Bab 47 "Garis Takdir Yang Berbeda"
"Jurus Dua Bintang Utara!" Aku berseru tak kalah kencang. Kedua tanganku bersinar terang, begitu juga dengan keenam bayanganku. Empat belas sinar terang menghalau energi pekat yang diluncurkan Wei. Gelombang energi kembali tercipta dalam kekuatan yang lebih. Tanah di sekitar kami bergetar dan retak. Prajurit yang tak sempat menghindari energi tewas kehilangan nyawa.
"Bukan hanya kau yang bisa membelah tubuhmu, Feng!" Mendadak, ada Wei lain yang melayang di langit. Energi kegelapan yang pekat keluar dari tubuh Wei yang melayang itu.
"Sebagian serang Wei yang ada di atas!" Aku mengomandoi para bayangan yang kubentuk.
Terlambat. Energi kegelapan dari orang yang melayang di langit itu berhasil mengenai kami. Pandanganku menggelap, tidak bisa melihat apapun.
"Kau akan tewas di sini, Feng!"
Energi kegelapan itu diluncurkan dengan kekuatan penuh. Semuanya gelap. Pendengaran yang telah diperkuat energi qi dengan jelas menangkap suara ledakan saat elemen cahaya dan kegelapan berbenturan. Angin kencang menerpa seluruh tubuh, efek yang diterima orang yang saling membenturkan energi, saat dua energi elemen berbeda bertemu. Hawa pekat kengerian dari artefak Dewa Kegelapan dalam jarak yang sangat dekat membuat bulu kudukku merinding. Tinggal menunggu waktu saja, aku akan membusuk terkena serangan dari sang pemilik artefak dengan kekuatan besar itu.
"Apa? Bagaimana itu bisa terjadi!?" Suara Wei bergema mengiringi ledakan energi. Dalam kondisi tidak bisa melihat apa-apa, aku tidak tahu apa yang terjadi padanya.
"Kegelapanku diserap sebuah cincin ruang?!" Sang Pangeran Kedua berteriak lagi.
Cincin Ruang? Cincin Ruang yang diberikan oleh Kakek Jun dahulu?
Perlahan, kegelapan yang menutupi pandangan memudar digantikan cahaya yang bersinar dari tubuhku. Terangnya siang semakin memperjelas penglihatan yang tertutup. Cincin Ruang Dimensi di jari manis tangan kiriku menyedot energi kegelapan dari dua Wei yang menyerang dengan kekuatan penuh. Keenam bayanganku berubah menjadi cairan kental berwarna hitam. Mereka tidak selamat, terkena langsung energi kegelapan.
Pancaran kegelapan dari dua orang meredup. Tubuh Wei yang melayang di langit menghilang, begitu juga dengan aura pekat energi yang dikeluarkannya. Tersisa Wei yang berada di bawah, yang kini sedang berlutut. Ia terbatuk mengeluarkan cairan hitam kental dari mulutnya yang menghitam.
"Bagaimana bisa … aku kehabisan … energi qi…." Ucapannya terputus-putus. Tidak ada kegagahan di tubuh lemas yang tak terbalut zirah emas kebanggaan Sang Pangeran Kedua. Kesempatan yang bagus untuk mengalahkannya.
Aku mengeluarkan energi cahaya yang kumiliki. Seluruh tubuhku dilapisi aura cahaya yang menyilaukan. Aura yang keluar perlahan membentuk seekor burung besar berwarna putih yang berekor panjang dengan jambul di kepalanya. Ekor putih sang burung merumbai. Sayapnya membentang lebar, bersinar terang bagai matahari. Cakar burung yang terbentuk dari cahaya itu melekuk tajam, setajam cakar elang yang merupakan raja di langit.
Saatnya untuk mengakhiri hidup musuh yang merupakan tujuanku selama ini.
"Jurus Phoenix Cahaya Suci!" Burung besar yang terbentuk meluncur dengan kecepatan tinggi ke arah Wei yang tak berdaya. Ia tidak menghindar, diam di tempat.
"Aarrgghh!!" Sang Pemilik artefak Dewa Kegelapan meraung. Sisa-sisa energi gelap di tubuhnya keluar, terbakar cahaya Phoenix yang melingkupi seluruh tubuhnya. Darah hitam keluar dari mulut dan hidung Sang Pangeran Kedua. Wei terkapar di tanah. Ia berguling-guling kesakitan karena jurus cahaya milikku.
"Kakak! Tolong aku!!" Dalam raungannya yang memilukan, ia memanggil Feng— aku.
Dia memanggilmu.
Aku menggerakkan kaki untuk berlari ke arah sang pemilik artefak Dewa Kegelapan yang sedang tersiksa jurus Phoenix Cahaya Suci. Energi qi melimpah di kaki untuk mempercepat langkahku. Hanya dalam beberapa detik, aku sudah berada di depan Wei. Namun setelah berada di depan orang yang merupakan musuhku itu, tubuhku berhenti.
Dia bukan adikmu, Iza. Kau bukanlah Feng. Kau adalah Oryza.
Pemikiran itu terus mencuat di kepala. Ia bukanlah adikku. Ia adik dari Feng. Buat apa aku menolongnya?
"Maafkan aku karena telah berbuat jahat padamu, Kak!" Suara serak Wei kembali bergema di udara. Suara penuh putus asa sekaligus penuh kesakitan.
Jangan goyah, Oryza. Ia adalah musuhmu, bukan adikmu.
Dia adalah adik Feng, adik dari pemilik tubuh ini. Ia juga adikku.
"Mengapa aku harus terjebak dalam dilema?!" Otakku berkata untuk membiarkan Wei tersiksa jurus Phoenix Cahaya Suci. Sedangkan hatiku menaruh rasa kasihan karena ia adalah adik dari Feng. Seharusnya aku membiarkan Wei terkena jurus itu, tapi mengapa hatiku terasa sakit? Apa ini ada hubungannya dengan jiwa Feng yang entah dimana ia berada sekarang?
Tidak mendapat pertolongan, Wei tergeletak lemas di tanah. Tubuhnya yang tadinya kehitaman kembali seperti semula, menyisakan kelabu di bagian badan. Mulutnya terkatup. Ia tidak bersuara
"Tidak! Wei!" Aku bergerak cepat ke arah Sang Pangeran Kedua. Kubaringkan kepalanya di paha. "Wei bertahanlah! Aku akan menyembuhkanmu!"
"Kakak…." Suara lemah itu keluar dari bibir orang yang terbaring lemas.
"Aku akan memberikan ramuan kepadamu!" Kusentuh giok hijau Cincin Ruang Dimensi Kakek Jun. Aliran qi membuat batu alam itu berkilau. Pemandangan di sekitarku berubah menjadi tanah tandus yang seluruhnya berwarna hitam.
Sial! Kegelapan tadi sepertinya membuat ruang dimensi menjadi hancur. Sekarang, bagaimana caranya aku mengobati Wei?
Aku menyentuh batu giok, kembali ke dunia nyata.
"Aku hanya ingin … meminta maaf." Dada bidang Wei bergerak lambat, napasnya semakin memendek. Suaranya menjadi parau.
Setetes air jatuh dari mataku, menetes ke wajah sang Jendral Quon yang terkenal perkasa. Seumur hidupnya ia tidak mendapat kasih sayang seorang ayah, meskipun sang ayah berada di dekatnya. Entah aku sebagai Feng atau aku sebagai Oryza, keadaannya membuatku sedih. Kapan ia akan mendapat kasih sayang dari ayahnya? Kapan ia akan mendapat keadilan?
Kau seharusnya tidak mempertanyakan hal itu. Ia adalah musuhmu. Kau jangan berempati.
"Aku sudah memaafkanmu, Wei." Aku mengusap kening penuh keringat Sang Pangeran Kedua. Kulitnya kasar dan kusam, tanda bahwa ia selama ini telah bekerja keras untuk sampai di tahap sekarang, menjadi jendral yang disegani kerajaan.
"Tolong beritahukan kepada … Ayahanda, aku masih … mencintainya…." Dada Wei mengembang. Sedetik kemudian, napas panjang keluar secara perlahan dari hidungnya. Mata coklatnya membelalak, tatapan kosong tanpa jiwa.
Kuusap mata putra kedua dari Yang Mulia Raja Ho Hongli ini. Matanya menutup setelah kuusap. "Semoga kau diberkati oleh Yang Maha Kuasa, Wei."
Ini adalah akhirnya. Musuh yang kuhadapi telah tiada. Tujuan akhirku sudah terpenuhi. Namun sayang, hatiku hampa seakan ada bagian yang hilang dari hidupku. Aneh, seharusnya aku senang saat orang yang selama ini selalu mengganggu rencana dan menjadi incaran utama telah tewas. Yang terjadi sekarang malah campur aduk. Aku sudah membunuh pemilik artefak Dewa Kegelapan, yang artinya perjanjianku dengan Kakek Jun sudah terpenuhi. Sebagian hatiku dipenuhi rasa bersalah karena telah membunuh adik dari Feng sendiri.
"Bangkitlah, Iza." Suara berat itu mengalihkan perhatianku. Aku menoleh ke sumber suara, Jendral Gong berdiri tak jauh dariku. "Jangan berlarut dalam kesedihan saat adikmu tewas."
"Entah mengapa, aku malah bersedih saat dia tewas, Jendral." Aku menjawab jujur. Ucapan Jendral Gong harusnya benar. Namun, mengapa hal itu sulit dilakukan? Aku malah terjebak antara senang dan sedih.
"Tidak ada yang perlu disesali. Kau sudah memilih jalan ini dan kau tidak bisa kembali."
Tidak ada yang perlu disesali. Dia sudah banyak melukai Feng secara fisik maupun mental. Dendam Feng telah terbalaskan. Tujuanku tercapai. Benar, aku tidak bisa kembali lagi.
"Sekarang, rebut kembali hak kursi Putra Mahkota Kerajaan Quon. Jadilah raja yang tangguh dan peduli pada rakyat."
Putra Mahkota, gelar yang harusnya disandang oleh Feng sejak dulu. Aku harus mewujudkannya.
______________________________
Waah, akhirnya musuhnya udah mati. Bentar lagi Oryza tamat nihh.
Bogor, Sabtu 25 Maret 2023
Ikaann
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro