Suki desu ka?
Suki desu ka?
Tsundere!Asano x Idol! Shy!Reader
OOC! Typo! Gaje!
Story © Nikishima_Kumiko
Ansatsu Kyoushitsu © Yusei Matsui
▪▪▪
.
.
.
.
.
Kau menatap bosan Asano yang tengah duduk sambil mengerjakan dokumen yang entah apa isinya, menopang dagumu dengan tangan kanan dan menghela nafas kesal. Dan tidak ada yang memperhatikan sikapmu ini kecuali Ren yang juga memandang bosan kalian berdua.
Kau melirik Asano yang diam lalu menghela nafas, merasa kesal karena Asano selalu mengabaikanmu. Memang, kau dan Asano baru jadian sekitar 2 bulan yang lalu.
Tapi dia tidak pernah bersikap romantis padamu, mengajak kencan saja tidak pernah, sekalipun.
Awal kalian berpacaran? Itu semua berasal dari dirimu, kau yang memulainya dan diteruskan oleh Asano.
Kau dan Asano tengah berada di atap sekolah, kau meremas rokmu takut. Siapa yang tidak takut jika ingin menyatakan perasaannya? Terlebih lagi, orang yang kau sukai adalah sang Ketua Osis, Asano Gakushuu.
"A-asano-kun...," panggilmu terbata-bata.
"Hm?" Melihat tatapannya justru membuatmu semakin takut, walau ia menatapmu dengan senyum yang selalu terulas dengan baik di wajahnya--tentu saja kau tidak menyadari bahwa senyum itu adalah senyum tulus.
"A-aku... Aku menyukaimu!"
Hening melanda, butuh beberapa waktu untuk mengembalikan moment tadi. Hingga Asano membuka mulutnya, "Kalau begi―"
"SUDAH ITU SAJA! AKU AKAN PERGI!!!" teriakmu sambil membungkuk, lalu kabur. Meninggalkan Asano yang menatapmu heran.
Kau memang seorang idol, tetapi saat berada di daerah panggung kau akan sangat percaya diri, berbeda hal saat di luar panggung. Kau akan menjadi orang yang pendiam, kikuk dan sedikit pemalu.
Kau meninggalkan Asano tanpa tau jawaban apa yang akan ia berikan pada saat itu.
"[Last Name], bisa keruang osis sekarang? Aku ingin bicara denganmu." Setelah mengatakan hal itu dengan seenaknya, Asano pergi meninggalkan meninggalkan kelas.
Ren menatapmu lalu memberikan semangat lewat ekspresi wajahnya. Sedangkan kau menjadi panik, takut kalau kau akan dihukum karena kejadian kemarin. Pada akhirnya, kau pun pergi ke ruang osis.
Mengetuk pelan pintu, menunggu Asano mempersilahkan dirimu untuk masuk. Setelah mendengar sahutan kecilnya, kau pun membuka pelan pintu ruang osis sembari membungkuk kecil dan masuk. Disana terlihat Asano yang menatap ke luar jendela.
"Asano-kun...?" panggilmu.
"Ah... [Last Name] akhirnya kau datang juga. Hm, soal kemarin aku ingin menja―"
"Ka-kau tidak perlu menjawabnya kok! Lupakan saja apa yang kukatakan kemarin."
"Ha? mana bisa begitu? Justru aku yang merasa terganggu kalau aku tidak menjawabnya."
Kau menatapnya bingung, memiringkan kepalamu. Ia menoleh dan menatapmu serius. "Aku akan menerimanya. Tapi, kau harus menuruti perintahku jika berpacaran denganku," ujarnya sambil mengulas senyum.
Saat itu kau masih tidak mengerti maksud perkataannya. Ternyata ia adalah orang yang protektif dan suka memerintah, tidak suka dibantah. Jika kau melanggar perintahnya pasti...
Dia akan menegurmu sambil menatap tajam ke arahmu, seolah-olah sikap ramah yang ia tunjukkan di depan orang-orang hilang entah kemana.
Atau yang lebih buruknya, dia akan diam selama satu dua hari padamu. Tak menegurmu sama sekali.
Yah... Kau tidak merasa terganggu dengan semua sikapnya yang seperti itu. Hanya satu yang mengganggu pikiranmu yaitu, dia tidak pernah mengatakan suka atau cinta kepadamu.
Selalu saja memerintah dan mengekangmu. Kau jadi bertanya-tanya apakah Asano benar-benar menyukaimu?
"Hei, aku bosan melihat kalian berdua yang diam seperti itu," sahut Ren yang jengah dengan keheningan di antara kalian berdua.
"Biarkan saja, lagipula [Name] harus bisa belajar menempatkan perilakunya."
Asano membalas perkataan Ren tanpa mengalihkan sedikit pun pandangannya pada dokumen-dokumen sekolah yang ia kerjakan. Sedangkan kau hanya diam, menopang dagumu, masih setia memperhatikan sosok yang berstatus kekasihmu itu.
"Sigh... Lagi-lagi bicara seperti itu," gumam Ren. Karena merasa tak tahan dengan keheningan ini kau mencoba mencari topik untuk dibicarakan. Menemukannya, irismu telihat sedikit bersemangat.
"O-oh ya, hari minggu aku ada konser, bagaimana kalau ki―"
"Batalkan saja."
"Eh?"
Kau mengerjapkan matamu mendengar ucapan Asano. Sedangkan Ren, berusaha menghentikan kata-kata tajam juga sarkas yang keluar dari mulut Asano.
"Ujian semester sudah dekat. Aku tidak ingin nilaimu turun karena hal seperti itu."
"He-hei Asano-kun! Kau harusnya memperilakukan [Last Name]-chan dengan baik! Kau menyukainya bukan?!" tegur Ren yang tidak tega melihat wajah muram milikmu.
Sontak saja, wajah Asano memerah lalu ia memalingkan wajahnya. "Heh, Siapa yang suka dengan gadis jelek seperti dia?" ujar Asano pelan.
Kau masih dapat mendengar gumamannya, begitu pula dengan Ren. Membuat Ren malah semakin banyak menegur Asano. Namun suasana itu berhenti ketika mendengar suaramu yang terdengar parau.
"Ehehe~ benar juga ya, mana mungkin Asano-kun menyukai gadis jelek sepertiku?" ujarmu, terkekeh pelan, berusaha menyembunyikan perasaan sedihmu.
Sebelum lelehan air mata turun, jatuh membasahi pipimu, kau segera berlari keluar. Ren awalnya ingin mengejarmu namun Asano menahannya.
"Sepertinya kau harus menghilangkan sifat burukmu itu. Apa kau tau? Membuat [Last Name]-chan menangis artinya kau berurusan dengan para fans-nya. By the way, kau tau sendiri 'kan kalau fans-nya ganas."
Bugh.
Asano sedikit memukul kepala Ren. Dahinya berkerut, tanda kesal. "Siapa yang peduli dengan fans-nya? Sekarang bantu aku membuatnya kembali senang."
"Minta maaf saja sana."
"Apa? Minta maaf? Seorang Asano Gakushuu meminta maaf? Hahaha, lucu sekali."
Ren ber-facepalm ria. Perempatan imaginer muncul di dahinya. Kalau bukan ketua osis dan juga anak kepala sekolah mana mau dia ikut campur dalam rencana membuat kehidupan cinta sosok di hadapannya ini berjalan sempurna?
"Harga diri? Atau orang yang kau sukai?" tanya Ren.
Asano diam. Tak sempat pertanyaan Ren terjawab, sosok orange itu telah hilang dari hadapannya, berlari keluar dari ruang osis, berniat mencarimu.
Ren menutup matanya, "Yah, semoga beruntung dengan gadis yang kusukai."
Asano berlari di sepanjang koridor sekolah, mengabaikan peraturan sekolah tentang dilarang berlari di sepanjang koridor. Irisnya menelisik, mencoba menelusuri dan berharap menemukan sosokmu.
Namun nihil, ia tidak melihatmu sama sekali. Putus asa mulai mengerayap pada perasaannya. Hingga ia tersadar bahwa ia belum memeriksa atap sekolah, tempat pertama kali dirimu menyatakan cinta padanya. Ia pun kembali mencarimu, kali ini dengan berlari pelan.
Brak!
Dan benar saja, iris ungunya mendapati sosokmu yang berdiri dekat pagar. Sontak saja Asano berjalan, memelukmu dengan erat.
"Bodoh. Apa hanya karena perkataanku kau sampai ingin bunuh diri hah?"
"E-eh? Bunuh diri?"
Kau mengerjapkan matamu, sedikit menoleh, mencoba untuk menatapnya. Wajahmu memerah atas perlakuan Asano. "E-eng ... Aku hanya sedang melihat anak-anak disana yang berolahraga."
"..."
Sungguh betapa malunya Asano kali ini, sontak saja ia melepaskan pelukannya. Lalu tersenyum sedikit dan memalingkan wajahnya.
"Kukira... Asano-kun s-sibuk?" tanyamu masih memperhatikan ke bawah, tak berniat untuk menatap wajah Asano.
"Aku kemari mencarimu."
"A-ah, begitu ya...."
"Dasar, kau membuatku khawatir. Lain kali jangan pergi seperti itu. Kau itu orang yang kusayangi, aku takut kalau kehilangan orang sepertimu." Asano mengatakan hal tersebut dengan pipi yang merona. Alisnya tertaut, menandakan ia yang sedang kesulitan.
"Jadi... Asano-kun selama ini m-menyukaiku?!"
"Ya tentu saja. Kalau tidak, mana mungkin aku menerimamu jadi pacarku."
Kalimat yang kau tunggu dari dulu, akhirnya terdengar juga. Hatimu menghangat dan perkataan itu membuatmu menangis. Tentu saja, menangis karena terharu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro