Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2 - 1

seorang gadis dengan rambut coklat sebatas pinggang yang ia biarkan terurai di balik punggungnya berlari secepat yang ia bisa di lorong istana. peluh membasahi keningnya. nafasnya sedikit tidak teratur. pakaian serupa lelaki yang ia kenakan saat ini telah basah oleh keringatnya sendiri.

dan ia tak henti menyebut nama itu.

"Pangeran!" panggilnya, terdengar mulai putus asa, "pangeran william!"

"Anna!" seorang lelaki menghampirinya, dengan pakaian yang hampir sama dan pedang di pinggang mereka, "bagaimana? kau sudah menemukan Pangeran?"

Anna menggeleng. ia putus asa.

"Pangeran tidak ada dimanapun.. percayalah, Jeff.. aku sudah mencari di bawah tumpukan jerami, di istal bersama kuda-kuda kesayangannya, di setiap menara istana bahkan di balik batu!" kata Anna putus asa, "tapi.. tapi Pangeran.."

"entahlah.. ini hanya tebakan, tapi apa kau sudah mencari ke penjara bawah tanah?" tanya Jeff curiga. ia sama putus asanya dengan Anna. ia tidak bisa menemukan satu-satunya orang yang harus ia jaga.

dan mereka berdua akan kehilangan kepala mereka apabila terjadi sesuatu yang buruk pada seorang merepotkan yang harus mereka jaga dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu.

Anna menggeleng cepat, "tapi, Jeff--"

"kau ingat hari ini hari apa?" potong Jeff, tanpa pikir panjang berjalan cepat menuju penjara bawah tanah istana.

Anna terdiam, berpikir keras sekedar untuk mengingat ada peristiwa istimewa apa hari ini.

"ini bukan ulang tahun pangeran, bukan ulang tahunmu atau ulang tahunku.."

Jeff menggeram lirih, "hanya itu yang ada di otakmu, Anna!?" kasar ia menghela nafas, "Julie! hari ini hari eksekusi Julie!"

"benar sekali! eksekusi -- apa!?" pekik Anna setengah tidak percaya.

"sudah kuduga," Jeff menghela nafas panjang, "fokus, Anna, fokus!"

"aku heran kenapa kau bisa terpilih," gerutu Jeff.

"kenapa?" ulang Anna, "karena aku dan kau adalah yang terbaik.. sederhana, bukan?" Anna tertawa kecil saat ia berusaha sekuat tenaga menyamai langkah lebar Jeff.

belum sempat Jeff berkata-kata, ia melihat arak-arakan penyihir yang akan dieksekusi hari ini. entah kenapa ia sangat yakin Julie ada diantara mereka.

"ayo," ajak Jeff. dalam sekejap mereka berlari menuju istal istana dan melompat naik ke atas punggung kuda kesayangan mereka.

mereka memacu kuda itu, berharap mereka bisa mendahului arak-arakan itu dan menyeret lelaki yang selalu menghilang seenaknya di saat yang tidak tepat.

sekedar mengikuti arak-arakan itu ternyata tidak semudah yang mereka kira. terutama saat warga kota ini terlalu bersemangat lantaran mendapat 'hiburan' yang telah lama menghilang dari kota ini. 

benar sekali. mereka menganggap eksekusi penyihir adalah hiburan. satu-satunya hiburan yang mungkin ada di balik tembok kota yang kokoh. terlalu kokoh lantaran dijaga oleh ratusan Hunter dan puluhan ksatria, belum termasuk beberapa ribu prajurit yang bersiaga di dalam dan sekitar kota ini, membuat tembok kota ini tidak bisa ditembus baik oleh penyihir maupun manusia.

kuda mereka tidak bisa berlari sama sekali. hingga akhirnya mereka memutuskan untuk meninggalkan kuda mereka begitu saja dan berlari diantara kerumunan warga yang terlalu antusias untuk melihat eksekusi hari itu.

"pangeran!" teriak Anna, "pangeran!" ia sedikit melompat, sejenak merutuki tubuhnya yang tidak bisa tumbuh lebih tinggi lagi. 

"kita berpencar," kata Jeff sebelum ia berlari ke arah lain. ekor mata Jeff melihat seorang lelaki dalam tunik biru dan celana putih serta boots hitam yang hampir setinggi lututnya berdiri di antara kerumunan.

"Leon?" Jeff menatapnya bingung. sebuah tanya terlintas di benaknya, apa yang penasihat kerajaan lakukan disini? diantara kerumunan ini? bukankah seharusnya ia berada di istana? atau.. kalaupun ia ingin menikmati hiburan ini, seharusnya ia duduk di kursi istimewa bersama raja.

tapi saat ini Leon bukan prioritasnya.

ia harus menemukan lelaki dengan rambut sewarna emas itu secepatnya sebelum ia melakukan tindakan bodoh yang akan berakhir dengan hukuman untuknya dan Anna karena tidak bisa mencegah lelaki itu bertindak bodoh.

"Will.. dimana kau?" geramnya lirih. 

tiang pancang mulai ditegakkan di tengah kota. dua orang penjaga dalam baju zirah menarik paksa seorang wanita dengan rambut pirang berantakan. kedua mata wanita itu berwarna ungu. begitu juga dengan tiga orang wanita di belakangnya yang juga berwarna ungu terang. mereka telah kehilangan tongkat mereka. mereka tidak bisa menggunakan sihir mereka sama sekali.

lain halnya dengan seorang gadis dengan rambut hitam ikal sebatas punggung. kedua matanya berwarna hitam. 

ia meronta, berusaha melepaskan diri meski ia tahu usahanya akan sia-sia. ia masih berusaha meyakinkan seseorang bahwa ia bukan penyihir, bahwa ini adalah sebuah kesalahan dan ia tidak bersalah.

"aku bukan penyihir!" pekik gadis itu, "aku tidak pernah memantrai pangeran!"

"percayalah!" teriaknya putus asa saat seorang prajurit mengikatnya di tiang pancang. 

"Julie!" teriak seseorang, "Julie!"

gadis berambut hitam itu mengenali suara yang menyebut namanya berulang kali.

"Will...?" panggilnya lirih, mencari sumber suara itu.

seorang lelaki berambut sewarna emas dalam balutan tunik biru tua berusaha menerobos kerumunan warga yang antusias. tak satupun dari mereka memberinya cukup ruang untuk bergerak. 

"Julie!" teriaknya lagi.

Julie tak kuasa menahan air matanya saat ia melihat Will. meski ia tahu, lelaki itu tidak seharusnya berada disini atau lelaki itu akan mendapat masalah.

"Pangeran bodoh," kata Julie dengan suaranya yang serak dan tertahan. ia tersenyum kecil saat melihat Will. meski saat ini orang yang ingin ia temui untuk terakhir kalinya tidak ada di sini, tapi setidaknya ada seorang yang masih percaya padanya, percaya bahwa ia bukan penyihir. dan hal itu membuatnya merasa jauh lebih baik.

"Julie!" suara Will mulai parau. ia hampir sampai di hadapan Julie saat seseorang menyeretnya keluar dari kerumunan.

ia menoleh untuk melihat siapa yang menyeretnya.

"sudah kuduga kau pasti disini, Pangeran," gerutu Jeff.

"Jeff! lepas!" Will berusaha melepaskan diri dari tangan Jeff yang melingkar di leher dan bahunya, membuatnya tidak leluasa bergerak, "lepas! ini perintah!"

"aku punya hak untuk tidak mengikuti perintahmu kali ini, pangeran," tukas Jeff, setengah melempar Will saat mereka berhasil keluar dari kerumunan.

api dinyalakan

teriakan para gadis itu memekakkan telinga. 

teriakan pilu, erangan menahan sakit yang terdengar seperti musik bagi warga kota ini. tidak ada satupun yang bergerak. mereka hanya menonton dalam diam, melihat para gadis itu perlahan dilalap api.

"Julie!" teriak Will lagi.

"Will!" Jeff menahan Will sebelum ia kembali masuk ke dalam kerumunan untuk membebaskan Julie, "Will! Raja memerintahkanku untuk membawamu kembali ke istana."

"Julie!" Will berusaha melepaskan diri dari Jeff, "persetan dengan perintah raja! Julie!"

Jeff menghantam pelipis Will, "buka matamu, pangeran william!"

Will tersungkur di tanah. sedikit daraih mengalir di ujung bibirnya.

"kali ini aku tidak mau mempertaruhkan nyawaku dan Anna untuk penyihir rendahan itu, Will," geram Jeff.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro