Jealous
Jealous
Story © Nikishima_Kumiko
Nagisa x Reader x Karma
Ansatsu Kyoushitsu © Yusei Matsui
▪▪▪▪▪▪
Sekarang ini, kau tengah bimbang. Bingung dengan kejadian yang baru saja terjadi di hadapanmu. Dan sekarang, kau disuruh untuk memilih untuk masuk di tim mana.
"[Name], cepatlah," titah Ritsu.
Kau mengacak suraimu dengan kasar, masih bingung. Kau menatap Nagisa dan Karma secara bergantian. Biru atau merah? Yang mana akan kau pilih [Name]?
"Aah! Undi saja Ritsu! Aku bingung!" Kau berteriak kesal, frustasi dengan keadaan menekan ini.
Ritsu memiringkan kepalanya seraya mengangguk. Sedangkan yang lain hanya menahan tawa melihat responmu yang seperti orang gila.
Ritsu pun mulai menunjukkan dua buah kartu acak di layar handphone. Tanpa memperlihatkan warnanya. Yang ada, kau malah akan lebih lama untuk memilih karena memikirkan kartu biru atau merah yang mana jika Ritsu memperlihatkan warnanya.
Tanganmu bergerak menunjuk kartu di sebelah kanan dan kartu itu menunjukkan warna...
"Kartunya warna merah lho [Name]," ujar Ritsu sambil tersenyum manis.
"Hah? Dengan si iblis ini?" katamu sambil melirik malas Karma yang tengah menyeringai.
"Yoroshiku [Name]~" balasnya.
"Ah... Padahal aku berharap kalau [Name] ada di timku," ujar Nagisa sambil tersenyum kecut.
Kau mengerjapkan matamu mendengar perkataan Nagisa. Kau tidak pernah menduga kalau pria shota bersurai biru ini berharap agar kau masuk timnya.
Padahal skill membunuhmu adalah skill yang paling rendah di kelas-E ini.
"Go-gomen Nagisa!" ucapmu meminta maaf karena merasa bersalah.
Nagisa kelihatan panik dan berusaha menenangkanmu. "E-eh? Kau tidak perlu meminta maaf kok [Name]. Itu adalah hakmu untuk memilih."
"S-sou ka...?"
"Heh. Jadi, sudah selesai bicaranya?" Seru Karma sambil menatap sinis kalian berdua. Kau menoleh dan menatap bingung Karma. Heran kenapa nada suaranya tiba-tiba berubah.
Nagisa balik menatap sinis karma. "Sudah. Silahkan ambil anggota timmu Karma-kun," ujarnya dingin. Mereka berdua saling bertatapan. Lalu...
"Hmph!"
Mereka berdua memalingkan wajah mereka. Kesal satu sama lain.
Kau yang masih tidak mengerti dengan situasinya balik menatap Ritsu. Berusaha bertanya melewati telepati antar gadis. Tapi, Ritsu hanya menggelengkan kepalanya.
Lalu, kau menatap Kanzaki yang hanya dibalas gelengan lagi. Dan kemudian, kau menatap Hayami. Ia membisikkan sesuatu dan akhirnya kau pun mengerti situasinya. Hah... setelah bertelepati dengan tiga gadis kau baru mengerti dengan situasinya [Name]? Dasar.
"Ne, [Name]. Boleh aku bicara denganmu sebentar?" tanya Karma.
"Uh... Boleh. Memangnya ada apa?" tanyamu balik.
"Kita bicara hanya berdua. Ini privasi lho~" ujar Karma sambil tersenyum jahil lagi.
"Huh? Baiklah terserah."
Kalian berdua pun pergi menjauh dari murid-murid kelas-E lainnya berada. Sambil menatap malas Karma kau memiringkan kepalamu.
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?"
"Ne,[Name]-chan..."
Kau merasa ada yang aneh dengan Karma. Jika, Karma sudah memanggilmu dengan embel-embel 'chan' pasti ia akan meminta sesuatu.
"Jika kau masih bertahan di saat-saat terakhir. Aku ingin kau menyerah," ujar Karma serius.
"Hah? Maksudmu? Aku tidak mengerti sama sekali."
"Hah... Aku ingin bertarung satu lawan satu dengan Nagisa-kun." Ia berujar seraya menghela nafas berat, berusaha sabar dengan tingkahmu.
Kau mulai mengerti arah pembicaraan Karma. "Baiklah. Tapi, kau yakin sekali kalau aku akan bertahan sampai akhir," katamu yang meledek tingkat percaya dirinya Karma.
"Hee~? Tentu saja aku yakin~ [Name]~" ujarnya dengan seringaiannya lagi.
Ia mengacak suraimu. Membuat surai [hair colour] milikmu berantakan. Tanpa kau sadari, seseorang bersurai biru menatap kalian dari kejauhan dengan tatapan yang kesal.
"Euhm... Nagisa, kau kenapa?" Tanya Kaede yang menyadari aura tak bersahabat dari pemuda 159 cm ini.
Nagisa tersentak lalu tersenyum, berusaha meyakinkan. "Iie... Nandemonai."
Berusaha mengabaikan pemandangan yang menurut Nagisa itu 'menyebalkan', ia memilih untuk bersiap-siap dengan peralatannya.
▪▪▪▪▪▪
Pertandingan pun dimulai. Karma menyuruhmu untuk berusaha memata-matai team biru. Memberikan informasi kepadanya. Itulah tugasmu.
Yah... Kau dan Mimura bertugas sebagai pengamat sekaligus pemberi informasi kepada Karma.
Irismu mendapati keberadaan Nagisa. Ia berada di belakang Karasuma-sensei. Memang tidak melanggar peraturan. Tapi, kau cukup kagum dengan posisi bersembunyinya.
Karena saking kagumnya. Kau lupa untuk memberitahu Karma tentang perkembangan tim musuh.
"Hei. [Name]!" panggil Karma sedikit berteriak.
"A-ah iya? Kenapa?" tanyamu balik, sedikit tersentak.
"Bagaimana perkembangannya disana?" tanyanya serius.
"Huh... tunggu akan kulihat lagi."
Kau mengedarkan pandanganmu melalui teropong yang kau gunakan. Kau melihat Hazama yang sudah tumbang dan sepertinya bergumam 'sialan kau Karma.'
Begitulah yang kau lihat. Kau menahan tawa melihat ekspresi Hazama yang menyeramkan.
"Hei, Hazama sudah keluar."
"Oh, begitu. Sebaiknya kau berhati-hati. Biasanya mereka akan―"
"Maaf [Name]."
Pemuda berpucuk itu mengayunkan pisaunya padamu. Refleks membuatmu terjatuh kaget dan mengerjapkan mata.
Fyuh...
Untungnya tidak kena. Kau menendang kaki Isogai. Membuatnya kehilangan keseimbangan dan jatuh terduduk. Lalu kau berdiri dan menodongkan pisaumu.
"Isogai! Kau mengejutkanku! Are~? Mana teman yaoi-mu?" tanyamu jahil karena kesal pada Isogai yang mengejutkanmu sambil menatap sekitar mencari Maehara.
"HEI!" Protes mereka berdua.
Kau menoleh mencoba mencari Maehara.
Ah... Ternyata Maehara ada di belakangmu. Gotcha! Kau mengatakan hal itu agar mengetahui keberadaan Maehara.
"Ah~ kenapa aku melakukan hal yang diperintahkan si iblis merah?" keluhmu mengundur waktu.
"Mana kutau! Dan aku BUKAN yaoi!!" protes Maehara sambil menekankan kata 'bukan'-nya.
"Hehe~ begitu ya." Kau terkekeh pelan lalu melirik ke arah pohon-pohon sekitar.
Dor! Dor!
Maehara dan Isogai terkena peluru berwarna merah. Sebenarnya yang kau lihat adalah arah dimana tempat Rinka berada.
"Ah... Sepertinya kami kalah." Isogai berujar sambil tersenyum ala ikemen.
"Wah~ Ikemen dihadapanmu sedang senyum lho Maehara~ Kenapa kau tidak merona~?" godamu.
Perempatan imaginer muncul di dahi mereka. Kesal karena sedari tadi kau terus-terusan meledek mereka tentang Yaoi.
"[Last Name], andai aku bisa masuk ke permainan kembali. Mungkin yang pertama kali kubunuh adalah kau." Maehara mengatakan hal itu sambil tersenyum. Senyum mengerikan pastinya.
"Hehe~ dengan senang hati," balasmu sembari terkekeh pelan.
Mereka berdua menghela nafas. Terkadang [Name] bisa menjadi jahil jika sedang kesal, dan mungkin kalian harus bertanya kepada sang Ikemen alasan [Name] kesal.
Mereka berdua pun meninggalkanmu sendirian.
"Hah... Jantungku serasa copot tadi," gerutumu sambil mengelus-elus dadamu.
"Kurasa tadi lebih baik aku keluar saja. Kenapa aku melawan mereka tadi...?"
Kau sedikit terkejut. Tidak. Benar-benar terkejut. Kenapa kau masih bisa bertahan di permainan ini? Tinggal Karma, Nagisa dan kau yang bertahan.
Karma berjalan ke arahmu dan menatap serius padamu.
"Kau tau bukan?"
"Iya, aku akan segera mengundurkan diri," ujarmu menghela nafas.
"Tidak usah."
Crash!
"Eh?"
Karma mengayunkan pisau yang dilumuri cat berwarna biru. Kau menautkan alis bingung dengan apa yang Karma lakukan.
"Kau tidak perlu mengundurkan diri [Name]. Aku tidak sabar ingin segera bertarung melawan Nagisa-kun." Karma berujar sambil menyeringai yang menurutmu itu mengerikan.
Kau agak merinding mendengar nada bicara Karma yang berubah.
"Te-terserah kau saja."
Kau meninggalkannya dan pergi ke tempat dimana yang lain menonton mereka. Bersama dengan Karasuma-sensei, dan Koro-sensei yang merupakan biang dari semua permasalahan ini.
"[Name]-chan? Bukannya tadi kau masih bertahan?" tanya Kaede.
Kau mengangkat bahumu acuh. "Si iblis itu ingin one-on-one dengan Nagisa," jawabmu. Kaede hanya menganggukkan kepalanya mengerti.
"Memangnya kau kira basket apa?" Sahut Maehara facepalm. Kau hanya diam tak merespon.
Mereka berdua saling menatap tajam satu sama lain. Terpancar kekesalan di iris mereka.
"Ne, Nagisa-kun. Kau menyukai [Name]-chan bukan?" tanya Karma sambil menyeringai.
"Iya. Memangnya kenapa Karma-kun?" Nagisa bertanya balik pada Karma dengan nada dingin.
"Bagaimana kalau pertandingan ini kita jadikan sebagai pertaruhan? Sisanya [Name]-chan yang akan memilih," tawar Karma.
"Aku setuju."
Kau merasa ada yang aneh dari mereka berdua. Merasakan aura membunuh yang sangat besar. Hatimu sangat doki-doki.
Kau menegak ludahmu gugup. Tanganmu berkeringat dingin. Padahal yang bertanding adalah Nagisa dan Karma. Tapi, kenapa kau menjadi gugup?
Apa karena kau merasa mereka membicarakanmu?
Kau menggelengkan kepalamu berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran yang aneh.
'Buat apa juga mereka membicarakanku?' batinmu merendah.
"[Last Name]! Apa kau sakit? Kau terlihat pucat." tanya Irina-sensei khawatir.
Kau menoleh dengan gerakan patah-patah. "A-a-aku t-tidak ap-apa-apa s-sensei."
"Benarkah kau baik-baik saja?!" Irina-sensei pun menempelkan telapak tangannya di dahimu.
"Di-dingin! Oi [Last Name]! Kau sepertinya sakit."
"A-aku baik-baik saja sensei," elakmu. Walau kau sudah merasa sangat gugup. Entah apa yang merasukimu hingga kau merasa seperti ini.
Kau melihat ke Nagisa dan Karma. Timbul rasa khawatir pada dua pemuda bersurai berbeda itu. Apalagi setelah merasakan aura membunuh mereka. Kau menjadi semakin gelisah.
Mereka berdua beradu―cukup lama, hingga Nagisa mencekik leher Karma dengan kakinya. Karma ingin mengambil pisau di sebelahnya. Tapi, entah kenapa Karma terlihat menyerah. Sepertinya, ia sudah kehabisan nafas.
"Ok! Ok! Aku menyerah!" ujar Karma dengan nafas yang tersendat-sendat. Tapi, Nagisa masih menguncinya dengan kuat.
"Na-nagisa! Sudah hentikan!" Kau berteriak mencoba menghentikan Nagisa.
Nagisa yang tersadar segera bangun dan mengerjapkan matanya. "Aku menang...?" gumamnya.
Kau tersenyum tipis pada Nagisa. "Uhm~ Kau menang lho~"
"Uhuk! uhuk! Hah... Kukira aku akan mati." Karma masih terduduk. Ia terlihat kelelahan. Melihat Karma yang kesakitan, kau berjalan memdekatinya.
Kau duduk di sampingnya lalu menjulurkan lidahmu. "Siapa suruh ingin bertanding sendiri. Sekarang kau kesusahan bukan?"
Dia hanya balas tertawa. "Hee~ apa kau sedang mengkhawatirkanku?" godanya jahil.
Bletak!
"Ittai! Hei! Kau harusnya memperilakukan orang sakit dengan baik!" Karma mengaduh kesakitan sambil mengelus kepalanya yang dijitak olehmu.
"Heh. Walaupun kau kembali ke tempat dimana kau seharusnya berada. Aku tidak akan mengkhawatirkanmu."
Kau menekankan kata 'tempat dimana kau seharusnya berada' yang maksudnya neraka. Karma hanya terkekeh pelan lalu melirik Nagisa yang sepertinya bad mood kembali.
"Hora, Nagisa cemburu padamu lho [Name]-chan~" goda Karma.
Kau menoleh ke arah Nagisa yang tengah memalingkan wajahnya dengan pipi yang merah. Butuh beberapa menit untuk mencerna, kau masih berpikir dan hasilnya kau masih kurang connect juga.
"Hee~ ada pasangan malu-malu disini~" Karma kembali menggoda kalian.
Kau menendang Karma dan Ia dapat ditangkisnya dengan mudah. Walaupun dengan keadaan yang berantakan seperti itu. Membuatmu mendecak kesal.
"Nagisa, sudah kubilang kalau kita akan menyatakan perasaan kita pada [Name] bukan? Sisanya biarkan ia memilih," bisik Karma pada Nagisa. Nagisa mengangguk.
"A-ano [N-name]..."
"Huh? Ada apa Nagisa?"
"I-itu... Aku..."
"Hm?"
"A-aku menyukaimu! Jadilah pacarku!" pinta Nagisa setengah berteriak.
Hening...
"HEE?!"
Entah kenapa murid kelas-E lainnya yang berteriak. Koro-sensei tiba-tiba bawa bunga entah darimana dan wajahnya berubah menjadi warna pink sambil menangis terharu.
Murid cewek hanya saling pandang satu sama lain. Merasa bingung. Sedangkan para cowok merasa kesal karena masih jomblo, mereka berharap agar Nagisa tidak segera melepas status jomblonya. Sedangkan kau? jangan ditanya lagi. Kau hanya diam tak merespon.
"[Name]? Oi [Name]!" panggil Karma, ia menggoyangkan tubuhmu yang sepertinya kehilangan arwah(?)
Kau tersadar dan tersentak kaget. "H-huh? Karma? Oh... Tadi hanya halusinasiku saja ya," ujarmu lega.
"Etto... [Name], I-itu bukan halusinasi," sahut Nagisa pelan.
"Ha-hah?! Jadi bukan?! E-eh..." Kau menjadi panik sendiri.
"S-sekarang giliranmu bukan Karma-kun?" tanya Nagisa yang merasa sedikit tidak rela.
"Tentu saja~ [Name]~ Aku menyukaimu lho~" Karma mengatakan hal itu dengan santainya.
"Oh... Sudah berapa kali kau bilang itu padaku Karma? Dari kecil malahan." Kau menjawab sama santainya dengan Karma. Tak mempedulikan tatapan terkejut dari mereka.
"Dari kecil?" Kaede membeo pelan.
Karma dengan cengirannya lalu merangkulmu dengan wajah tanpa dosa.
"Tentu saja~ Aku dan [Name] kan sepupu~ wajar kalau kami bersama-sama sejak kecil. Eh~? Jangan-jangan, aku tidak pernah mengatakan hal itu pada kalian ya~?"
"TIDAK PERNAH!"
Sekali lagi, Karma hanya nyengir kuda tanpa dosa. Pantas saja, kalau kau merasa kesal sifatmu akan sama seperti sifat jahil milik Karma. Pikir mereka begitu.
"Ja-jadi Karma-kun, kau bohong soal kau menyatakan perasaanmu pada [Name]?" Tanya Nagisa.
"Hm? Aku tidak bohong, kok. Aku 'kan tidak pernah bilang hanya menyatakan perasaan dalam hal pasangan. Aku menyukainya sebagai sepupu. Dan itu tidak melanggar perjanjian bukan?"
Sekali lagi, Karma mengatakan dengan wajah tak berdosa. Kau yang mendengar hal itu mengerutkan dahimu.
"Kalian menjadikanku bahan taruhan?"
"Ti-tidak! Bu-bukan begitu [Name]!" Elak Nagisa.
"Huh? Tidak kok. Aku hanya kesal pada Nagisa yang tidak pernah mengakui perasaannya. Makanya aku ingin mengerjainya sedikit," ujar Karma dengan perempatan imaginer yang muncul di dahinya.
"Jadi, apa kau me-menerimaku?" Tanya Nagisa gugup.
Kau berpikir. Nagisa cukup manis untuk seorang cowok. Ia juga pria yang baik walaupun yah.. ehem... pendek. Tapi, kau belum pernah merasakan apa yang namanya itu cinta. Kau berpikir mungkin Nagisa adalah orang yang cocok untukmu.
"Uh... Aku belum pernah menyukai seseorang sih. Tapi, aku akan berusaha untuk menyukaimu Nagisa-kun. Jadi, aku menerimamu."
Kau mengatakan hal itu dengan tersenyum polos. Nagisa yang mendengarmu memanggilnya dengan suffiks 'kun' hanya bisa ber-blushing ria.
Karma geleng-geleng kepala melihat reaksi Nagisa. Dan kokuhaku scene itu berakhir dengan para cowok yang sedih karena ada pasangan baru di kelas mereka. Tentunya kecuali Isogai, Chiba dan Itona.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro