Bab 43 "Jalan Rahasia"
"Pasukan Qing akan menyerbu Ibukota Quon lewat jalur selatan, membabat sebuah kota kecil yang cukup lemah. Kota ini dipimpin seorang gubernur yang belum berpengalaman. Dan aku sudah menyuapnya agar tunduk kepada perintahku."
Gulungan ini memuat informasi yang sangat penting. Seharusnya informasi serahasia ini jangan sampai bocor ke tangan musuh. Entah bagaimana caranya Serikat Dagang mendapatkannya. Pasti bukan dengan cara yang baik-baik. Untuk ukuran seorang jendral, Wei cukup ceroboh tidak menjaga gulungan yang saat ini kubaca.
Aku melanjutkan membaca gulungan yang terbuat dari kertas halus bertinta hitam. Bulu lembut membungkus permukaan gulungan yang tidak ditulisi informasi penting.
"Jendral Gong akan ikut dalam sandiwara ini. Ia akan membawa beberapa kapten sebagai pelancar rencana."
Jadi semuanya hanyalah sandiwara? Wei benar-benar memiliki niat untuk merebut kursi Putra Mahkota.
"Aku curiga, mereka akan menyerang dengan serius setelah bawahan Sang Jendral menyerangku di Hutan Terlarang. Maka aku akan menyiapkan pasukan tambahan di sekitar kota."
Wei masih belum mempercayai Jendral Gong sepenuhnya. Pasukan di sekitar kota harus kuhindari untuk mencegah pertempuran yang tidak perlu. Black Lotus Assassin yang Yelah kehilangan banyak anggota tidak boleh kembali berguguran sebelum rencana utama dilakukan.
"Namun bukan itu yang harus dikhawatirkan. Oryza Sky, Ketua Black Lotus Assassin itu, pasti akan menggerakkan pasukan walaupun ia sudah tewas. Aku sudah yakin, bawahannya yang tersisa akan melakukan balas dendam dengan menggagalkan rencana ini."
Wei mengira aku sudah tewas? Kesalahan besar. Aku akan membuatmu terkejut, Wei!
***
"Hati-hati, Tuan Sky. Pangeran Wei pasti akan menyiapkan rencana khusus untuk Anda."
"Maafkan kami. Terlebih Serikat Dagang yang tidak bisa mendukung lebih banyak lagi."
Dua tetua desa memberikan pesan. Tuan Qui dan Tetua Luo, mereka berdua bersama para tetua lain sudah merencanakan strategi penyerangan. Tentu dihadiri aku sebagai Ketua Black Lotus Assassin.
Kurang lebih empat puluh orang anggota yang tersisa, sudah berbaris rapi di lapangan belakang Kediaman Kepala Desa. Aku dan para anggota Black Lotus Assassin menggunakan pakaian warga biasa. Sesuai dengan rencana agar tidak memancing kecurigaan penjaga kota hingga membuat rencana kami gagal.
"Terima kasih, Tuan Qui, Tetua Luo, juga para tetua yang selalu membantuku." Aku membalas ucapan dua tetua desa yang berdiri paling depan, membelakangi tetua lain. Di belakang mereka, empat tetua yang selalu mengikuti penyusunan rencana berjejer rapi. "Tanpa kalian, aku tidak akan sampai ke titik ini."
"Semuanya bergantung pada kerja keras Anda, Tuan. Andalah ujung tombak pasukan assassin." Tuan Qui menyahut. "Anda adalah penggerak kami semua."
"Tetapi mata tombak tidak bisa tepat sasaran tanpa tongkat kayu yang mendukung di belakang." Jika tanpa Tuan Qui, Tetua Luo, para tetua desa, Serikat Dagang, anggota Black Lotus Assassin, dan para warga, aku tidak akan pernah sedekat ini dengan tujuanku. Dukungan mereka menjadi bahan bakar. Aku tidak boleh menyia-nyiakan lagi mereka semua.
"Haha, baiklah jika Anda berpikir begitu, Tuan Sky." Tuan Qui tertawa kecil. Kerutan di pipinya terangkat sedikit karena senyumannya. Para tetua ikut tersenyum saat Tuan Qui tertawa.
"Kami akan berangkat. Mohon berkati kami semua, Tuan Qui, para tetua." Aku membungkukkan badan ke arah enam tetua yang berada di depanku. Memohon restu dari orang tua yang dikatakan manjur dan akan langsung menembus langit.
"Berkat kami akan selalu bersama Anda dan Black Lotus Assassin. Semoga Dewa juga memberkati kalian." Para tetua berucap serentak.
Aku bangkit. Memandang mata Tuan Qui dan Tetua Luo bergantian. "Terima kasih."
"Apapun untuk Murid Yang Mulia Dewa Pengetahuan."
Aku berbalik, ke arah pasukan yang kini hanya tersisa kurang lebih empat puluh orang saja. Energi qi seketika menguar serentak dari anggota Black Lotus Assassin. Termasuk aku, sebagai ketua mereka. Kakiku sudah dipenuhi energi dari dantian yang merupakan pusat energi manusia. Bersiap untuk bergerak dengan kecepatan tinggi.
"Pasukan! Kita berangkat!"
***
Kota Yue Ming, kota kecil di selatan Ibukota Kerajaan Quon. Dinding kota yang terbuat dari batu menjulang setinggi kurang lebih lima meter. Beberapa penjaga mengawasi melalui dua menara yang dua kali lebih tinggi dari dinding yang dibangun di pinggir gerbang kota. Sedangkan gerbang kota yang memiliki pintu ganda setinggi dinding tebal dijaga sepuluh prajurit.
Membunuh para penjaga akan sulit dilakukan dengan cepat. Para penjaga di menara pasti sudah melihat kami yang mendekat saat menyerang. Lagipula bukan itu rencananya. Kami di sini akan masuk ke kota dengan cara menyamar.
Empat puluh orang dibagi menjadi empat kelompok untuk memasuki gerbang. Aku sendiri berada di kelompok empat, kelompok terakhir yang akan masuk.
"Hati-hati." Aku berucap pada anggota kelompok pertama. Kelompok pertama membawa sebuah gerobak yang berisi sayuran segar sebagai cara penyamaran. Semoga saja para prajurit tidak curiga.
Dari kejauhan, aku memantau mereka. Kelompok pertama mendekati gerbang. Sepuluh prajurit yang berjaga segera memeriksa isi gerobak. Tidak ada apapun yang mencurigakan. Mereka lolos.
Kelompok kedua dan ketiga berjalan beriringan. Gerobak kelompok kedua berisi beberapa karung beras. Sedangkan kelompok ketiga berisi tanaman obat. Mereka mendekati gerbang. Mereka lolos tanpa ada pemeriksaan lanjutan.
Ini saatnya kelompok keempat berjalan. Kelompok keempat membawa buah-buahan di gerobak untuk dibawa masuk melalui gerbang Kota Yue Ming.
"Apa tujuan kalian kemari?" Seorang prajurit mendekat padaku. Empat prajurit lain memeriksa gerobak berukuran kurang lebih dua kali tiga meter yang kami bawa.
"Kami hanya akan berdagang di Ibukota, Tuan," jawabku.
"Mengapa tidak di Yue Ming saja?" Prajurit itu kembali bertanya.
"Tidak, Tuan. Karena kami akan memasok buah-buah ini ke kedai yang terkenal di sana sekaligus berdagang."
"Apakah kedai itu Kedai Luo?"
"Ya, Tuan Prajurit. Kedai Luo membutuhkan buah-buahan ini."
"Kalau begitu, silahkan lewat." Akhirnya, prajurit itu mengizinkan. Dengan senang hati aku dan sepuluh anggota yang tersisa memasuki gerbang besar milik Kota Yue Ming.
Kami terus berjalan, menjauhi pandangan para penjaga. Kini saatnya untuk mengeluarkan senjata dari Ruang Dimensi. Tidak boleh sampai terluka dengan mudah saat ini. Yue Ming merupakan kota yang sudah dikelilingi pasukan Wei yang tidak kuketahui tempatnya. Tak hanya kelompok keempat, tiga kelompok sebelumnya juga kuberi senjata.
"Selanjutnya kita akan kemana, Tuan?" Ping, pengawalku, bertanya.
"Sesuai rencana, daerah berbatu di perbatasan Kota Yue Ming dengan Ibukota Quon." Yue Ming dan Ibukota Quon dibatasi oleh bebukitan batu dan hutan. Di daerah ini, pemandangan jelas sekali. Musuh dari jauh akan terlihat. Namun kekurangannya, keberadaan kami juga akan mudah diketahui.
Setelah berjalan sambil membawa empat gerobak, kami sampai di bukit berbatu. Empat gerobak tidak boleh sampai tertinggal, karena inilah alat yang digunakan sebagai pengecoh.
"Samarkan aura kalian. Aku akan membentuk lapisan transparan sebagai pencegah musuh untuk menemukan kita." Aku memerintah. Keempat puluh anggota Black Lotus Assassin mencegah aura elemen yang dimiliki untuk keluar dengan Jurus Penyamar Aura.
Aku membentuk kubah transparan dengan energi qi yang murni. Kubah setengah bola ini setidaknya mampu untuk menyamarkan keberadaan. Sekarang, tinggal menunggu kedatangan rombongan Jendral Gong. Sebentar lagi mereka akan datang untuk meluluhlantakkan kota. Selain itu, pertarunganku dan Wei tinggal menunggu waktu. Kali ini, aku tidak akan membiarkannya lolos.
_______________________________
Bentar lagi adik kakak mau perang nih. Kira-kira siapa yang menang yaa? 🤣
Jangan lupa vote dan comment ya. Setiap vote, comment, dan dukungan kalian sangat berharga bagi Author. Makasih yaa.
Bogor, Kamis 02 Maret 2023
Ikaann.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro