Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Halusination


Halusination
Senpai!Kuroko x Sick!Yandere!Kouhai!Reader

Story © Nikishima_Kumiko

Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki

▪▪▪▪▪▪


Aku tersenyum senang ketika melihat sosok yang sangat kukagumi, dia adalah Kuroko-senpai. Akhir-akhir ini kesehatanku memburuk, itu yang dikatakan oleh Sei-nii. Padahal aku tidak merasakan ada yang aneh dalam tubuhku. Batuk? tidak. Flu? apalagi. Demam? Oh ayolah, sejak kapan Akashi [Name] itu demam?

Namun, aku tidak bisa membantah perintah Sei-nii untuk tetap tinggal dirumah. Aku melirik ke arah Kuroko-senpai yang masih berdiam diri disana. Sei-nii pun masuk sambil membawakan makanan untukku. Hh... Dia itu selalu saja protektif seperti biasanya. Bahkan ia tidak ingin para maid masuk ke kamarku.

"[Name], waktunya makan malam," ujarnya一ah tidak, maksudku perintahnya. Sei-nii hanya menatapku dan tidak menegur Kuroko-senpai. Melihat sikapnya, aku mengerutkan dahiku kesal.

"Sei-nii! Harusnya kau menyapa Kuroko-senpai. Ia sudah jauh-jauh kesini untuk menjengukku tau."

Ia hanya membalas perkataanku dengan tatapan tak suka. Aku tau kalau ia tidak suka diperintah. Tapi, mau bagaimana lagi? Apa hawa keberadaan Senpai sangat tipis sampai-sampai Sei-nii tidak menyadarinya?

Sei-nii menghela nafas lalu beranjak pergi dari kamarku. Aku men-deathglare nya kesal, tanpa tau bahwa Sei-nii masih berada di depan pintu kamarku yang telah ditutup olehnya. Kemudian aku menatap kembali Kuroko-senpai yang sedari tadi diam.

"Ah... Maafkan Sei-nii senpai. Aku sangat senang senpai masih menjengukku walaupun aku tidak tau penyakit apa yang kuderita," jelasku sambil tersenyum manis padanya. Dia hanya membalas perkataanku dengan gumaman pelan.

Kemudian ia berjalan mendekatiku, wajahku memerah. Kalian tau kalau aku menyukainya bukan? Dan kami berdua juga berpacaran. Tentu saja aku merasa malu ketika ia berjalan mendekatiku dengan wajah datarnya itu.

Kuroko-senpai mengelus kepalaku sambil tersenyum tipis. Aku menahan nafasku. Lalu ia mendekatkan wajahnya ke telingaku.

"[Name]-chan, kau harus segera melupakanku...," bisiknya. Bersamaan dengan perkataannya, aku terlelap.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Matahari pagi mulai menampakkan sinarnya, aku membuka mataku pelan. Lalu bangun dalam posisi duduk. Irisku berusaha mencari sosoknya, tapi sayangnya ia tidak ada. Aku menghela nafas pasrah.

Apa yang kupikirkan? Mana mungkin Kuroko-senpai ada disini saat pagi bukan? Pasti ia sekarang sedang berada di sekolah. Tiba-tiba pintu kamarku terbuka, menampakkan 5 sosok dengan surai yang berbeda. Siapa lagi kalau bukan Sei-nii dan teman-temannya?

Kise-senpai berjalan ke arahku, berusaha untuk memelukku tapi Sei-nii menghadangnya dengan gunting. Ok, kebiasaan Sei-nii. Yang lain hanya bisa menegak ludah terutama Kise-senpai. Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku.

"[Name]cchi! Apa kau baik-baik saja-ssu?" tanya Kise-senpai dengan cengirannya.

Aku membalasnya dengan senyum tipis, lalu mengangguk pelan. Mereka semua datang kesini tapi... Kuroko-senpai tidak datang, ada apa ya?

"Aku baik-baik saja senpai. Terimakasih karena telah mengkhawatirkanku," jawabku.

"[Name], menurut ramalan oha asa, [your zodiac] berada di urutan terendah jadi aku membawakanmu lucky item." Midorima-senpai memberi sebuah teko air padaku. Aku menerimanya sambil terkekeh pelan lalu mengucapkan terimakasih.

"[Name]-chin~ aku membawakan snack untukmu."

"Taruh saja di sana Atsushi." Sei-nii member titah dan Murasakibara-senpai pun menggangguk seraya meletakkan satu kantung plastik yang dipenuhi snack itu di sofa.

Aomine-senpai hanya cuek-cuek saja dan hampir memakan buah-buahan yang ia bawa, lalu Midorima-senpai memarahinya karena kesal, "Aomine! Apa kau tidak diajari sopan santun? Berikan buah-buahan itu pada [Name]!" bentaknya.

"Ck... Iya iya," jawabnya dengan nada yang malas juga kesal.

Aku menunggu suara yang sangat kusukai, tapi aku hanya bisa mendengar suara ocehan para kisedai. Bahkan irisku sudah menelusuri setiap sudut ruangan, tapi tetap saja aku tidak menemukannya.

Karena tidak tahan, akhirnya aku membuka mulutku, "Ehm... Ngomong-ngomong Kuroko-senpai tidak ikut ya?" tanyaku.

Seketika suasana yang ribut tadi menjadi hening. Aku menatap heran pada mereka. Tatapan Sei-nii menajam, Aomine-senpai mendengus kasar, Murasakibara-senpai berhenti memakan snacknya, Midorima-senpai mengalihkan pandangannya, Kise-senpai berwajah muram.

"K-kenapa [Name]cchi me-menanyakannya-ssu?" tanya Kise-senpai dengan senyum yang dipaksakan. Aku menautkan alisku heran, kenapa ia tiba-tiba menjadi ketakutan seperti itu?

"Apa ada yang salah? Aku kan hanya bertanya soal Kuroko-senpai."

Irisku menyipit, semuanya menjadi aneh. Kise-senpai terlihat kebingungan ingin menjawab apa begitu juga dengan Midorima-senpai yang tiba-tiba gelagapan.

"[Name], sekarang kau harus beristirahat. Daiki, Ryouta, Shintarou, dan Atsushi kalian pulanglah."

"Tu-tunggu! Ini bukan waktu istirahatku Sei-nii!" sanggahku cepat.

"Jangan membantah dan membahas soal Tetsuya lagi. Ini perintah."

Aku terdiam, tak bisa membantahnya. Dan pada akhirnya para kisedai pun pulang. Aku menundukkan kepalaku dan menggigit bibirku kesal. Andai saja, Kuroko-senpai datang...

"[Name]-chan? Apa kau menangis?"

Aku menengadahkan kepalaku dan mendapati sosok bersurai baby blue yang sedang menatap sendu padaku. Aku mengangkat tanganku berusaha menyentuhnya.

Irisku membulat ketika tanganku tak dapat menyentuh sosoknya, ia hanya tersenyum lembut padaku.

"Sudah kubilang bukan? Kau harus segera melupakanku." Kuroko-senpai masih tersenyum, aku menggeleng cepat. Mataku mulai penuh dengan air mata.

"Tunggu―ini... bohong bukan?" tanyaku tak percaya.

Kuroko-senpai pun mengelus kepalaku, walau ia tidak bisa menyentuhku, "Aku harus pergi [Name]-chan, dan kalau kau mengingat semuanya, tolong jangan menyalahkan dirimu," ujarnya.

Setelah mengatakan hal itu, ia pergi. Sosoknya benar-benar menghilang. Aku mengeratkan cengkramanku pada selimutku. Irisku membelalak, kepalaku sakit. Entah kenapa seketika aku dapat mengingat semuanya. Ya, semuanya salahku. Aku berteriak, lalu menangis.

Tiba-tiba Sei-nii datang dan memelukku, "Tenanglah [Name]," ujarnya berusaha menenangkanku.

"Kuroko-senpai... hiks...," gumamku masih dalam keadaan menangis. Sei-nii masih saja mengelus-elus kepalaku.

"Tenanglah, ini bukan salahmu."

"Tidak! Ini salahku! Kalau aku tidak melakukannya Kuroko-senpai tidak akan mati!" Aku mulai memberontak dan memukul Sei-nii. Sei-nii mengusap pipinya pelan. Dan... yang terakhir kali kulihat adalah kegelapan.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Omake :

Aku berjalan dengan riang, hari ini aku akan date dengan Kuroko-senpai. Memikirkan hal itu membuatku merasa sangat bahagia!

Seketika langkahku berhenti, dan mendapati kedua sosok yang sangat kukenal. Irisku membulat, tak percaya dengan kejadian di hadapanku. Momoi-senpai dan Kuroko-senpai berciuman. Ketika melihatku mereka tersentak kaget. Momoi-senpai terlihat panik begitu juga dengan Kuroko-senpai. Aku mengepalkan tanganku.

"[N-name]-chan... I-ini bukan seperti yang kau lihat ... A-aku tidak sengaja terjat一"

"Begitu ya? Hoo~ Lanjutkan saja kegiatan kalian. Tapi ingat, Momoi Satsuki. Kau... Sudah mengganggu milikku."

Irisku menggelap lalu aku pun meninggalkan mereka berdua. Aku akan membunuhnya... Aku akan membunuhnya... Aku akan membunuh Momoi Satsuki. Dan aku akan membuat Kuroko Tetsuya menjadi milikku seutuhnya.

.
.
.
.

"[Name]! Apa yang kau lakukan?!" Sei-nii menatapku dengan wajah penuh amarah. Aku meliriknya dengan datar lalu menyeringai.

"Memangnya kenapa Sei-nii...? Aku hanya memberi hukuman pada Momoi dan membuat Kuroko menjadi milikku," ujarku sambil tersenyum senang. Wajahku dipenuhi dengan darah, begitu pula dengan pakaianku. Dan terlebih lagi, aku sangat puas dengan hasil kedua karyaku.

Yang satu gadis bersurai merah muda dengan tubuh yang sudah tidak beraturan. Mulutnya robek, lidahnya telah terbagi menjadi bagian yang kecil, irisnya telah hilang entah kemana, begitu pula dengan kaki dan tangannya.

Sedangkan yang satu lagi, seorang lelaki bersurai baby blue. Badannya masih utuh, tapi kepalanya sudah tidak bersama dengan badannya. Ya... Aku memisahkan badan dan kepalanya. Kini, aku tengah memeluk kepala Kuroko Tetsuya. Tentu saja karena...




Kuroko Tetsuya kan milikku.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro