Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

DAY 4 - Hati-Hati Saat Jatuh Cinta

"Penampilan itu tidak penting." Seorang perempuan berseragam Akademiya mengibaskan tangan, terlalu gengsi menghibur temannya yang tengah tersedu-sedu.

"Ta-Tapi... pacarnya terlihat lebih cantik dan pintar dan--" Perempuan dengan rambut disanggul kembali menangis, mengundang beberapa tatapan jengkel dari pengunjung kafe lainnya. "--Pokoknya! Aku tidak sebanding dengan dia!"

Temannya memutar bola mata jengah, memasang ekspresi lelah yang begitu mirip dengan Wanderer yang sedaritadi menguping pembicaraan mereka. "Siapa lagi yang peduli dengan penampilang zaman sekarang? Ingat, yang penting itu apa yang di dalam! Dan kepintaran? Ayolah, aku dengar pacarnya gagal masuk ke akademiya tiga kali karena tesisnya selalu ditolak, lalu..."

Pembicaraan mereka mengepul di udara.

Cangkir yang awalnya berisi oleh teh pahit telah kosong, meninggalkan ampas daun kering yang berguna menjadi pupuk. Si pemesan meletakkan bebebrapa Mora di atas cangkir sebelum melangkah pergi dari kafe yang tambah ramai oleh pengunjung. Di setiap langkah lebarnya, dia bisa merasakan tatapan di belakang punggung, diikuti oleh bisikan yang membicarakan bagaimana penampilannya begitu mencolok.

Suara tidak penting itu langsung digantikan oleh perbincangan yang lebih ramai daripada bisikan bising. Wanderer berhenti melangkah, menoleh singkat pada kumpulan anak remaja yang tengah mengitari salah satu teman mereka yang tengah menggenggam sebuket bunga mawar Sumeru.

"Kau bercanda? Mawar Sumeru? Kau mau suruh dia masak?" salah satu laki-laki mengomentari.

"Hei, bunga ini punya arti yang bagus, ya!"

"Apa artinya?" Nada menantang penuh provokasi membuat si pembawa bunga menciut, memainkan tiap kelopak ungu di mahkota bunga dengan kebingungan. "Tuh 'kan! Kau saja tidak tahu. Tidak masalah kalau kau kasih bunga mawar biasa. Artinya juga bagus, kok!"

"Nah, iya!" Teman lain datang menyambar. "Kata tetua di desa, merah artinya cinta. Semua orang juga tahu itu. Aku yakin dia tidak akan salah paham dengan perasaanmu lagi."

Ternyata perbincangan tentang asrama juga.

Entah mengapa, sejak Wanderer menyadari perasaan asing yang muncul di tubuhnya, semua percakapan yang tidak sengaja dia dengar selalu membicarakan percintaan atau hubungan. Setiap matanya melirik ke arah lain, dia menemukan pasangan yang tengah canda ria, tidak memedulikan keramaian seolah dunia milik berdua. Bahkan saat di Rumah Daena pun dia masih melihat sebuah pasangan tengah bermesraan sambil berkelahi dengan tesis.

Tak masuk akal.

Sebanyak apa Wanderer berlari, jauh dari tatapan cinta dan ucapan manis, jauh dari genggaman tangan penuh sayang, jauh dari gestur romantis yang membuatnya merinding; dia tidak bisa berhenti memikirkan seseorang yang jauh disana--entah sedang berpetualang di gurun paling dalam atau menikmati waktu luang dengan terlelap dalam dunia mimpi.

Wanderer adalah boneka tanpa hati. Sebuah boneka yang dibuang oleh penciptanya sendiri karena dinilai terlalu lemah untuk menanggung hati Sang Dewa. Belum ada tiga malam sejak kelahirannya, Wanderer dicampakkan ke sebuah pulau, bertemu dengan manusia-manusia baru sebelum pengkhianatan menusuk perutnya.

Wanderer diciptakan tanpa hati, tetapi ada sebuah gejolak hebat dalam dada yang membuatnya menggeram, berair mata, dan... gelisah.

Wanderer adalah boneka. Bukan manusia. Bukan dewa. Hanya boneka porselen yang tidak mudah rupah. Hanya boneka, bukan makhluk hidup.

Hanya sampah.

Tapi--

Dedaunan yang gugur menari-nari oleh arus angin, menciptakan sebuah ilusi di depan mata. Ilusi seorang perempuan dengan surai panjang dan warna mengkilap di bawah sinar matahari. Matanya berbinar-binar, penuh harapan dan kebahagiaan--begitu nyata, begitu hidup. Seorang manusia sejati. Seorang manusia yang tidak bisa mati layaknya manusia.

"Kamu juga hidup, kok," ucap perempuan itu."Dengan hati atau tanpa hati, kamu hidup."

Rasanya ada sesuatu yang jatuh ke dalam samudra. Sebuah batu yang begitu berat hingga tenggelam dalam lautan paling dasar.

Wanderer terasa gelisah, namun terasa penuh di waktu yang sama. Seolah hati yang tidak pernah ada berdegup cepat dengan irama karuan.

Sebuah boneka tanpa hati entah bagaimana, entah mengapa, tiba-tiba jatuh cinta pada seorang manusia yang sama terkutuk.

***

Welcome back, Wandering Fairy! Itu shipname Wanderer dan Parisa btw

SFragment

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro