Bab 42 "Pertanda"
Pedalaman hutan yang terkenal mengerikan ini kacau tak karuan. Pepohonan di sekitar tempat pertarungan Black Lotus Assassin dengan pasukan Pangeran Kedua Quon, Wei, terbakar menjadi abu. Ada juga yang membusuk, terkena energi hitam dari artefak Dewa Kegelapan yang digunakan oleh pangeran sekaligus jendral unggul itu.
Tidak ada lagi mayat yang tersisa. Jasad para anggota Black Lotus Assassin sudah dikumpulkan dan dilakukan upacara pengkremasian sebagai penghormatan terakhir. Sepertinya pasukan Wei juga melakukan hal yang sama. Tidak ada mayat prajurit berbaju zirah yang tergeletak di tanah hangus akibat pertempuran.
"Dimanakah Kuil Kegelapan itu?" Aku bergumam sendiri. Konon menurut cerita warga Desa Hutan Terlarang, yang menyebabkan banyak monster di hutan adalah keberadaan sebuah kuil yang dibangun di tengah hutan. Namun setelah berada di jantung hutan, tidak ada monster yang menyerangku. Sepertinya itu hanyalah legenda saja.
Aku berjalan semakin dalam, menembus pepohonan yang dedaunannya saling bertaut untuk menghalangi cahaya matahari. Beberapa bola api kecil melayang di sekeliling, peneranganku satu-satunya untuk menjelajah.
"Apa ini?"
Tanah mendadak bergetar. Aku memegang barang pohon terdekat kuat-kuat. Hawa kegelapan seketika menguar pekat, membuatku mual. Bahkan aura kegelapan Wei tidak sepekat ini. Siapa pemilik aura kegelapan yang kentara ini?
"Jurus Api!" Aku melayangkan empat bola api ke empat arah. Tidak baik jika kau bertarung tanpa tahu siapa lawanmu. Keempat pelita itu semakin mengecil seiring jarak yang membesar. Tepat di arah depan, cahaya bola api menunjukkan sesuatu. Monster raksasa yang terbuat dari batu hitam berdiri kokoh. Kedua kaki raksasa menghentak ke bumi. Membuat getaran yang terasa hingga tempatku berada.
"Manusia! Dimanakah artefak milik Dewaku!" Sang monster berlari, menghantam pohon yang menghalangi jalannya.
Sial. Dia monster kegelapan.
Aku mengeluarkan pedang elemen cahaya dari ruang dimensi. Cahaya dari pedang bersinar sejauh satu meter kedepan. Pastinya, pedang ini sebuah senjata yang sangat kuat.
"Pedang cahaya legendaris! Siapa kau sebenarnya?" Sang raksasa batu mengarahkan tinju ke arahku. Namun tinju itu lambat dan mudah dihindari. Aku mundur, bertengger ke salah satu pohon tinggi besar. Serangan Sang raksasa meleset menabrak pepohonan yang langsung hancur berkeping-keping.
"Raksasa batu hitam penghuni pedalaman hutan, untuk apa kau mencari artefak?" Aku balik bertanya. Aneh, monster batu itu mengatakan artefak milik Dewanya. Dari aura gelapnya yang pekat, sudah pasti ia adalah monster kegelapan. Tapi, Dewa sang raksasa? Apa itu Dewa Kegelapan?
"Untuk apa aku mengatakannya pada manusia rendah sepertimu!" Serpihan batu meluncur dari arah batu kokoh yang hidup itu. Kutangkis serangannya dengan pedang cahaya. Batu yang diluncurkan itu berubah menjadi remuk dan halus.
"Tidak ada manusia rendah yang berhasil memegang pedang cahaya legendaris, kau tahu?" Aku mengacungkan pedang pada sang raksasa. Sebenarnya hanya untuk menggertak. Namun, Raksasa hitam itu tertawa. Pedalaman hutan yang sepi seketika ramai oleh suara keras miliknya.
"Hahahaha, baiklah, Manusia." Sang makhluk hitam menghentikan tawa kerasnya. Ia berdiri tegak, kedua tangan batu besar itu menempel di sebongkah batu besar yang merupakan badan sang raksasa. "Sebagai penghormatanku padamu, akan kuberitahu namaku yang sebenarnya."
Menarik. Setidaknya ada satu informasi yang bisa kudapat disini.
"Aku adalah Rocky, The Dark Golem." Seketika seluruh tubuh sang raksasa berubah menjadi batu yang panas membara. Di persendian antar batu sang raksasa, muncul lava yang sangat kental dan tidak menetes ke tanah.
Nama sang monster itu berbahasa Inggris? Ada yang tidak beres disini.
"Dan aku adalah Oryza Sky." Aura cahaya langsung menguar dari setiap bagian tubuhku. Pedang legendaris di genggaman semakin kuat sinarnya, menantang sang monster Dark Golem itu. Namun, reaksi dari monster batu di hadapanku tidak sesuai dugaan. Ia malah menghilangkan panas dan lava yang menempel. Tubuhnya kembali segelap malam, sesuai dengan namanya.
"Aku harus melapor pada Yang Mulia Raja. Pengguna elemen cahaya sekuat ini sungguh berbahaya." Energi hitam berkumpul di sekitar sang Dark Golem. Seluruh tubuh setinggi tiga meter itu telah tertutupi energi elemen kegelapan. Gumpalan energi yang berkumpul menyusut. Sang Dark Golem sudah menghilang.
Yang Mulia Raja? Raja kerajaan mana?
Celah-celah akibat pepohonan yang roboh membuat cahaya matahari berhasil menembus ke daerah yang kulewati. Tak kusangka, di depanku berdiri sebuah bangunan yang terbuat dari batu hitam. Pilar-pilar batu sehitam malam itu menjulang tinggi. Atap besar bangunan melancip seperti piramida. Bangunan yang mirip dengan kuil kuno di Yunani tetapi beratapkan piramida kecil.
Aku melangkah melalui jalan masuk berupa dua pintu besar yang sama tingginya seperti pilar bangunan. Hawa dingin seketika mendera saat aku memasuki bagian dalam bangunan, aula kosong yang sangat lebar seperti Aula Matahari di Istana Kerajaan Quon. Ada beberapa obor yang menyala di dinding, tidak cukup terang untuk menyinari aula besar ini.
Aku terus melangkah, hingga ke ujung aula yang sepenuhnya terbuat dari batu hitam. Sebuah altar bulat berada di hadapanku. Di atas altar, ada peti besar yang terbuka.
"Peti apa itu?" gumamku. Siapa yang menaruh peti besar disini? Aneh. Namun sebuah tulisan di peti kotak panjang seperti peti mati itu menarik perhatianku.
"Siapapun yang mendapatkan artefak ini, ia bisa memanggil jiwa orang yang telah mati. Kau akan memiliki pasukan kuat sekuat Pasukan Dewa Kegelapan."
Kini aku yakin, Wei jauh lebih kuat dan licik daripada yang kuduga.
***
Ruangan pertemuan di kediaman Kepala Desa penuh dengan tatapan terkejut. Wajah para tetua dan beberapa anggota Black Lotus Assassin memucat. Berita yang kubawa terlalu besar untuk mereka terima.
"Apa Anda yakin, Tuan?" Tetua Luo bertanya. Ia bahkan tidak meminum teh yang tersaji di depannya. Bukan hanya Tetua Luo, Kepala Desa dan tetua lain juga tidak. Tidak biasanya mereka mengabaikan teh. Para pecinta teh tidak meminum teh, sudah menunjukkan bahwa mereka ketakutan.
"Dewa Kegelapan, musuh semua Dewa dan dia sangat kuat." Tuan Qui memilin janggut putih panjangnya.
"Jika kalian tidak percaya, peti ini akan membuat kalian percaya." Kukeluarkan peti yang berbentuk persegi panjang ke hadapan para tetua dan anggota Black Lotus Assassin. Tulisan di peti menghadap tepat ke Tuan Qui. Pemimpin Desa Hutan Terlarang itu langsung membaca tulisan dengan keras.
"Siapapun yang mendapatkan artefak ini, ia bisa memanggil jiwa orang yang telah mati. Kau akan memiliki pasukan kuat sekuat Pasukan Dewa Kegelapan."
Bisikan-bisikan terdengar. Mereka pasti tidak percaya, sekuat itu orang yang telah mendapatkan artefak kegelapan. Sialnya, musuh yang kami hadapi adalah sang pencuri artefak Dewa Kegelapan dengan segenap kekuatan besar di dalamnya.
"Selain itu, aku bertemu dengan monster batu hitam beraura kegelapan. Dia menyebut nama Yang Mulia Raja."
Para tetua dan anggota yang hadir tidak menunjukkan ekspresi terkejut saat mendengar nama itu. Namun lain dengan Tuan Qui. Dahi Kepala Desa itu mengerut dengan dua alis yang sudah saling tertaut.
"Monster Batu Raksasa dan Raja Iblis dalam mimpi yang dulu pernah kudapatkan." Tuan Qui berucap. "Bukan pertanda baik."
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Tetua yang tidak kuketahui namanya mengeluarkan pertanyaan.
"Kita harus tetap sesuai rencana. Mencegah Pangeran Wei melakukan rencananya." Kepala Desa menjawab.
"Benar." Aku menyahut. "Selain dari kekuatan Wei, tidak ada yang perlu kita khawatirkan."
Tidak perlu ada yang harus dikhawatirkan, kecuali Yang Mulia Raja dan bawahannya, Sang Dark Golem.
Apa hubungan mereka berdua dengan semua kejadian yang telah terjadi?
_______________________________
Maaf, update-nya telat. Dari hari Kamis, Author demam. Lagi gak enak badan. Buat yang nungguin The Unlucky Wizard juga maaf yaa. Jika tidak ada halangan, Lucky bakal update hari Minggu nanti. Makasih semuanya yang udah ngedukung Author buat semangat menulis. Oh iya, Oryza udah 1K reads nih. Makasih yaa yang udah vote, read, ama comment.Setiap dukungan kalian sangat berarti bagi Author. Happy Reading, Readers!❤
Bogor, Senin 27 Februari 2023
Ikaann
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro