Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Soulmate

Soulmate

Asmodeus Alice × Reader
Mairimashita Iruma-kun! © Osamu Nishi
Story © Nikishima Kumiko

.
.
.

Sebuah novel diberikan oleh Iruma, bersampul biru dengan judul yang bertuliskan 'Soulmate' secara rapi dan indah.

Kau mengerutkan dahi. Sebenarnya, apa isi dari novel tersebut hingga ia memberikan padamu secara cuma-cuma? Tentu saja, kau sangat menyukai novel, komik, ataupun game. Iruma adalah sosok yang kelewat baik untuk kategori iblis, namun apa tidak masalah untuk memberikannya pada dirimu ini?

"Apa kau yakin, Iruma-kun?" tanyamu sedikit khawatir. Perasaan tidak enak mulai menghampiri dirimu. Ia mengangguk antusias, lantas tersenyum dan membalas, "Tenang saja, [Name]-chan! Opera-san bilang, buku ini akan membuat hubunganmu semakin membaik, lho!"

"Hah ... apa maksudmu?"

Pemuda berambut biru itu memiringkan kepalanya, menatap cemas sekaligus ragu. Sesekali, ia memainkan kedua jarinya. Iris milik Iruma bertemu dengan irismu, "Kau tengah bertengkar dengan Azz-kun, kan?"

Kau tersedak, mengerjap perlahan dengan ekspresi melongo. Bertengkar? Lebih tepatnya, Alice sendiri yang mengutarakan kebencian padamu karena kau notabene cukup dekat dengan Iruma. Seolah tak merasa bersalah, Iruma meninggalkan dirimu dalam keadaan pasrah.

Memikirkan hal tersebut sontak saja membuat dirimu menghela napas, seketika merasa sebal. Hal ini memuncak saat kau merasakan aura dan tatapan tak bersahabat yang sama dari belakangmu. Siapa lagi kalau bukan pemuda dengan helaian rambut pink bernama Asmodeus Alice tersebut?

"Ugh, Azz-kun! Kalau kau iri karena aku mendapatkan novel ini secara langsung, jangan protes padaku, tahu!" ketusmu.

Ia mendecak, menggerutu perlahan, lalu berdehem, "Aduh, kau ini! Mengacaukan image-ku di depan Iruma-sama saja! Memang benar, kalau aku merasa iri. Tapi, aku akan bekerja lebih keras lagi buat mendapatkan yang lebih darimu, [Name]."

Alice berujar dengan penuh ekspresi antusias. Hal ini membuatmu menggelengkan kepala, lalu menyodorkan novel tersebut kepadanya.

"Mau membacanya bersama? Lumayan, kalau kau tahu topik ini dan bisa membicarakannya dengan Iruma-kun."

Irisnya nampak berbinar, ia pun mengangguk. Kesan elegan, dingin, dan dewasanya saat baru pertama kali masuk akademi itu menghilang entah kemana. Hal ini dimulai ketika ia dikalahkan secara tak langsung oleh Iruma. Kau hanya mampu memperhatikan Iruma, Alice, dan Clara yang kekanakan tersebut dalam diam.

Meskipun dekat dengan Iruma, tapi persahabatan antara mereka bertiga tak ada yang bisa memasukinya. Kau bahkan tidak tahu kalau kau tetap dianggap sebagai teman oleh mereka.

Saat membuka sampul berupa hard cover dari novel tersebut, halamannya mulai bercahaya. Alice yang menyadari hal ini, refleks melempar buku tersebut dan melindungi dirimu. Kau mengerutkan dahi, kebingungan. Apa novel itu memiliki sihir di dalamnya?

Oh, ya, benar. Tadi, Iruma sendiri yang mengatakan kalau buku itu mampu membuat hubungan yang retak kembali menghangat. Tapi, sejak awal, hubunganmu dengan Alice tidaklah renggang ataupun dekat sama sekali. Belum cukup kau selesai dengan pikiranmu sendiri, rasa sakit di pergelangan mulai menghinggap.

"Apa-apaan benda ini?!" seru Alice tak suka.

Irismu melirik ke arah lenganmu, mendapati benda besi melingkar di pergelangan tangan. Benar, sebuah rantai. Sementara, novel tersebut telah menghilang. Kau menoleh ke arah Alice, dengan wajah datar, "Sialan, tak seharusnya aku menerima novel itu."

"Hah, maksudmu kau tidak suka menerima pemberian Iruma-sama?"

"Bukan begitu maksudku, tahu. Tapi, kalau tahu begini, langsung kuberikan saja padamu tanpa membuka halamannya. Seharusnya, aku tahu ada yang salah saat ia menyebutkan 'saran dari Opera-san' itu."

"Urgh, kau menyalahkan Iruma-sama, ya?"

"Diam dulu, dasar bucin!"

Kau membentaknya, emosi. Dalam keadaan seperti ini, bertindak dengan kepala panas adalah sebuah hal yang tak mampu untuk dihindari. Mendengar dirimu yang bernada tinggi, ia mengerjap, lalu terdiam. Cukup terkejut akan tingkahmu yang tak seperti biasanya.

Sadar akan kesalahannya, Alice melirik ke arah lain, lalu membuka mulut, "Maaf ... harusnya aku mencoba mencari jalan keluar ketika kita tiba-tiba berada seperti ini." Kau masih diam, tak merespons. Lalu, kau berusaha menutup wajahmu dengan kedua tangan. Membuat ia hampir tertarik ke arahmu, jika saja tidak ia tahan.

"Tidak, tidak, ini bukan salahmu, Azz-kun. Aku hanya kesal saja kalau mengingat rantai ini akan membuatku kehilangan waktuku untuk sendiri," tuturmu sedikit malu. Kalian berdua pun duduk di koridor, berlarut dalam pikiran masing-masing untuk berusaha memikirkan jalan keluar. Beruntunglah, koridor pada waktu itu tengah sepi.

Kau menengadah, "Jadi, apa kita harus meminta pada Balam-sensei atau Kalego-sensei mengenai kondisi kita?"

"Hm, lebih baik begitu, sih. Tapi, sebelum itu, aku ingin bertanya sedikit padamu."

Alismu terangkat, menatap bingung padanya. Pertanyaan apa lagi yang akan ia lontarkan padamu? Kira-kira, kau sudah bisa menebaknya. Tentu saja, mengenai Iruma.

"Apa kau peduli pada Iruma-sama?"

"Sudah kuduga ... kau akan menanyakan tentangnya," balasmu seraya menghela napas. Ia hanya mengendikkan bahu, acuh. Kau melihat ke arah luar, mencoba merangkaikan kata-kata yang tepat. Lantas, senyum tipis terulas di wajahmu. Kau pun melanjutkan perkataanmu yang tertunda, "benar, aku peduli sekaligus iri padanya. Ia dikelilingi oleh orang-orang baik. Aku sempat ragu, apakah aku adalah salah satu bagian dalam kehidupannya, mengingat ia punya kalian."

"Hei, apa-apaan perkataanmu yang seolah menyatakan kalau kau bukan bagian dari kami?" Ia mendelik tidak suka.

"Kenyataan, bukan? Di saat, kalian semua menikmati waktu bersamanya. Hanya aku saja, yang berada di sudut dan memperhatikan kalian."

Jari-jemarinya yang hangat menyentuh pipimu, tatapannya nampak serius. Cukup lama, iris milik Alice bertemu dengan irismu. Ia berujar, "Kau ini tidak sadar kalau kau disayangi olehnya, ya? Padahal, saat bersama kami, Iruma-sama sering membicarakanmu."

Kau menunduk, "Itu ... karena aku terlihat seperti anak yang kasihan di matanya."

Alice menjitak kepalamu, membuat kau mengaduh kesakitan dan melotot padanya. Tiba-tiba saja menyakiti orang lain seenaknya, tidak bisa kau terima. Namun, Alice terlihat sangat serius dan penuh kemarahan. Ia tidak mengerti, mengapa kau memandang rendah dirimu sendiri.

"Kalau begitu, berubahlah! Berubah agar tidak hanya Iruma-sama yang perhatian padamu!" serunya sebal.

Mendapati sosok Alice yang penuh akan emosi seperti ini, membuatmu kembali teringat akan sosoknya di awal semester. Ia sangatlah sombong dan angkuh, membuatmu ingin menamparnya ketika bertemu, tapi kau urungkan. Padahal kalian bertetangga, namun sama sekali tidak bisa akur baik itu di akademi ataupun kawasan rumah.

Mendengarnya berbicara seperti itu, kau hanya mengulas senyum miring dan memberikan balasan, "Kau ini ... benar-benar peduli dengan Iruma-kun, ya?"

Ia memejamkan matanya seraya menaruh tangannya yang tak terpasang rantai di dadanya.

"Memang benar kalau aku peduli pada Iruma-sama! Aku menganggapmu sebagai rival-ku. Kalau kau tidak ingin afeksi dari Iruma-sama, maka terima saja afeksi dariku sebagai gantinya. Toh, dengan begitu, rival-ku berkurang satu. Tidak akan ada yang rugi."

"Pfft, apa-apaan itu? Haha, baiklah, baiklah."

Untuk pertama kalinya, Alice merasakan debaran aneh serta panas di wajahnya ketika mendapati dirimu tertawa dengan riang.

Saat merasakan pergelanganmu terlepas, kau dan ia mengerjap. Semangat, kau pun berdiri, lalu berpamitan dan meninggalkannya dalam diam. Alice pun memegang dadanya, berandai-andai dengan penuh kebingungan.

'Apakah aku demam hari ini?'

Ternyata, novel itu benar-benar bekerja, ya.

.
.
.

[END]

Note:
Halo semuanya, yaharo! Bagaimana kabar kalian?
Wah, sudah lama ya tidak update di buku ini, hehe. Kumi baik, kok. Cuman emang lebih aktif di twitter dan whatsapp aja. Ah, beberapa project juga lebih ke buku baru atau ke buku grup gitu.

Dan ya, buku ini ga aku discontinued atau finished sebagai arsipan kalau aku gabut mau nulis fanfic untuk x reader. Eh iya, sebenarnya ini fanfic lama lho! Waktu aku lagi demen-demennya Mairimashita Iruma-kun ( ;∀;)
Kalian siapa nih, oshinya di fandom ini? Aku Azz, Jazz, Clara, dan Amy-senpai, hehe!

Ah, sudah ya kalau gitu.
Fyi, aku ada grup discord. Semisal mau join, bisa banget, yuk! Tapi, aku jarang di sana dan juga belun terlalu di-build sih servernya, hshshs.

Ah yesh, see you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro