, menatapi kelima temannya.

Ia hanya membatu di pijakannya. Ia tidak bergerak sesentipun. Hanya menatap kawannya dengan tatapan kosong.

Mitsuko menghela nafasnya, lalu membuka suara.

"Yum--"

Mitsuko tersentak--begitupun dengan Ayumi, Rei, Asuka, dan Yuuna. Yume menghambur ke pelukan kelima sahabatnya. Air matanya telah jatuh. Ia terisak pelan di bahu temannya. Ia semakin mempererat pelukannya.

"Mengapa kita harus berpisah? Padahal kita baru berkenalan! Kita baru akrab! Dan aku juga akhirnya baru mendapatkan teman! Sekarang? Harus berpisah lagi! Baru saja aku berpisah dengan Kakek dan Nenek! Mengapa dunia tidak memberiku waktu? Mengapa?! Mengapa dunia sangat kejam?!" Teriak Yume dengan marah. Air matanya berlomba-lomba untuk meluncur.

"Yum, jangan begini dong. Kita kan tetap teman meskipun berpisah." Hibur Asuka. Yume semakin hebat menangis.

"Iya nih. Kita pasti akan bertemu lagi, kok." Ujar Yuuna.

"Btw, senang bisa berkenalan denganmu." Rei menyengir lebar, smabil menepuk bahu Yume pelan. Yume hanya tersenyum getir.

"Mana Yume yang ceria? Setahuku Yume terus tersenyum dari awal mulai pelajaran sampai pulang saat itu. Aku jadi ingat, saat waktu beberapa hari yang lalu kita berkenalan dan langsung memulai gosip." Ayumi terkekeh pelan.

"Kita akan bertemu lagi suatu saat. Cepat atau lambat. Aku yakin dan percaya itu." Tambah Mitsuko. Ia tersenyum lembut kepada Yume.

"Pasti!" Seru Ayumi, Asuka, Rei, dan Yuuna. Yume menatap mereka penuh haru dan mengangguk pelan.

Mitsuko yang melihatnya menghela nafas lega. Ia membuka mulut.

"Syukurlah. Karena, dunia tidak sekejam yang kau pikirkan." Mitsuko tersenyum manis. Yume membeku. Entah kenapa perkataan Mitsuko terngiang-ngiang dan melekat kuat di kepalanya.

Suara dering telepon mulai terdengar. Suara yang berasal dari saku Yuuna. Yuuna meringis.

"Sepertinya aku sudah ditunggu." Ujar Yuuna. Yang lainnya ikut mengangguk. Mereka semua menatap Yume, meminta izin.

Yume menatap mereka dan tersenyum getir, lalu mengangguk.

"Sampai jumpa." Bisiknya pelan setelah berpelukan dengan sangat erat. Teman-temannya kini perlahan mulai pergi ke rumah masing-masing.

Yume berdiri diambang pintu dengan wajah yang terkesan sangat kesakitan dan putus asa. Ia menatap punggung teman-temannya sambil sesenggukan.

"Memang, perpisahan itu menyakitkan" timpal si lebar dari belakang.

***

A/N

Up lagi.

Muehehhee. Sengaja. Karena menurutku part ini ngga penting-penting amat. Oh iya, btw mulai sekarang upnya tidak menentu. Tapi ngga bakal lama-lama kok;)

Dan aing numpang marah-marah dulu.

TAU ngga sih? Kesel banget sama hp ini! UH UDAH CAPEK CAPEK NULIS KEHAPUS TADI! MAKANYA UPNYA MALEM-MALEM gini!! MESTI NULIS ULANG! //injek-injek hp.

IYA TAU ITU TYPO BANYAk BENER. TAU AH. Capek bener:( ntar benerin pas revisi bae.

PADAHAL AWALNYA UDAH NULIS PANJANG DAN FEELNYA UDAH DAPET. ELAH. KENAPA HARUS KEHAPUS?

GARA-GARA TADI NI HP NGEHENG (injek-injek hp lagi) Terus aku restart ehh belum di save! :(((((((

KAN KESEL.

Udah ah ntar keterusan marah-marahnya. :D.

See you in next part!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro