Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

48

"Oh My God! Itu Sir Nathan bukan sih?" seru Melania.

"Iya, itu sir Nathan. Aduh... sir Nathan tambah ganteng deh!" seru Ella.

"Iya, harusnya dia gak berhenti ngajar di kampus," ucap Melania.

"Gue nanti harus dapetin nomer telepon Sir Nathan pokoknya," ujar Ella.

"Aduh, kalian itu alay banget tahu gak sih! Gitu doang juga, udah heboh sendiri!" omel Yong Yu.

"Biarin juga napa sih, Sir Nathan itu emang ganteng banget tahu! Kamunya aja yang gak tertarik sama dia!" sewot Ella.

"Kamu udah gak waras kali! Aku ini laki-laki, gimana mau tertarik sama dia, kamu pikir aku homo apa?" ujar Yong Yu.

"Sepertinya saya harus memantau secara langsung kelas aksel yang di pegang oleh Sir Chris saat jam pembelajaran sedang berlangsung, karena dari tadi yang saya perhatikan ada yang sibuk berbicara sendiri," ucap Nathan dengan nada khasnya yang datar dan tegas itu yang membuat semua mahasiswa(i) yang ada diam seketika.

"Bagus, sudah gak ada yang berbicara sendiri. Saya akan menjelaskan prosedur untuk kalian mewawancari saya, setiap kelompok saya beri waktu 10 menit. Satu kelompok keluar, lalu berganti kelompok lain langsung masuk. Ingat saya tidak mau membuang waktu saya untuk menunggu, jadi kalian bisa masuk sesuai urutan kelompok. Saya punya daftar kelompoknya, kalau kalian telat masuk berarti waktu kalian telah terpotong," ucap Nathan lalu menuju ruangan pribadinya.

---

"Eitz, cups lo itu harus masuk yang paling terakhir dong!" ujar Angel.

"Apaan sih lo, Angel!" seru Alice.

"Gue apaan? Yang bener itu lo yang apaan, Cups!" ujar Angel.

"Makanya mereka ini gak tahu diri banget, sudahlah kalian ini hanya sekelompok orang miskin jadi gak bakalan mengerti tentang bisnis!" ucap Thea meremehkan.

"Sudah Angel, aku mohon kamu minggirlah. Biarkan kami masuk, kami membutuhkan waktu ini untuk wawancara, kamu tau sendiri ini bersangkutan dengan nilai tugas kami," ucap Fenny.

"Siapa peduli!" seru Iriana.

"Udahlah Fen, buat apa kamu mohon-mohon gak guna kayak begitu. Sudah kita trobos aja, ayo!" ucap Olive, bersamaan dengan dirinya dan Alice menarik Fenny.

"Eh, kalian itu gak punya etika apa!" ujar Angel.

Brak ...

"Sudah bertengkarnya?" tanya Nathan dengan suara dinginnya.

"Eh itu, Sir, tadi itu apa. Ini sih cups dorong kita, sampai akhirnya kita jatuh kayak gini," ucap Angel.

"What the f*ck! Lo ngatain kita yang dorong lo? Ngaca dong ya, punya kaca gak? Siapa dulu yang cari masalah, pakai acara kita gak boleh masuk segala!" ujar Alice.

"Cukup, hentikan semua drama gak guna ini. Sekarang kalian bertiga Angel, Thea, dan Iriana bisa keluar dari ruangan saya. Karena saya rasa sesi wawancara kalian sudah selesai, kalian bisa menunggu diluar mengerjakan apapun yang kalian mau asal tidak menganggu," ucap Nathan.

"Iya, Sir," ucap Iriana.

"Awas aja kalian cups!" ujar Angel.

"Apa? Mau nantangin, sini! Gue gak takut!" seru Alice.

"Baik, saya rasa sudah selesai bertengkarnya. Silahkan tanyakan apapun yang mau kalian tanyakan, waktu kalian hanya sisa 3 menit!" ucap Nathan.

"Ta-" protes Alice.

"Sudahlah Alice, langsung tanyakan apa pertanyaan yang sudah kita susun. Jangan membuang waktu sisa 3 menit ini untuk protes gak jelas," ucap Fenny yang sudah memahami sikap Nathan yang selalu profesional.

"Huh ... baiklah," ujar Alice.

---

"Well sebelumnya, kalian sudah pergi ke Foxien interprise dan Alvanno corp. Saya harap saya tidak akan mendapatkan laporan buruk tentang kalian dari kedua pihak perusahaan dan baiklah, disini saya akan bertindak profesional sebagai pemilik perusahaan bukan sebagai dosen kalian. Sama seperti kedua perusahaan sebelumnya, waktu kalian wawancara hanya 10 menit per kelompok!" ucap Chris  lalu meninggalkan tempat itu menuju ruangan pribadinya.

---

"Fenny, ini gimana laporannya paling lambat di kumpulkan 3 hari kedepan. Sementara hasil wawancara kita gak lengkap yang Foxien enterprise sama Alvanno corp," ucap Alice.

"Kita cari aja di majalah-majalah bisnis," ucap Fenny.

"Majalah bisnisnya siapa coba? Papaku udah gak pernah langganan majalah bisnis," ucap Alice.

"Sama, sejak papaku bangkrut masih belum langganan majalah bisnis," ucap Olive.

"Papaku ada, tapi sepertinya gak enak mengerjakan tugas di sana. Ada Kak Viola, eh ... Kak Nathan juga langganan. Bahkan punyanya Kak Nathan masih lengkap yang seri bulan lalu, nanti aku coba ijinkan ke Kak Nathan dulu," ucap Fenny.

"Lalu kalau gak boleh gimana?" tanya Olive.

"Masih ada Kak Miki," jawab Fenny.

"That's sound great!" ujar Olive.

---

"Kak Nathan," ucap Fenny.

"Masuk aja, Ai," ucap Nathan.

"Kenapa, Ai? Kok kamu belum tidur?" tanya Nathan.

"Hehe ... gak papa, Kak, cuma lagi gak bisa tidur aja," jawab Fenny.

"Ya udah, sini," ucap Nathan.

"Kenapa, Kak?" tanya Fenny.

"Nah gini aja," ucap Nathan, sambil mendudukkan Fenny di pangkuannya.

"Emang Kak Nathan gak kesusahan kerjanya, kalau kayak gini?" tanya Fenny.

"Enggak kok, sudah kamu tidur dulu aja. Besokkan kamu masih harus kuliah, jadwalmu juga pasti pagi," jawab Nathan.

"Hmmm ... Kak Nathan, kalau aku mau pinjam majalah bisnis kakak boleh gak?" tanya Fenny.

"Buat apa memangnya, Ai?" tanya Nathan balik.

"Buat cari informasi tentang perusahaan Kak Nathan dan Foxien enterprise, karena tadi aku wawancaranya belum selesai," jawab Fenny.

"Yah gimana mau selesai, kalau kelompokmu masuknya aja telat," ucap Nathan.

"Hehe ... iya, habisnya tadi bertengkar dulu," ucap Fenny.

"Kamu ini, Ai, sudah di kelas baru juga masih aja ada rivalnya," ucap Nathan.

"Abisnya mau gimana lagi, akukan sudah musuhan sama Nessa. Jadi ya otomatis aku juga musuhan sama sepupunya Nessa, Angel. Jadi gimana Kak Nathan, boleh gak?" tanya Fenny.

"Boleh, pakai aja, Ai," jawab Nathan.

"Thanks, Kak," ucap Fenny, lalu mencium bibir Nathan sekilas.

"Ai, sepertinya kamu melakukan kesalahan deh. Kamu membangunkan juniorku," ucap Nathan.

"Ma-maaf, Kak, aku beneran gak sengaja," ucap Fenny lalu beranjak berdiri.

"Kak Nathan, kamu mau apa, Kak?" tanya Fenny panik, berlari ke ujung ruangan.

Lalu Nathan mengampit Fenny dengan kedua tangannya. Sementara Fenny berusaha lepas dari apitan Nathan.

"Ma-ma-maaf, Kak, aku gak sengaja," ucap Fenny panik, saat melihat Nathan memegang betisnya yang di tendang Fenny.

"Hah sudahlah, lupakan!" ujar Nathan segera beranjak keluar dari ruang kerjanya.

---

"Kak Nathan, kamu marah sama aku?" tanya Fenny.

"Nggak," jawab Nathan.

"Kak, aku beneran minta maaf, aku gak ada maksud untuk melakukan itu," ucap Fenny.

"Kakak gak marah sama kamu, kakak lagi capek mau tidur," ucap Nathan.

"Kak, aku benaran minta maaf. Tapi kalau Kak Nathan memang mau melakukannya silahkan," ucap Fenny.

"Kakak sudah bilang, kakak gak marah. Dan kakak gak akan melakukannya sampai kamu sudah siap, Ai," ucap Nathan.

"Kamu beneran gak marah sama akukan, Kak?" tanya Fenny.

"Iya, sudah malam. Ayo sini, tidur, Ai," jawab Nathan sambil menepuk kasur sampingnya.

---

"Alice, Olive aku bawa kabar gembira untuk kita bertiga loh!" seru Fenny.

"Apaan?" tanya Olive.

"Kasih tahu gak ya?" pancing Fenny.

"Fen, ayo buruan kasih tahu. Sudah kepo banget mih aku, lagian sejak kapan kamu jadi usil kayak gini!" seru Alice.

"Oke, oke, kita dapet ijin untuk memakai majalah bisnisnya Kak Nathan," ucap Fenny.

"Sumpah kamu, Fen?!" ujar Olive.

"Iya, nanti pulang kuliah langsung ke rumah aja," ucap Fenny.

"Great!" ujar Olive.

---

"Kalian gak mau masuk?" tanya Nathan.

"Eh iya, Kak, ini juga mau masuk. Masa iya kita ngerjain tugasnya di luar, yang ada tambah keterpa angin semua tugasnya," ucap Alice.

"Makanya, kalian sih pakai acara begong segala!" ujar Fenny.

"Abisnya, Fen, gila aja! Kita mana nyangka kalau rumahnya Kak Nathan sebesar ini, lebih cocok disebut istana dari pada rumah ini!" ujar Olive.

"Bukan rumahku, tapi rumah orang tuaku," ucap Nathan.

"Sama aja lagi, Kak," ucap Alice.

"Beda, kalau punyaku berarti aku yang beli. Karena ini rumah yang beli orang tuaku, maka rumah ini adalah milik orang tuaku," ucap Nathan.

"Aduh, ya deh sesukamu, Kak," ujar Alice.

"Kalian ikut makan malam dulu aja," ucap Nathan.

"Iya, Kak," ucap Alice dan Olive serempak.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro